Book Report Sosiologi Pendidikan Abu Ahmadi
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pendidikan adalah kunci kemajuan suatu
bangsa dan selalu menjadi isu yang menarik untuk dikaji. Sosiologi merupakan
sebuah ilmu yang memberikan kontribusi dalam menilai apa yang menjadi realitas
di masyarakat. Tidak terkecuali juga dengan pembahasan dunia pendidikan saat
ini dari persfektif sosiologis dalam hal
ini adalah ilmu sosiologi pendidikan.
Sosiologi pendidikan adalah alur ilmu
yang menuntut peningkatan kepekaan dalam melihat nilai, institusi, budaya dan
kecenderungan realitas pendidikan dalam masyarakat. Namun bagaimanakah sosiologi
pendidikan yang sesungguhnya? Hal ini memacu ketertarikan untuk mengetahui
lebih banyak tentang sosiologi pendidikan sehingga saya memilih buku yang
bertema sosiologi pendidikan untuk disajikan sebagai book report. Buku yang
saya pilih berjudul ‘ Sosiologi
Pendidikan ‘ merupakan buku karya Drs. H.
Abu Ahmadi. Buku ini terdiri dari empat belas bab, dengan jumlah halaman
sebanyak 236 halaman, merupakan cetakan kedua yang dicetak pada tahun 2007 oleh
penerbit Rineka Cipta di Jakarta.
B. Profil
Buku
Adapun
profil dari buku ini yaitu sebagai berikut:
1.
Judul
: Sosiologi
Pendidikan
2.
Pengarang
: Drs.
H. Abu Ahmadi
3.
Penerbit
: Rineka
Cipta
4.
Tahun
terbit : 2007
5.
Tempat Penerbit : Jakarta
6.
Tebal
halaman : 239
7.
Cetakan :
Kedua
C. Rumusan
Masalah
Pembahasan dalam laporan buku ini
perlu dibatasi guna tercapainya sasaran tujuan yaitu membedah buku sosiologi
pendidikan. Rumusan masalah dalam laporan buku ini adalah sebagai berikut:
- Apakah arti Sosiologi pendidikan?
- Bagaimanakah pendekatan individu, pendekatan sosial, pendekatan interaksi dan teori medan dalam sosiologi pendidikan?
- Bagaimanakah ruang lingkup dari sosiologi pendidikan?
- Bagaimanakah hubungan antara masyarakat, kebudayaan serta pendidikan?
- Apakah yang dimaksud dengan sosiologi kurikulum?
D. Tujuan
Penulisan Laporan
Adapun yang menjadi tujuan laporan penulisan buku
ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui arti Sosiologi pendidikan
2. Untuk mengetahui pendekatan
individu, pendekatan sosial, pendekatan interaksi dan teori medan dalam
sosiologi pendidikan
3. Untuk mengetahui ruang lingkup dari sosiologi pendidikan
4. Untuk mengtahui hubungan
antara masyarakat, kebudayaan serta pendidikan
5. Untuk mengetahui
tentang sosiologi kurikulum
BAB
II RESUME BUKU
BAB
I. PENGERTIAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN
Menurut H.P. Fairchild dalam bukunya
“ Dicitionary Sociology “ , Sosiologi pendidikan adalah sosiologi yang ditetapkan
untuk memecahkan masalah – masalah pendidikan yang fundamental. Sosiologi pendidikan adalah
ilmu pengetahuan yang menyelidiki antara sosiologi pendidikan. Sosiologi
sebagai ilmu pengetahuan memiliki lapangan penyelidikan, sudut pandang, metode,
dan susunan pengetahuan Obyek penelitian sosiologi adalah tingkah laku manusia
dalam kelompok. Sudut pandangannya ialah memandang hakikat masyarakat
kebudayaan, dan individu secara ilmiah. Sedangkan susunan pengetahuan dalam
sosiologi terdiri atas konsep – konsep dan prinsip – prinsip mengenai kehidupan
kelompok sosial, kebudayaannnya dan perkembangan pribadi. Salah satu yang
mendapat perhatian sosiologi ialah penelitian mengenai tata sosial. Jadi
sosiologi pendidikan merupakan salah satu sosiologi khusus. Menurut F.G.
Robbins, sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus yang tugasnya menyelidiki
struktur dan dinamika proses pendidikan. Yang termasuk dalam pengertian struktur ini ialah teori dan
filsafat pendidikan, system kebudayaan, struktur kepribadian dan hubungan
kesemuanya itu dengan tata sosial masyarakat.
Sedangkan yang dimaksud dengan dinamika, ialah proses sosial cultural, proses perkembangan kepribadian dan hubungan semuanya itu dengan pendidikan.
Sedangkan yang dimaksud dengan dinamika, ialah proses sosial cultural, proses perkembangan kepribadian dan hubungan semuanya itu dengan pendidikan.
Konsepsi
dan Posisi Sosiologi Pendidikan.
Di
dalam kegiatan manusia sebagai makhluk sosial menimbulkan berbagai ilmu
pengetahuan sendiri. Termasuk kegiatan
manusia untuk mendidik generasi-generasi mudanya dengan memberikan, mewariskan kebudayaan
kepada anak cucunya. Dalam mendidik inilah manusia berusaha untuk mengetahui
bagaimana proses pendidikan itu dilihat dari segi sosialnya, ditinjau dari
konstelasi sosialnya sehingga terjalin karya mendidik itu. Maka di sini
timbulah suatu cabang ilmu pengetahuan ialah sosiologi pendidikan.
Definisi
Sosiologi Pendidikan
Ditinjau
dari segi etimologi istilah sosiologi pendidikan terdiri atas dua perkataan
yaitu sosiologi dan pendidikan. Maka jelas bahwa di dalam sosiologi pendidikan yang
menjadi masalah sentralnya ialah aspek – aspek sosiologi di dalam pendidikan. Karena
situasi pendidikan adalah situasi hubungan dan pergaulan sosial, yaitu hubungan
dan pergaulan sosial antara pendidikan dengan anak didik, pendidik dengan
pendidikan, anak – anak dengan anak – anak pegawai dengan pendidikan, pegawai
–pegawai dan anak –anak. Hubungan – hubungan dan pergaulan – pergaulan sosial
ini secara totalitas, merupakan suatu unit keluarga, ialah keluarga sekolah,
keluarga sekolah dapat tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat. Maka jelaslah
di dalam sosiologi pendidikan akan berlaku dan berkerjasama antara prinsip –
prinsip sosiologi dan prinsip – prinsip paedagogis berserta ilmu – ilmu
bantuannya, misalnya psikologika ( ilmu
psikologi pendidikan ).
E.George
Payne, yang disebut bapak sosiologi pendidikan seperti halnya A. Comte sebagai
bapak dari pada sosiologi. Disini Payne menekankan, bahwa di dalam lembaga –
lembaga, kelompok – kelompok sosial, proses sosial, terdapat social
relationship, hubungan – hubungan sosial ataupun secara tehnis disebut
interaksi sosial, di dalam dan dengan interaksi sosial ini individu memperoleh
dan mengorganir pengalaman – pengalamannya. Inilah yang merupakan aspek – aspek
atau prinsip – prinsip sosiologinya. Jadi
bukan saja pada anak – anak tetapi juga pada orang – orang dewasa, kelompok
–kelompok sosial, bahkan pada proses sosial pun bahwa interaksi sosial
membentuk tingkah laku manusia secara tertentu dianggap sebagai system
pendidikan yang berkembang terus. Artinya setiap kali didapati kondisi dan
situasi baru harus ada interaksi sosial yang baru dan seolah – olah individu –
individu itu belajar berinteraksi sosial. Inilah yang merupakan prinsip prinsip paedagoginya.
Charles A. Ellwood : Sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari atau menuju untuk melahirkan maksud hubungan – hubungan antara semua pokok – pokok masalah antara proses pendidikan dan proses sosial.
Dr. Ellwood : Sosiologi Pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang proses belajar dan mempelajari antara orang yang satu dengan orang yang lain.
E.B. Reuter : Sosiologi Pendidikan mempunyai kewajiban untuk menganalisa evaluasi dari lembaga – lembaga pendidikan dalam hubungannya dengan perkembangan manusia dan dibatasi oleh pengaruh – pengaruh dari lembaga pendidikan yang menentukan kepribadian sosial dari tiap – tiap individu.
W. Dodsen : Mengatakan bahwa sosiologi pendidikan itu mempersoalkan pertemuan dan percampuran dari lingkungan sekitar kebudayaan secara totalitas, dengan begitu maka terbentuklah tingkah laku, dan sekolah dianggap sebagai total cultural milien, sedangkan sosiologi pendidikan memperbincangkan dan berusaha menemukan bagaimana memanipulasikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian. Sosiologi Pendidikan adalah suatu cabang ilmu pengetahuan (dari ilmu jiwa pendidikan) yang membahas proses interaksi sosial anak - anak mulai dari keluarga, masa sekolah sampai dewasa serta dengan kondisi - kondisi sosio cultural yang terdapat di dalam masyarakat dan Negaranya. Atau secara singkat sosiologi pendidikan ialah tinjauan sosiologi terhadap proses pendidikan dan pengajaran.
Charles A. Ellwood : Sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari atau menuju untuk melahirkan maksud hubungan – hubungan antara semua pokok – pokok masalah antara proses pendidikan dan proses sosial.
Dr. Ellwood : Sosiologi Pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang proses belajar dan mempelajari antara orang yang satu dengan orang yang lain.
E.B. Reuter : Sosiologi Pendidikan mempunyai kewajiban untuk menganalisa evaluasi dari lembaga – lembaga pendidikan dalam hubungannya dengan perkembangan manusia dan dibatasi oleh pengaruh – pengaruh dari lembaga pendidikan yang menentukan kepribadian sosial dari tiap – tiap individu.
W. Dodsen : Mengatakan bahwa sosiologi pendidikan itu mempersoalkan pertemuan dan percampuran dari lingkungan sekitar kebudayaan secara totalitas, dengan begitu maka terbentuklah tingkah laku, dan sekolah dianggap sebagai total cultural milien, sedangkan sosiologi pendidikan memperbincangkan dan berusaha menemukan bagaimana memanipulasikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian. Sosiologi Pendidikan adalah suatu cabang ilmu pengetahuan (dari ilmu jiwa pendidikan) yang membahas proses interaksi sosial anak - anak mulai dari keluarga, masa sekolah sampai dewasa serta dengan kondisi - kondisi sosio cultural yang terdapat di dalam masyarakat dan Negaranya. Atau secara singkat sosiologi pendidikan ialah tinjauan sosiologi terhadap proses pendidikan dan pengajaran.
Adapun
tujuan dari pada sosiologi pendidikan di Indonesia ialah :
1. Berusaha
memahami peranan sosiologi dari pada kegiatan sekolah terhadap masyarakat,
terutama apabila sekolah ditinjau dari segi kegiatan interaksi.
2. Untuk
memahami seberapa jauhkah guru dapat membina kegiatan sosial anak didiknya
untuk mengembangkan kepribadian anak.
3. Untuk
mengetahui pembinaan ideologi Pancasila dan kebudayaan nasional Indonesia di
lingkungan pendidikan dan pengajaran.
4. Untuk mengadakan integrasi kurikulum
pendidikan dengan masyarakat sekitarnya agar pendidikan mempunyai kegunaan
praktis di dalam masyarakat dan Negara seluruhnya.
5. Untuk
menyelidiki factor–factor kekuatan masyarakat bisa menstimulir pertumbuhan dan
perkembangan kepribadian anak.
6. Memberi
sumbangan yang positif terhadap perkembangan pendidikan.
7. Memberi
pegangan terhadap penggunaan prinsip–prinsip untuk mengadakan sosiologi sikap
dan kepribadian anak didik.
Latar
Belakang Timbulnya Sosiologi Pendidikan
Perubahan
sosial yang cepat itu meliputi berbagai bidang kehidupan dan merupakan masalah
bagi semua institusi sosial, seperti industri, agama, perekonomian,
pemerintahan, keluarga, perkumpulan dan pendidikan. Masalah sosial dalam
masyarakat itu juga dirasakan oleh dunia pendidikan. Masalah pendidikan dalam
keluarga, pendidikan di sekolah dan pendidikan dalam masyarakat merupakan
refleksi masalah-maslah sosial di masyarakat.
Kajian Sosiologi Of Education
Perlu
diketahui, kerangka umum sosiologi pendidikan (Sosiology Of Education).
Sebenarnya bukanlah barang baru. Beberapa tahun yang lalu, Angell telah memberikan
suatu definisi sahih dan berguna mengenai bidang ilmu itu. Dia memberikan suatu
posisi, bahwa ahli Education Sosiology harus benar– benar seorang ahli
sosiologi yang menspesialisasikan pikiran dan penelitian – penelitiannya pada
proses – proses pendidikan. Dengan demikian Education Sosiology merupakan ilmu
pengetahuan murni, suatu cabang dari sosiologi” dikatakannya bahwa ia lebih
suka pendekatannya memandang sisitem pendidikan sebagai sumber data yang
dianalisis bukannya sebagai sesuatu yang dianggap sebagaimana lazimnya dikonsepsikan
dalam Education Sosiology.
BAB
II . PENDEKATAN INDIVIDU
Untuk
memahami tata kehidupan masyarakat perlu dibahas tentang tata kehidupan
individu yang membentuk masyarakat tersebut. Individu sebagai titik tolak dipengaruhi oleh dua factor yakni factor intern dan extern. Factor
intern meliputi faktor – factor biologis dan psikologis sedangkan factor extern
mencakup factor – factor lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
1. Faktor Biologis pada
tingkah laku manusia.
Perbedaan
antara factor biologis dan psikologis pada tingkah laku manusia adalah pada
factor biologis yang memandang manusia sebagai organisme murni dan sederhana, sedangkan pada factor psikologis
memandang manusia sebagai organisme yang
intelligent,organisme yang mempunyai inteligensi.
Tandanya
factor – factor yang mempengaruhi perkembangan masyarakat ialah adanya
kebebasan, fasilitas ekonomis, kemajuan kebudayaan, hubungan sosial yang luas
dan keagamaan.
2.Faktor Psikologis pada Tingkah Laku Manusia
2.Faktor Psikologis pada Tingkah Laku Manusia
Pengaruh
psikologis pada biologis semua bersifat semiphilosphis dan abstrak. Misalnya
pada science of mind pengetahuan tentang
proses berfikir tetapi sebaiknya ketika terbit buku Darwin, Origin Of Species
pada tahun 1859 biologi berpengaruh besar pada psikologi. Misalnya dengan
pesatnya studi tingkah laku hewan, maka jadilah pengetrapannya pada studi
tentang manusia, yaitu tingkah laku manusia dijabarkan dengan tingkah laku
hewan. Suatu contoh misalnya pada tingkah lalu insektual semut, burung,
terdapatlah suatu tingkah laku yang sebagian besar dideterminir oleh instinct
sesuatu yang tidak dipelajari, relative sifat sterotypis dan response otomatis
pada situasi terutama.
BAB
III. PENDEKATAN SOSIAL
Cara
lain untuk membahas tingkah laku manusia ialah dengan mempergunakan approach
sosial, approach kelompok, societal approach, group approach, titik pangkal
dari pada approach sosial adalah masyarakat dengan berbagai lembaganya,
kelompok – kelompok dengan berbagai aktivitasnya, secara kongkret approach
sosial ini membahas aspek – aspek atau komponen kebudayaan manusia seperti
keluarga, tradisi, adat istiadat, moral, norma dan sebagainya. Jadi segala
sesuatu yang dianggap sebagai produk bersama dan milik bersama adalah milik
masyarakat. Tingkah laku individu dapat dipahami dengan memahami tingkah laku
masyarakatnya. Individu harus bertingkah laku sesuai dengan pola tingkah laku
yang dikehendaki oleh masyarakat atau dikondisikan oleh kebudayaan masyarakat.
Implikasi di bidang pendidikan, guru-guru harus mendidik anak-anak kearah pola
tingkah laku masyarakat dan negara.
Studi
tentang tingkah laku masyarakat dilakukan oleh sosiologi. Sosiologi mempelajari
manusia dalam hidup bersama, hidup sosial dengan berbagai lembaga dan
organisasinya. Jadi pendekatan sosial titik beratnya terletak pada masyarakat
dan demografi, tingkah laku manusia ditentukan oleh faktor fisik dan kultural.
Dalam berinteraksi individu akan menunjukan segi kesosialannya dan selalu
mengadakan penyesuaiaan diri dengan lingkungannya.
Menurut
Woodworth, bahwa manusia di dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya selalu
mengalami 4 macam proses :
1.Individu
dapat bertentangan dengan lingkungan
2.
Individu dapat menggunakan lingkungan
3.
Individu dapat berpartisipasi (ikut serta) dengan lingkungan
4.
Individu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
Mengenai penyesuaian
diri ini dapat kita kemukakan secara luas:
a. Penyesuaian
diri yang berarti mengubah diri kita sesuai dengan lingkungan autoplatis
b. Penyesuaian
diri yang berarti mengubah lingkungan sesuai dengan kehendak kita (alloplastis)
Dalam
pelaksanaan interaksi social ini dapat dijalankan melalui Imitasi (peniruan), Sugesti
(memberi pengaruh), Identifikasi, Simpati (seperasaan)
BAB III. PENDEKATAN INTERAKSI
Di
dalam approach interaksional ini kita memperhatikan factor – factor individu
dan sosial, di mana individu dan masyarakat saling mempengaruhi dan hubungan
timbal balik antara individu dan masyarakat, ada hubungan interaksi antara
individu dapat mempengaruhi inidvidu pengaruh – pengaruh yang bersifat dinamis
dan kreatif.
Approach
interaksional mengindahkan approach individu dengan factor – factor biologis
dan psikologisnya pada tiap – tiap individu sebagai kekuatan potensial dan
approach sosial mempunyai factor – factor yang memberikan kesempatan untuk
dikembangkan kearah kemanfaatan dalam tata hidup manusia di dalam masyarakat
dan negara.
Dengan
adanya interaksi maka manusia dari lahirnya telah mempengaruhi tingkah laku
orang – orang lainnya dan benda – benda di dalam milieu sekitarnya dan
sebaliknya tingkah laku orang- orang lain dan benda – beda mempengaruhi kepada
bayi itu dalam pertumbuhan seterusnya.
Oleh
karena itu situasi interaksi adalah situasi hubungan sosial, maka dapat
dikatakan bahwa manusia itu memasyarakat diri, atau dengan perkataan lain
manusia membudayakan diri dan memasyarakatan, pembudayaan ini tidak aka nada
habis – habisnya sampai akhir zaman.
Kesimpulan
pendekatan ini mengatakan bahwa mengetahui tingkah laku manusia harus dilihat dari
individu dan masyarakat. Jadi approach education of sociology semata–mata
individual atau social tetapi kedua-duanya. Educational sociology adalah studi
tentang interaksi individu dan lingkungan kulturalnya yang terkandung di
dalamnya individu – individu lain, kelompok – kelompok sosial dan pola – pola
tingkah laku, di mana seorang individu yang lahir selalu dipengaruhi orang dan
kebudayaan disekitarnya.
Menurut
E. George Payne ( bapak sosiologi pendidikan mendefinisikan : Educational
sociology adalah ilmu pengetahuan yang menggambarkan dan menerangkan lembaga –
lembaga kelompok sosial dan proses – proses sosial, dimana dalam hubungan itu
individu memperoleh dan menyusun pengalaman-pengalamannya. Jadi prinsipnya
antara invidu dengan lembaga-lembaga itu selalu saling mempengaruhi.
Hubungan
sosiologi pendidikan dengan psikologi pendidikan
Persamaannya:
Kedua- keduanya mencari jalan untuk menentukan dan memberikan arah terhadap efek sekolah bagi tingkah laku individu. Kedua ilmu itu tersebut merupakan alat untuk merealisasi tercapainya tujuan pendidikan
Kedua- keduanya mencari jalan untuk menentukan dan memberikan arah terhadap efek sekolah bagi tingkah laku individu. Kedua ilmu itu tersebut merupakan alat untuk merealisasi tercapainya tujuan pendidikan
Perbedaannya
Psikologi pendidikan berhubungan dengan teknik bagi membentuk kebiasan– kebiasaan baru dalam diri anak. Sedangkan sosiologi pendidikan tertarik perhatiannya di dalam implikasi – implikasi bagi pembuatan kurikulum –kurikulum, organisasi kelas dan metode – metode
Psikologi pendidikan berhubungan dengan teknik bagi membentuk kebiasan– kebiasaan baru dalam diri anak. Sedangkan sosiologi pendidikan tertarik perhatiannya di dalam implikasi – implikasi bagi pembuatan kurikulum –kurikulum, organisasi kelas dan metode – metode
Sedang
Payne menggambarkan perbedaan tersebut sebagi berikut :
Psikologi pendidikan adalah suatu ilmu yang terpakai (applied science ) ilmu terutama sekali berhubungan dengan hukum – hukum dari ilmu jiwa praktis untuk mencari, mengumpulkan dan mengevaluasi pengalaman – pengalaman atau masalah – masalah tentang belajar.
Psikologi pendidikan adalah suatu ilmu yang terpakai (applied science ) ilmu terutama sekali berhubungan dengan hukum – hukum dari ilmu jiwa praktis untuk mencari, mengumpulkan dan mengevaluasi pengalaman – pengalaman atau masalah – masalah tentang belajar.
Sosiologi
pendidikan ialah juga sebagai ilmu yang terpakai tetapi ilmu ini tidak berhubungan
dengan metode pencarian atau pengumpulan, pengalaman tetapi berhubungan dengan
efek belajar atas kehidupan kelompok. Ilmu ini
menerangkan bagaimana pendidikan sebagai suatu proses dapat di bawah
kondisi – kondisi yang optimum menghilangkan kekurangan – kekurangan sosial dan
mencoba bagi masyarakat yang ideal.
Jadi
prinsipnya psikologi pendidikan menitikberatkan pendidikan sebagai proses
belajar sedangkan sosiologi pendidikan menitikberatkan pendidikan sebagai
proses education. Brown menegaskan bahwa psikologi pendidikan adalah pendidikan
yang menggunakan hukum-hukum psikologi sedangkan sosiologi pendidikan adalah
pendidikan yang menggunakan hukum-hukum sosiologi. Sosiologi pendidikan tidak
hanya berhubungan dengan tujuan pendidikan, kurikulum, metode dan pengukuran
tetapi juga berhubungan dengan sekolah dan masyarakat.
BAB V. TEORI MEDAN
Membahas
tiga macam approach terhadap tingkah laku manusia, baik manusia sebagai makhluk
individu dan sosial dengan approach – approach individual, sosial dan
interaksional, ada cara lain untuk meneliti tingkah laku manusia, dengan
membahas medio sosiopsychis manusia, dengan membahas medan sosial manusia.
Cara pembahasan ini terkenal dengan nama teori medan atau field theory yang diajarkan oleh Dr. Kurt Lewin dalam psikologi dan dikembangkan dalam psikologi sosial oleh J.F Brown.
Cara pembahasan ini terkenal dengan nama teori medan atau field theory yang diajarkan oleh Dr. Kurt Lewin dalam psikologi dan dikembangkan dalam psikologi sosial oleh J.F Brown.
Inti
dari pada teori medan ialah meneliti
struktur medan hidup ( life space ) beserta pribadinya, personnya, life space
sosial atau medan sosial. Medan hidup ini merupakan kondisi – kondisi syarat –
syarat dan situasi konkret yang menyertai gerak pribadi, gerak person tadi. Objek
manusia dianggap sebagai ornaisme
Cara
berkerja teori medan itu mempergunakan metode pothetico deduktif (hypotheticv deductive
method)
Selanjutnyauntuk
menentukan tingkah laku manusia di rumus sebagai berikut :
B = R ( PE ) di mana dalam manusia ini terdapat simbol – simbol : B = Behavior ( tingkah Laku ) P = Person, manusianya E = Environment, milieu F = fungsi, sehingga rumus tadi harus dibaca : tingkah laku (B) adalah fungsi person (P) dan milieu (E) artinya bahwa tingkah laku manusia itu bergantung kepada pribadi (Person) dan lingkungan sekitarnya (Milieu). Secara prinsipil dalam teori medan untuk mengubah pribadi maka harus dapat mengubah medan sosialnya dan medan psikologisnya.
B = R ( PE ) di mana dalam manusia ini terdapat simbol – simbol : B = Behavior ( tingkah Laku ) P = Person, manusianya E = Environment, milieu F = fungsi, sehingga rumus tadi harus dibaca : tingkah laku (B) adalah fungsi person (P) dan milieu (E) artinya bahwa tingkah laku manusia itu bergantung kepada pribadi (Person) dan lingkungan sekitarnya (Milieu). Secara prinsipil dalam teori medan untuk mengubah pribadi maka harus dapat mengubah medan sosialnya dan medan psikologisnya.
BAB
VI. WARISAN BUDAYA
1. Pengertian
kebudayaan
Kebudayaan
: Cultuur ( Bahasa Belanda ), Culture ( Bahasa Inggris ), berasal dari
perkataan Latin “ Cuolere “ yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan,
dan mengembangkan, terutama mengola tanah atau bertani. Dari segi arti ini
berkembang arti culture sebagai “ segala daya dan aktivitet manusia untuk
mengolah dan mengubah alam.
Dari
sudut bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta “ Budhayah “
yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.
Kebudayaan secara keseluruhan adalah hasil usaha manusia untuk mencukupi semua kebutuhan hidupnya.
Kebudayaan secara keseluruhan adalah hasil usaha manusia untuk mencukupi semua kebutuhan hidupnya.
Jadi
kebudayaan itu mempunyai sifat kompleks, banyak seluk beluknya dan merupakan
totalitas, merupakan keseluruhan meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, custom dan lain – lain kapabilitas dan kebijaksanaan –
kebijaksaaan yang diperoleh oleh manusia di dalam masyarakat. Pencipta
kebudayaan adalah manusia, focus kebudayaan adalah masyarakat.
Jelasnya
“ Kebudayaan “ adalah suatu hasil ciptaan dari pada hidup bersama yang
berlangsung berabad – abad. Kebudayaan adalah suatu hasil dan hasil itu dengan
sengaja atau tidak sesungguhnya ada dalam masyarakat.
Unsur – unsur
atau bagian – bagian kebudayaan menurut Limton culture atau kebudayaan sebagai
bagian besar dan umum secara totalitas, terbagi – bagi atas:
1. Cultural
universal : misalnya mata pencarian, kesenian agama, ilmu pengetahuan ,
kekerabatan dan sebagainya.
2. Cultural
Activitis : Kegiatan – kegiatan kebudayaan misalnya dari mata pencarian tadi
terhadap pertanian, peternakan, perikanan, perindustrian, perdagangan dan sebaginya
3. Traits
Complexes adalah bagian – bagian dari cultural activities tadi
4. Traits adalah bagian – bagian darit raits
complexes tadi
5. Items adalah bagian – bagian di dalam traits kebudayaan.
2. Manusia
Makhluk Berkebudayaan
Istilah
kebudayaan di sini sebenarnya kurang tepat seolah olah kebudayaan itu dapat
ditinggalkan seperti membuka baju. Jadi tepatnya manusia itu berbudaya, manusia itu aktif menciptakan kebudayaan,
manusia itu membudaya terus menerus dari saat manusia itu ada ( bayi lahir )
sampai dia meninggal dunia. Tetapi sebagian dari kebudayaan masih tetap ada,
ialah yang berupa warisan kebudayaan.
Komponen – komponen kebudayaan itu adalah sebagi berikut :
Komponen – komponen kebudayaan itu adalah sebagi berikut :
1. Alam
pikiran ideologis dan religio
2. Bahasa
3. Hubungan
sosial
4. Hidup
perekonomiannya
5. Ilmu
pengetahuan dan teknologi
6. Keseniannya
7. Politik
pemerintah
8. Pewarisan
kebudayaan atau pendidikan
Pola
tingkah laku kelompok
Mores
adalah cara bertingkah laku dengan nada emosi yang dihubungkan dengan sikap
benar atau salah. Sedangkan Institusi atau lembaga adalah pola tingkah laku
telah terkait oleh kebudayaan atau pertimbangan yang spesifik
Ciri
– ciri dari pada kebudayaan adalah spesifik, khas atau karaktristik
( khas dari pada kebudayaan ialah komulatif, dinamis, disfertif) Hakikatnya adalah komulatif, merupakan tumpuk – tumpukkan, merupakan lapisan – lapisan atau stratifikasi.
( khas dari pada kebudayaan ialah komulatif, dinamis, disfertif) Hakikatnya adalah komulatif, merupakan tumpuk – tumpukkan, merupakan lapisan – lapisan atau stratifikasi.
3. Hakikat
Sosial dari Pendidikan
Fungsi
– fungsi dari pendidikan :
1. Asimilasi
dari tradisi – tradisi
2. Pengembangan
dari pola – pola sosial yang baru
3. Kreatifitas
atau peranan yang bersifat membangun di dalam pendidikan
Menurut Brown , ada 3 pelaku pendidikan :
1. Lembaga
– lembaga pendidikan formal
2. Kelompok
– kelompok yang teroganisir yang mempunyai fungsi pendidikan yang penting
3. Organisasi
– organisasi yang bersifat komersial dan industry
BAB VII. KELOMPOK SOSIAL
Di
dalam memasuki suatu kelompok harus memenuhi syarat – syarat sebagai berikut:
1. Dia
harus tunduk pada orang yang lebih tua (senior)
2. Dia
tidak boleh makan makanan tertentu
3. Dia
tidak boleh mengganggu wanita – wanita milik orang lain
4. Dia
harus menjaga rahasia, dan sebagainya
Bahkan
pada suku lain : dia diberi pisau dan disuruh masuk ke hutan untuk hidup selama
1 tahun dan harus menghadapi tantangan – tantangan musim dingin dan musim panas.
Sehingga dengan demikian individu – individu tersebut berkembang dan mempunya
dua fungsi yaitu sebagai makhluk individual
dan sebagai makhluk sosial
1. Klasifikasi
Kelompok Sosial
Dari
beberapa macam klasifikasi kelompok sosial antara lain yang dibahas dalam bab
ini ialah sebagai berikut:
1. Willian
G. Summer mengemukakan adanya in group atau we-group dan out-group atau
others-group atau every body else. Di dalam in-group ada sosialisasi kearah
mana tiap – tiap individu anggota kelompok kesetiaan dan solidaritas dan di
situ terdapatlah usaha identifikasi pribadi satu sama lain kearah adanya rasa
persahabatan, kerja sama, rasa tanggung jawab, terutama di dalam saat – saat
yang mendesak dan gawat.
2. Cooley
mempergunakan dasar “ we and the group “ dari sumner yang mengemukakan adanaya
jenis – jenis kelompok sosial – sosial primair, sekundair dan tertier atas
dasar intimitas perasaan individu – individu atau kelompok – kelompok lainnya.
2. Relasi
– Relasi Intergroup
Ada
cara – cara lagi untuk memahami relasi – relasi intergroup, atau hubungan –
hubungan inter kelompok, yaitu apa yang dinamakan jarak sosial atau social
distance dan ethnosentrisme.
Jarak
sosial itu ada dua macam yaitu jarak sosial- sosial vertical, ialah adanya rasa
perbedaan antara individu dan kelompok yang di dasarkan atas status.
Yang dimaksud jarak sosial horizontal ialah didasarkan atas sikap ontimitas atau taraf rasa kekamian ( degree of feeling ) “ rasa peka atau rasa erat keanggotaan kelompok, jarak sosial horizontal mana terdapat pada pribadi perseorangan atau pun bersifat sosial.
Yang dimaksud jarak sosial horizontal ialah didasarkan atas sikap ontimitas atau taraf rasa kekamian ( degree of feeling ) “ rasa peka atau rasa erat keanggotaan kelompok, jarak sosial horizontal mana terdapat pada pribadi perseorangan atau pun bersifat sosial.
3. Fungsi
Kelompok Sosial
Fungsi
dari pada kelompok sosial dapat bersifat individu dan sosial. Fungsi individual
dari pada kelompok ialah dalam tarap – tarap tertentu dapat memenuhi kebutuhan
– kebutuhan individu, dimana individu – individu melalui kelompok dapat
dimiliki pengetahuan – pengetahuan yang essensial, kecakapan, sikap yang
penyesuaian dalam pengalaman – pengalaman pendewasaannya dalam kelompok yang
lebih luas.
4. Dinamika
Kelompok Sosial
Seperti
telah disinggung – singgung dalam pembahasan lewat, bahwa masyarakat dan
kebudayaan – kebudayaan manusia itu tumbuh dan berkembang terus menerus, jadi
ada perubahan – perubahan kearah kemajuan, jadi ada gerak, ada dinamika dari
pada sosialnya. Perubahan – perubahan itu terjadi pada bentuk – bentuk dari
pada folkways (kebiasaan harian), mores dan institusi, tetapi fungsinya tak berubah.
5. Peranan
Keluarga Terhadap Perkembangan
Adapun
faktor – faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan anak itu dikemukakan oleh
para ahli sebagai berikut :
a.
Status Sosial Ekonomi Keluarga
b.
Faktor Kebutuhan Keluarga
c.
Sikap Kebiasaan – kebiasaan Orang Tua
BAB VIII. PROSES SOSIAL
1. Manusia
sebagai makhluk Biososial
Manusia itu di lahirkan di dalam
masyarakat mempunyai tata hidup dan penghidupan serta pola tingkah laku yang
komplek. Untuk menganalisa betapa pengaruh kebudayaan kepada pertumbuhan dan
perkembangan individu menjadi orang dewasa yang berpribadian sempurna atau
integral, demikian juga betapa kekuatan – kekuatan kodarat atau faktor – faktor
keturunan biologis pada manusia yang menjadi milik pribadi sebagai
individualitas dapat menjamu kepribadian seseorang, kedua masalah itu akan
dibahas dalam bab ini.
2. Interaction,
Dasar Proses Sosial
Dengan kata lain : proses dua arah
dimana setiap individu atau group menstimulir yang lain dan mengubah tingkah
laku daripada partisipan.
3. Klasifikasi
Interaksi Sosial
Klasifikasi interaksi sosial,
antara lain :
a. Yang melibatkan dalam sejumlah orang
b. Ada tingkat – tingkat keintiman
c. Ada yang berproses sosial
Termasuk dalam proses yang
menyatakan (integrasi) ialah : Coperation (Koperasi), Consensus (kerjasama) dan
Asimilation (assimilasi).
a. Coperation
(Koperasi)
Ada 3 jenis koperasi ( kerja sama )
yang didasarkan perbedaan di dalam organisasi group atau didalam sikap group,
yaitu:
-
Kerjasama primer
Disini group dan individu sungguh –
sungguh dilebur menjadi satu
-
Kerjasama sekunder
Apabila kerjasama primer
characteristic dan masyarakat primitive, maka kerja sama sekunder adalah khas pada
masyarakat modern.
-
Kerjasama tertier (accommodation)
Dalam hal ini yang menjadi dasar
kerjasama yaitu adalah konflik yang laten.
b. Consensus
(kerjasama)
Consensus di maksudkan suatu
persetujuan, baik yang diucapkan maupun tidak, di atas mana syarat–syarat
kerjasama itu diletakkan.
c. Asimilation(assimilasi)
Assimilasi adalah proses di mana
berbagi – bagi kebudayaan melebur menjadi satu-satunya yang homogen
2.
Klasifikasi Interaksi Sosial
Konflik adalah usaha yang sengaja
menentang, melawan atau memaksa kehendak orang lain. Di pandang dari segi
terjadinya, maka konflik ini ada 2 macam, yaitu : Corparate Conflict dan
Personal Conflict.
3.
Kompetisi (persaingan)
Persaingan adalah hubungannya
dengan konflik, tetapi berbeda kompetisi tidak mengandung usaha dengan sengaja
untuk menentang kehendak orang lain dan tidak mengandung paksaan.
BAB IX. NILAI – NILAI
SOSIAL DAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT
Yang dimaksud
dengan pembangunan masyarakat antara lain:
a. Pembangunan menuju taraf hidup
yang lebih baik, kesehatan yang lebih baik dan memperoleh pendidikan.
b. Lebih menekankan kepada
masyarakat dari pada individu sebgai suatu kesatuan yang di hadapi dan sebagai
suatu alat yang dilalui untuk mendapat kemajuan
c. Masyarakat harus dirangsang dan
di bantu untuk maju dengan usaha dan isiatif sendiri
d. Terhadap rangkaian pendapat
kadang ada yang lain :
- Bahwa hasil yang banyak dalam
rangsang masyarakat untuk membangun taraf hidup yang lebih baik
- Bahwa apabila masyarakat dapat di
dorong untuk serta dalam pembangunan dengan menyediakan secara sukarela tenaga
bebas dan bahan dari bersumber tempat mereka sendiri
Pembangunan umum dua macam yang
memecahkan trasisi yang harus kita ketahui :
1. Pemasukan pengaruh secara paksaan dalam segala
hal
2. Rencana pembangunan secara kecil – kecilan.
2. Rencana pembangunan secara kecil – kecilan.
BAB
X. TEMPAT – TEMPAT INTERAKSI ANTARA PERSON DAN GROUP
1. Keluarga (Family)
1. Keluarga (Family)
a. Fungsi
Keluarga.
Menurut Ogbum fungsi keluarga itu
adalah sebagai berikut : Fungsi kasih sayang, fungsi ekonomi, fungsi
pendidikan, fungsi perlindungan atau penjagaan, fungsi rekreasi, fungsi status
keluarga dan fungsi agama.
Menurut Bierstadt : keluarga berfungsi sebagai : Menggantikan keluarga, mengatur dan menguasai implus – implus sexuil, menggerakkan nilai – nilai kebudayaan dan menunjukkan status
Menurut Bierstadt : keluarga berfungsi sebagai : Menggantikan keluarga, mengatur dan menguasai implus – implus sexuil, menggerakkan nilai – nilai kebudayaan dan menunjukkan status
b. Peranan
Sosial dan Keluarga
Dikatakannya bahwa kelas – kelas
sosial dapat dibedakan enjadi 3 macam, yaitu:
- Upper Class : dalam kelas ini
sikap terhadap anak adalah bangga dan menaruh penghargaan.
-Midle–Class: disin itidak diadakan
menyelidikan
- Lower-Class : di sini keinginan –
keinginan seperti upper-class itu kurang karena alasan–alasan.
2.
Perbedaan Peer Group dengan orang Dewasa
a.
Perbedaan Dasar : dalam dunia orang dewasa anak selalu di dalam posisi
subordinate status ( status bawahan ) , dengan kata lain status dunia dewasa
selalu diatas.
b.
Perbedaan Pengaruh : pengaruh peer group ini makin lama makin penting
fungsinya, jadi pengaruh keluarga makin kecil.
3.Fungsi
– fungsi daripada peer group
Peer Group adalah sebagai suatu
wadah untuk sosialisasi. Menurut Havighurs peer group ini mempunyai 3 fungsi,
yaitu : mengajarkan kebudayaan, mengajarkan mobilitas sosial dan membantu
peranan sosial yang baru
4.Gang
Beberapa ketidakseimbangan akibat
gang ialah:
- Penyesuaian yang buruk di dalam
kehidupan keluarga
- Kepadatan penduduk
-
Kesulitan – kesulitan lain yang timbul dari isolasi cultural
-
Status ekonomi rendah, kekurangan tempat untuk bermain
- Fasilitas – fasilitas sosial dan
rekreasi yang lain
5. Sekolah Dalam Masyarakat
a. Pendidikan, penduduk dan
kecenderungan ekonomi
1. Bersifat
stabilisasi atau stabilits : suatu sifat stabil, tidak meningalkan adanya perubahan
(revolusioner)
2. Bersifat
Fluidity atau fluiditas : pendidikan itu dimungkinkan adanya perubahan –
perubahan, baik mengenai stabilitas atau riilnya, maupun fluisitas atau idealnya.
Menurut masalah penduduk ini,
menurut Widarno Surachmat dapat dipecahkan dengan jalan transmigrasi,
transplanetasi, teknologi makanan, keluarga berencana
b. .Bentuk – bentuk Sekolah
- Bentuk
sekolah tradisional.
- Bentuk
sekolah sebagai suatu modal dari masyarakat
- Bentuk
sekolah masyarakat
c. Sifat – sifat sekolah masyarakat
- Sekolah ini mengajarkan anak –
anak untuk mendapatkan
- Sekolah ini melayani keseluruhan masyarakat
Kriteria sekolah masyarakat :
- Sekolah
sebagai guru kehidupan masyarakat terhadap anak–anak
- Sekolah
sebagai pusat kehidupan masyarakat dan tindakan untuk penduduk dari semua umur
dan kelasmembantu fasilitas – fasilitas fisik untuk belajar dan berekreasi bagi
semua umur didalam masyarakat itu.
- Sekolah
mempunyai programp endidikan orang dewasa
- Membawa
orang – orang muda dan orang – orang dewasa bersama untuk bekerja atas masalah
– masalah yang umum dari masyarakat
- Membawa
para guru ke dalam kehidupan masyarakat sebagai teman, dan teman ini berkerja
lebih daripada seorang specialis.
4. Pro
dan Kontra Masyarakat
Bagi yang pro bahwa belajar pada
local masyarakat akan menjadi masyarakat yang baik (jadi titik berat pada
masyarakat)
Bagi yang kontra : menurut
pandangan ini masyarakat adalah demikian kompleksnya bagi anak untuk
mempelajari secara intensif.
5. Bedanya
Sekolah Masyarakat dengan Sekolah Tradisional
Pada prinsipnya
baik sekolah masyarakat maupun sekolah tradisional merupakan pendirian yang
dominan yang menguasai dalam masyarakat, sekolah adalah merupakan cermin dari
pada masyarakat.
Mengapa sekolah Converhensip itu perlu didirikan ? dalam hal ini terdapat beberapa alasan : alasan isi pendidikan, alasan perkembangan anak didik, alasan pengunaan terbaik dari sumber, sumber insani, alasan demokrasi dan alasan efisiensi dan pembiayaan pendidikan.
Mengapa sekolah Converhensip itu perlu didirikan ? dalam hal ini terdapat beberapa alasan : alasan isi pendidikan, alasan perkembangan anak didik, alasan pengunaan terbaik dari sumber, sumber insani, alasan demokrasi dan alasan efisiensi dan pembiayaan pendidikan.
Ada beberapa
tipe organisasi internasional yang bekerja melampaui nasional, yaitu:
- Tipe yang pengurusannya
orang – orangtua,
- Organisasi
yang bersifat pribadi, artinya organiosasi yang bersifat swasta
- Tipe yang bersifat
pemerintahan, bersifat resmi.
BAB XI. SOSIOLOGI KURIKULUM
1. Kurikulum dan masyarakat
a.
Pendidikan dan Kehidupan
b.
Kurikulum dan Sekolah
Kurikulum adalah situasi dan kondisi yang
ada untuk mengubah sikap anak.
Hal ini
berarti bahwa situasi itu diarahkan atau dipimpin kepada pencapaian tujuan yang
telah ditentukan. Bahkan termasuk didalamnya: Subject matter, metode,
organisasi sekolah dan organisasi kelas serta pengukuran. Menurut Payne
kurikulum terdiri darisemua situasi dimana sekolah dapat menyelidiki dan
menggorganisir secara sadar untuk tujuan pengembangan kepribadian murid untuk
membuat perubahan tingkah laku. Kurikulum tidak dapat dibatasi oleh kepentingan
anak dengan segera tetapi meski di organisir dalam pengetahuan tentang
nilai-nilai sosial
c.
Pembagian Kurikulum
Di
Amerika terdapat 3 pembagian kurikulum:
- The
classical curriculum : kurikulum yang bersifat tradisional, menekankan pada
bahasa asing, bahasa kuno, sejarah kesusasteraan, matematika dan ilmu yang
murni (pure scince)
- The
Vocation Curriculum : kurikulum yang pada prinsipnya menyiapkan mahasiswa untuk
bekerja, dan dapat hidup layak di dalam masyarakat
- Life
Adjustment Curriculum : kurikulum yang dititik beratkan untuk pembangunan
kepribadian mahasiswa dan kegunaan sosial dari apa yang dipelajari dalam life
experience curriculum (kehidupan)
2. Sekolah Masyarakat
(community school)
a. Ciri – ciri sekolah masyarakat
Menurut Olsen ciri – ciri community school ialah
sebagai berikut :
1. Sekolah
itu memperbaiki untuk kehidupan setempat.
2. Sekolah
itu menggunakan masyarakat laboratorium tempat belajar.
3. Gedung
sekolah itu menjadi pusat kegiatan masyarakat
4. Sekolah
itu mendasarkan kurukulum pada proses – proses dan problem kehidupan masyarakat.
5. Sekolah
itu mengikutsertakan orang tua dalam urusan – urusan sekolah.
6. Sekolah
itu ikut serta mengkoordinasikan masyarakat
7. Sekolah
itu dapat melaksanakan dan menyebarkan filsafat negara dalam segala hubungan
antar manusia.
b.
Education and Social Policy
c. Social Stability and Social Fluidity
3. Paradox – Paradox Kebijaksanaan
a. Akibat Perkembangan penduduk dan Ekonomi
b. Akibat daripada Kenaikan Produksi
Pada
prinsipnya angka kelahiran ini dipengaruhi oleh 2 faktor interaksi, yaitu :
Produktivitas Ekonomi dan pengetahuan penduduk tentang pengendalian kelahiran
(birthcontrol)
c. Perubahan – perubahan di dalam Distribusi
Pembagian Umur
d. Pendidikan kebijaksanaan Sosial
Beberapa tipe paradox secara internasional antara
lain :
1. Welfare
versus productivity = kesejahteraan atau produktivitas
2. Saving
versus consumption = menabung atau konsumsi
3. Urban
versus rutal sectors = kota atau desa
4. Kodern
tehnology versus employment = teknologi modern atau tenaga kerja
5. Consumer
goods versus producer goods = barang – barang yang bersifat konsumsi atau
produksi atau yang dihasilkan.
e. Educated Employment = Penganguran – pengangguran
f.Fungsi ganda dari pendidikan formil
Fungsi tersebut ialah :
1. Sekolah
selalu memandang peranan dalam beberapa fungsi di dalam menyiapkan individu
untuk mencari nafkah dan ikut serta struktur pekerjaanyangberkembang
2. Di
mana – mana sekolah menolong memperkenalkan anak kepada kebudayaan
masyarakatnya dan meluaskan partisipasinya dari batas local ke batas nasional,
yang sangat penting di anatara gambaran yang dimungkinkan, dan pentingnya
kemajuan teknologi menjadi satu tujuan yang menonjol.
3. Sekolah
menciptakan individualitas
4. Sekolah
behubungan dengan pekerjaan – pekerjaan lain, menyelesaikan mensinyalir
elite-elite yang akan membawa teangung jawab yang terberat baik local maupun
nasional (elite merupakan creative minority)
5. Akhirnya
kebanyakan di sekolah direncanakan untuk mengabdikan dan memperbaiki system
pendidikan itu sendiri untuk melindungi hal –hal yang telah ada dan memperkenalkan
system inteketual yang baru
4. Perkembangan
Kurikulum
Dalam sejarah
perkembangan kurikulum, setelah abad ke-17, juga mulai menyebar kepada
pembicaraan mengenai metode pengajaran. Sebagaimana diketahui, pada kurikulum
tradisional, begitu mapannya metode tradisional, seperti dikte, menghafal dan
meniru. Selanjutnya, berlangsung secara agak alamiah, dasarnya penekanan kepada
buku – latihan dan penguasaan membaca buku atau literatur. Setelah berakhirnya
reformasi, pada tahun 1832, terjadi kebutuhan yang meningkat terhadap sekolah
bertipe komersial, di mana mata ajarannya dilengkapi dengan hal – hal yang
jelas – jelas bermanfaat untuk usaha bisnis (disamping ilmu hitung, sejarah
geografi, berbahasa inggris, dan ilmu fisika, juga diajarkan tata buku serta ilmu
pengukuran atau penelitian tanah.
Hal tersebut
menunjukkan, bukan saja betapa luasnya kurikulum itu di dalam jumlah mata
ajarannya, tetapi juga demikian luas aspek kegunaan sosial yang dicakupnya.
BAB XII. PROSES SOSIALISASI
Salah satu
masalah yang menjadi pusat penelitian dan pengembangan sosiologi pendidikan
ialah proses sosialisasi anak. Ada ahli – ahli sosiologi pendidikan yang
berpendapat, bahwa proses sosialisasi merupakan satu-satunya obyek penelitian
sosiologi pendidikan.
Definisi tentang
sosialisasi :
1. Havighurst
dan Neugarten : proses sosialsisasi adalah proses belajar
2. Thomas
Ford Hoult : bahwa proses sosialisasi adalah proses belajar individu dalam
bertingkah laku sesuai dengan standard yang terdapat dalam kebudayaan masyarakat.
3. R.S.
Lazarus : proses sosialisasi adalah proses akomodasi, dengan mana individu
menghambat atau mengubah implus – implus sesuai dengan tekanan lingkungan, dan
mengembangkan pola – pola dan tingkah laku yang baru sesuai dengan kebudayaan masyarakat.
4. G.H
Mead berpendapat : bahwa dalam proses sosialisasi itu individu mengadopsi
kebiasaan, sikap dan idea-idea dari orang lain, dan menyusunnya kembali sebagai
suatu system dalam diri pribadinya.
Dari
beberapa definisi tersebut diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa:
1. Proses
sosialisasi adalah proses belajar
2. Dalam
proses sosialisasi itu individu mempelajari kebiasaan sikap, idea – idea, pola
- pola nilai dan tingkah laku, dalam masyarakat di mana dia hidup
3. Semua
sifat kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu disusun dan
dikembangkan sebagai suatu kesatuan system dalam diripribadinya.
Konsep Penyesuaian diri (Adjustment)
Konsep penyesuaian diri ini berasal dari biologi,
dan merupakan konsep dasar dalam teori evolusi Darwin. Dalam biologi, Istilah
yang digunakan ialah adaptasi. Menurut teori tersebut hanya organism yang
berhasil menyesuaikan diri terhadap lingkungan fisiknya sajalah yang dapat
tetap hidup.
Konsep
adaptasi yang berasal dari biologi itu dalam ilmu – ilmu sosial (khususnya
psikologi) diberi nama baru, adjustment baik adaptasi maupun adjustment kita
terjemahkan dengan “ proses penyesuaian diri terhadap lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial. Proses penyesuaian diri itu merupakan reakasi terhadap
tuntutan – tuntutan terhadap dirinya. Tuntutan – tuntutan tersebut dapat
digolongkan menjadi tuntutan internal dan eksternal.
Tuntutan
internal adalah tuntutan yang berupa dorongan atau kebutuhan yang timbul dalam,
baik yang bersifat fisik maupun sosial.
Proses
penyesuaian diri dapat di pandang dari dua sudut, yaitu :
1.
Kualitas atau efesiensinya
2.
Proses berlangsung
Ada
dua tipe proses penyesuaian diri, yaitu:
a. Dalam
rangka penyesuaian diri itu individu mengubah atau menahan implus implus dalam dirinya
b. Dalam
rangka penyesuaian diri itu individu mengubah tuntutan atau kondisi lingkungan
dalam dirinya
Faktor
– Faktor Yang Mempengaruhi Sosialisasi
a. Sifat
dasar : Merupakan keseluruhan potensi – potensi yang diwarisi oleh seseorang
dari ayah dan ibunya.
b. Lingkungan
prenatal : lingkungan dalam kandungan ibu
c.
Perbedaan individu : individu
mendapatkan pengaruh – pengaruh tidak langsung dari ibu.
d.
Motivasi : kekuatan – kekuatan dari
dalam diri individu yang menggerakkan individu untuk berbuat. Motivasi ini
dibedakan menjadi dorongan dan kebutuhan.
Dua Aspek Perkembangan Sosial Manusia
Perkembangan manusia
tampak dalam dua aspek, yaitu:
a. Aspek
biologic : makan, minum dan perlindungan telah mengubah bayi menjadi manusia
yang dewasa jasmaninya
b. Aspek
personal sosial : pengalaman dan pengaruh manusia lain telah mengubah snak
menjadi pribadi sosial, warga masyarakat bertanggung jawab.
c. Perkembangan
sosial manusia itu mempunyai du aspek, yaitu :
a. Proses belajar sosial (process of learning) atau proses sosialisasi
b. Proses pembentukan kesetiaan sosial (formation of social loyalities)
a. Proses belajar sosial (process of learning) atau proses sosialisasi
b. Proses pembentukan kesetiaan sosial (formation of social loyalities)
Perkembangan Tingkah Laku Kelompok
Perkembangan
sosial anak terjadi melaui interaksi sosial dengan orang – orang di sekitarnya,
baik orang dewasa maupun teman sebaya. Terhadap pengaruh orang – orang dewasa,
pada umunya anak bersifat patuh dan menerimanya dengan percaya.
Perkembangan
selanjutnya ialah munculnya permainan kelompok yang lebih teratur. Fase ini
merupakan perkebangan lebih lanjut dari pada fase – fase sebelumnya. Ciri pokok
ada fase ini ialah kepatuhan kepada pimpinan pada permainan ini.
Keluarga dan
Sosialisasi
Dari beberapa definisi keluarga, yaitu:
1. Keluarga
merupakan kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri atas ibu dan anak
2. Hubungan
anta anggota keluarga dijiwai oleh suasana afeksi dan rasa tanggung jawab
3. Hubungan
sosial di antara anggota kelaurga relative tetap dan didasarkan atas ikatan
darah, perkawinan dan atau adopsi
4. Fungsi
kelaurga ialah memelihara, merawat dan melindungi anak dalam rangka
sosialisasinya agar mereka mampu mengendalikan diri dan jiwa sosial.
Perubahan Fungsi
Sosial Ekonomi Keluarga
Dahulu keluarga
merupakan kesatuan ekonomi dalam arti kesatuan proseksi dan konsumsi. Proses
perubahan ekonomi pada masyarakat industry telah mengubah sifat keluarga, dari
institusi pedesaan dan agrarian ke industry kekotaan dan industry. Dengan
demikian peran anggota – anggota keluarga juga mengalami perubahan karenanya.
Perubahan
masyarakat dapat mempengaruhi perubahan fungsi – fungsi sosial keluarga .
fungsi – fungsi sosial yang mengalami perubahan ialah Fungsi pendidikan, Fungsi
rekreasi, Fungsi keagamaan, Fungsi perlindungan. Dengan hilangnya fungsi sosial
keluarga, maka fungsi yang masih tetap melekat sebagai ciri hakiki keluarga
ialah Fungsi biologic, Fungsi afektif, Fungsi sosialisasi.
Keluarga Sebagai
Kelompok Primer
Sebagai kelompok primer, keluarga
berpengaruh terhadap anggota anggotanya karena:
1. Keluarga memberikan kesempatan
yang unik kepada anggotanya untuk menyadari dan memperkuat nilai kepribadiannya
2. Keluarga mengatur dan menjadi
perantara hubungan anggota – anggotanya dengan dunia luar. Dalam hubungan ini
dapat di bedakan dua macam corak keluarga,yaitu:
- Keluarga terbuka : keluarga yang
mendorong anggota – anggotanya untuk bergaul dengan masyarakat luas.
- Keluarga tertutup : keluarga yang
menutup diri terhadap hubungan dengan dunia luar.
Sosialisasi Dalam Keluarga
Dari pembahasan di atas dapatlah
diketahui, bahwa keluarga merupakan institusi yang paling penting pengaruhnya
terhadap proses sosialsasi manusia. Kondisi – kondisi yang menyebabkan
pentingnya peranan keluarga dalam proses sosialisasi anak ialah :
a. Keluarga
merupakan kelompok kecil yang anggota – anggotanya berinteraksi face to-face
secara tetap
b. Orang
tua mempunyai motivasi yang kuat untuk mendidik anak karena anak merupakan buah
cinta kasih hubungan suami-istri
c. Karena
hubungan sosial dalam keluarga itu bersifat relative tetap, maka orang tua
memainkan peran sangat penting terhadap proses sosialisasi anak
Hubungan
Orang Tua – Anak
Corak hubungan orang tua-anak
sangat menentukan proses sosialisasi anak. Corak hubungan prang tua- anak ini,
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fels Reseach institute, dapat
dibedakan menjadi tiga pola , yaitu:
a. pola
menerima-menolak, pola ini berdasarkan atas taraf kemesraan orang tua terhadap anak.
b. Pola
memiliki-melepaskan, pola ini berdasarkan atas dasar sikap protektif orangtua
terhadap anak
c. Pola
demokrasi-otokrasi, pola ini berdasarkan atas taraf partisipasi anak dalam menentukan
kegiatan-kegiatan dalam keluarga
2.Sekolah
dan Sosialisasi
Fungsi pendidikan sekolah adalah
memberantas kebodohan dan memberantas salah pengertian. Secara positif, kedua fungsi
tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Menolong
anak untuk melek huruf dan mengembangkan kemampuan – kemampuan intelektualnya.
b. Mengembangkan
pengertian yang luas tentang manusia lain yang berbeda kebudayaan dan interestnya.
Transmisi
Kebudayaan
1.transmisi pengetahuan dan keterampilan
2.transmisi sikap, nilai–nilai dan
norma–norma
Integrasi Social
Untuk menjamin integrasi social itu, caranya ialah :
1. sekolah
mengajarkan bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia
2. sekolah
mengajarakan pengalaman – pengalaman yang sama kepada anak memalui keseragaman
kurikulum dan buku – buku pelajaran dan buku bacaan disekolah.
3. Sekolah
mengajarkan kepada anak corak kepribadian nasional(national identity) memalui
pelajaran sejarah, dan geografi nasional, upacara – upacara bendera, peringatan
hari besar nasional, lagu–lagu nasional dan sebagainya.
4
Perkembangan Kepribadian Anak
Sekolah tidak saja mengajarkan
pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan mempengaruhi perkembangan intelek
anak, melainkan juga memperhatikan perkembangan jasmaninya melalui program olah
raga dan kesehatan.
Kebudayaan
Sekolah
Kebudayaan sekolah itu mempunyai beberapa unsure
penting, yaitu :
1. Letak
lingkungan dan prasarana fisik sekolah (gedung sekolah, mebiler, perlengkapan
yang lain).
2. Kurikulum
sekolah yang memuat gagasan – gagasan maupun fakta – fakta yang menjadi
keseluruhan program pendidikan
3. Pribadi
– pribadi yang merupakan warga sekolah yang terdiri atas siswa, guru, non teaching
specialist dan tenaga administrasi
4. Nilai
– nilai nomal, system peraturan dan iklim kehidupan sekolah.
Pendidikan Sekolah
Pendidikan Sekolah
Mobilitas sosial ialah gerakan
individu dari suatu posisi sosial ke posisi sosial lain dalam suatu struktur sosial.
Kita membedakan dua macam mobilitas sosial, yaitu: mobilitas sosial vertikal dan
mobilitas sosial Horisontal
Kelompok Sebaya dan Sosialisasi
Kelompok – kelompok sebaya itu
merupakan bagian dari generasi. Jadi semua orang, yang lahir dalam suatu
periode waktu tertentu mewujudkan suatu generasi. Generasi ini terdiri atas
kelompok – kelompok sebaya dari berbagai tipe dengan berbagai macam fungsinya
bagi anggotanya
Dari beberapa batasan tersebut di
ats dapat dirumuskan sejumlah unsure pokok dalam pengertian kelompok sebaya
sebagai berikut:
1. Kelompok
sebaya adalah kelompok primer yang hubungan antara anggotanya intim
2. Anggota
kelompok sebaya terdiri atas sejumlah individu yang mempunyai kelompok sebaya
usia dan status atau posisi sosial
3. Istilah
kelompok sebaya dapat menunjuk kelompok anak – anak, kelompok remaja atau
kelompok orang dewasa.
Kelompok
sosial mengajarkan mobilitas sosial. Meskipun kebanyakan kelompok sosial itu
sendiri anak – anak yang mempunyai status sosial yang sama, namun di dalam
kelas atau dalam perkumpulan pemuda kerap kali terjadi pergaulan antara anak –
anak dari kelas sosial bawah bergaul akrab dengan anak – anak dari kelas sosial
menegah dan kelas sosial atas.
Menyadari
besarnya peranan kelompok sosial dalam memberikan motivasi sosial ini banyak
pendidik yang berpendirian sebaiknya sekolah menerima siswa yang heterogen,
artinya siswa – siswa yang berasal dari bermacam – macam kelas sosial dan
subculture yang lain.
Di dalam kelompok sebaya anak belajar patuh kepada aturan sosial yang impersonal ( impersonal ) “ rule of the game ) dan kewibawaan yang impersonal pula. Di dalam kelompok sebaya akan bersikap patuh terhadap aturan dan kewibawaan tanpa memandang dari siap aturan itu dan siap yang memberikan perintah dan larangan itu
Di dalam kelompok sebaya anak belajar patuh kepada aturan sosial yang impersonal ( impersonal ) “ rule of the game ) dan kewibawaan yang impersonal pula. Di dalam kelompok sebaya akan bersikap patuh terhadap aturan dan kewibawaan tanpa memandang dari siap aturan itu dan siap yang memberikan perintah dan larangan itu
Jenis–jenis Kelompok Sebaya
Ditinjau dari sifat organisasinya, kelompok sebaya
dibedakan menjadi :
a. Kelompok sebaya bersifat informal
a. Kelompok sebaya bersifat informal
b.Kelompok
sebaya yang bersifat formal
Academic adalah kelompok sebaya mahasiswa yang
menonjol secara intelaktual, mengadakan identifikasi dengan dosennya, banyak
menggunakan waktunya di perpustakaan dan laboratorium, dan telah merencanakan
kelulusannya dan karier profesionalnya.
Non – cosformist. Kelompok sebaya ini terdiri atas beberapa macam tipe, yaitu secara intelektual agresif, yang mencari identitas dirinya dan suka memberotak.
Non – cosformist. Kelompok sebaya ini terdiri atas beberapa macam tipe, yaitu secara intelektual agresif, yang mencari identitas dirinya dan suka memberotak.
BAB XII. MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN
A. Bentuk
– Bentuk Kebudayaan
Para ahli sosiologi pada umumnya sependapat bahwa
isi dari kebudayaan itu dapat menjadi duah buah unsure komponen yang nyata,
yaitu komponen material dan non material.
1. Kebudayaan
Materi
Bagian materi dari suatu kebudayaan itu meliputi
segala sesuatu yang telah diciptakan dan digunakan oleh manusia dan mempunyai
bentuk yang dapat dilihat dan diraba. Eksistensi yang konkrit dari suatu produk
buatan manusia, tanpa memandang apa pun juga ukuran, kerumitan pembuatan,
yujuan ataupun nemtuknya, memberikan cirri kepada kebudayaan materi itu.
2.
Kebudayaan Non Materi
Aspek non-materi dari kebudayaan itu merangkum semua
buah karya manusia yang ia gunakan untuk menjelaskan serta dijadikan pedoman
bagi tindakan – tindakannya, dan itu tak hanya dapat ditemukan di dalam
pikirannya orang – orang.
Dikenal
dua buah kategori dari kebudayaan non-materi itu :
a.
Meliputi apa yang secara luas dapat didefinisikan sebagai norma – norma
individu
b.
Meliputi kelompok – kelompok norma – norma yang membentuk pranata sosial (
social institutions )
B. Komponen – Komponen Struktur Dari Kebudayaan
Komponen – komponen Struktur kebudayaan ialah suatu
cara untuk meninjau isi atau susunan dari kebudayaan, yang mempunyai keuntungan
– keuntungan analisa tertentu. Yang terutama ialah bahwa cara ini memberikan kemugkinan
kepada orang itu untuk membuat daftar catalog dari tingkah laku yang konkrit
yang mungkin menjadi ciri dari satu individu atau kelompok tertentu.
1. Elemen
– elemen Kebudayaan ( Cultural Traits )
Unit terkecil dari kebudayaan yang
dapat didentifikasir ( kenali ) disebut Istilah Elemen Kebudayaan. Suatu elemen
kebudayaan materi boleh jadi lebih mudah dikenali daripada suatu elemen
kebudayaan non-materi. Contoh untuk yang pertama antara lain ialah benda –
benda seperti bola sepak, pensil, dasi, lipstick atau ujung anak panah. Elemen
kebudayaan non-materi antara lain ilah tindakan – tindakan serta praktek –
praktek seperti aturan yang mengatakan bahwa gadis – gadis yang tinggal di
asrama harus sudah masuk ke kamarnya pada jam 1.00 malam dan lain-lain.
2. Kompleks
Kebudayaan
Suatu kombinasi dari elemen –
elemen yang saling berkaiatan yang membentuk persyaratan – persyaratan
kebudayaan untuk situasi – situasi atau aktivitas – aktivitas tertentu ialah
Kompleks Kebudayaan.
3. Pola
Kebudayaan
Kompleks – kompleks kebudayaan juga
saling berpadu untuk membentuk unit – unit yang luas dari kebudayaan. Unit –
unit yang terkhir ini disebut dengan istilah Pola – pola atau konfigurasi –
konfigurasi kebudayaan.
C. Tipe
– Tipe Partisipasi Kebudayaan
Para ahi ilmu sosial banyak berhutang budi kepada
ahli antropologi bernama Linton berkat klasifikasinya yang baik atas tipe –
tipe partisipasi kebudayaan sebagai berikut :
1.
Partisipasi Menyeluruh ( universal ),
adalah trait – trait kebudayaan yang diperlukan bagi seluruh anggota dari suatu
masyarakat.
2.
Partisipasi Pilihan ( alternatives ),
adalah situasi – situasi di mana individu bisa memilih beberapa kemungkinan
tindakan yang sama, atau hamper sama baiknya di mata masyarakat yang lebih
besar.
3.
Partisipasi Kekhususan ( speciality ),
adalah aspek – aspek unik dari kebudayaan yang tidak diikuti oleh khalayak
ramai secara umum
D.
Relativisme Kebudayaan
Standar – standar tingkah laku berhubungan dengan
kebudayaan di mana standar – standar itu berlaku, yaitu suatu gejala yang di
sebut dengan istilah Realivitas Kebudayaan. Relativitas kebudayaan menjelaskan
apa sebabnya suatu perbuatan tertentu. Sifat relative dari kebudayaan itu
memberikan suatu penjelasan mengenai tingkah laku. Tiga dari perwujudan –
perwujudan dan konsekuensi – konsekuensi tingkah laku sebagai akibat prasyarat
– prasyarat yang ditentukan oleh kebudayaan itu ialah:
1. Fanatisme
Suku bangsa ( Ethnosentrisme )
Pengamatan yang arif, selagi bepergian dari negeri
yang satu ke negeri yang lain, ia kana melihat bahwa hamper semua individu yang
dijumpai akan menganggap bahwa kebudayaannya lebih baik atau lebih tinggi dari
pada kebudayaan – kebudayaan lainnya dalam satu atau lain hal.
2. Goncangan
Kebudayaan ( Culture Shock )
Istilah Culture Shock ini pertama – tama
dipopulerkan oleh Kalervo Oberg. Ia menggunakan istilah ini untuk menyatakan
apa yang ia sebut sebagai suatu penyakit jabatan dari orang – orang yang secara
tiba – tiba dipindahkan ke dalam suatu kebudayaan yang berbeda dari
kebudayaannya sendiri.
Oberg mengemukakan 4 tahapan yang membentuk sirkus
Culture Shock bagi orang yang terjun di bidang karier ( sedang orang – orang
yang lain dapat di duga akan mengikuti pola yang serupa ).
1. Tahapan
Inkubasi ( kadang – kadang disebut tahapan bulan madu ), ialah tanpa waktu
orang merasakannya sebagai suatu pengalaman baru yang menarik
2.
Suatu perasaan dendam dan tahapan ini
disebut tahapan Kritis.
3. Pertentangan Kebudayaan ( Culture Conflict )
Keyakinan – keyakinan yang berlainan sehubungan
dengan system pemerintahan, praktek – praktek di bidang perekonomian kehidupan
keluarga, dan pendidikan, kesemuanya itu merupakan factor – factor yang
menimbulkan konflik kebudayaan.
BAB XIV. MANUSIA DALAM MENGHADAPI MASA DEPAN
BAB XIV. MANUSIA DALAM MENGHADAPI MASA DEPAN
A. Arti
Dan Tujuan Pendidikan ( Population Education )
Pendidikan kependudukan ( population education )
adalah istilah yang sangat popular dewasa ini , istilah ini berasal dari Prof.
Sloan Wayland yang diucapkan kira – kira tujuh tahun yang lalu. Rumusan atau
definisi tentang pendidikan kependudukan cukup banyak jumlah jenisnya,
kebanyakkan definisi itu dinyatakan secara operasional untuk mencapai tujuan
tertentu yang bersifat umum dan khusus dengan tekanan yang berbeda. Sifatnya
instruksional dengan harapan bahwa anak didik itu kemudian dapat menarik
kesimpulan dan mengambil keputusan yang rasional.
Menurut
Seminar Nasional Pendidikan Kependudukan tahun 1970, pendidikan kependudukan
dirumuskan sebagai berikut Pendidikan kependudukan adalah program pendidikan
yang membina anak didik memiliki pengertian, kesadaran sikap dan tingkah laku
yang bertanggung jawab tentang pengaruh perkembangan penduduk terhadap aspek –
aspek kehidupan manusia yang menyangkut segi – segi sosial, ekonomi, politik
dan kebudayaan dalam lingkungan keluarga, masyarakat, Negara dan dunia .
Pendidikan Kependudukan di Ciloto tanggal 31 Agustus
1973 menjelaskan antara lain sebagai berikut :
Pendidikan Kependudukan merupakan satu usaha baru
yang berhubungan dengan pembangunan Negara, khususnya dalam menanggulangi
masalah kependudukan , terutama pertumbuhan penduduk yang berlangsung secara
cepat dan perlu dikendalikan .
Pendidikan Kependudukan adalah suatu usaha yang mutlak dan perlu sebagai bagian dari pendidikan sekarang dengan maksud memberikan pengertian tentang kependudukan yang merupakansalah satu masalah dunia yang besar yang pengaruhnya terhadap perkembangan hidup kelak.
Pendidikan Kependudukan adalah suatu usaha yang mutlak dan perlu sebagai bagian dari pendidikan sekarang dengan maksud memberikan pengertian tentang kependudukan yang merupakansalah satu masalah dunia yang besar yang pengaruhnya terhadap perkembangan hidup kelak.
Tujuan Pendidikan Kependudukan
Tujuan umum pendidikan kependudukan adalah :
1.
Agar anak didik memiliki pengertian dan
kesadaran mengenai faktor – faktor yang menyebabkan perkembangan penduduk yang
cepat serta interaksi yang erat antara perkembangan penduduk dengan program
pembangunan untuk menaikkan tingkat hidup rakyat.
2.
Agar anak didik memiliki pengertian dan
kesadaran akan sebab akibat dari besar kecilnya keluarga terhadap situasi
kehidupan dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.
3. Agar
anak didik memiliki sikap yang rasional dan betanggung jawab dalam lingkungan
kehidupan bangsa ( Negara dan dunia ), dapat diperinci menjadi memiliki sikap
dan tingkah laku yang rasional dan bertanggung jawab terhadap program pemerintah
mengenai kependudukan
4.
Agar anak didik memiliki sikap yang rasional
dan bertangung jawab dalam lingkungan kehidupan keluarga dan masyarakat.
B. Pelaksanaan
Pendidikan Kependudukan
Drs.
J.W. Kandou mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan pendidikan kependudukan
sebagai suatu program untuk dilaksanakan, ada dua aspek yang perlu mendapat
perhatian, yakni aspek pendidikan dan aspek kependudukan.
Tentang aspek kependudukan ia berpendapat bahwa hal itu menjadi tanggung jawab instansi tertentu ( dalam hal ini ialah BKKBN ). Sedangkan sebagai subject matter ( mata pelajaran ) materi itu diberikan kepada anak didik sebagai aspek pendidik, yakni sebagai suatu proses yang pelaksanaannya dipertanggung jawabkan kepada instansi – instansi lain ( departemen P dan K ).
Tentang aspek kependudukan ia berpendapat bahwa hal itu menjadi tanggung jawab instansi tertentu ( dalam hal ini ialah BKKBN ). Sedangkan sebagai subject matter ( mata pelajaran ) materi itu diberikan kepada anak didik sebagai aspek pendidik, yakni sebagai suatu proses yang pelaksanaannya dipertanggung jawabkan kepada instansi – instansi lain ( departemen P dan K ).
C. Hubungan Antara Kehidupan Keluarga Dan Kecerdasan
Manusia
Pengalaman menunjukkan bahwa kemampuan seseorang untuk mengatasi atau memecahkan kesukaran itu ditentukan oleh kecerdasan seseorang. Makin cerdas seseorang, akan lebih mudah mengatasi kesukaran. Maka kecerdasan merupakan salah satu faktor penentu dalam menuju sukses atau kebahagian hidup. Begitu pula makin cerdas seseorang, maka cepat pula menangkap segala macam ilmu.Banyak factor yang menentukan perkembangan hidup manusia. Faktor – faktor itu ialah :
Pengalaman menunjukkan bahwa kemampuan seseorang untuk mengatasi atau memecahkan kesukaran itu ditentukan oleh kecerdasan seseorang. Makin cerdas seseorang, akan lebih mudah mengatasi kesukaran. Maka kecerdasan merupakan salah satu faktor penentu dalam menuju sukses atau kebahagian hidup. Begitu pula makin cerdas seseorang, maka cepat pula menangkap segala macam ilmu.Banyak factor yang menentukan perkembangan hidup manusia. Faktor – faktor itu ialah :
1. Faktor keturunan. Yaitu faktor yang
ada di dalam menusia itu sendiri
2. Faktor lingkungan, yaitu faktor yang ada di luar yang diperoleh sejak manusia dilahirkan hayatnya.
2. Faktor lingkungan, yaitu faktor yang ada di luar yang diperoleh sejak manusia dilahirkan hayatnya.
D. Hubungan Antara
Besar Keluarga Dan Test IQ
Ada hubungan antara rangsangan
intelek dengan jumlah besarnya keluarga, makin banyak atau besar keluarga, meminta
perhatian ibu dan ayah lebih besar, di samping penyediaan fasilitas yang makin
besar.
Tentang hal ini penyelidikan Tauran
Dh.D mengungkapkan , bahwa :
“ Pada umumnya keluarga yang mempunyai banyak anak terdapat dalam tingakt sosio ekonomis yang rendah. Orang tua yang berasal dari tingkat sosio ekonomisnya yang tinggi dan menengah cenderung membatasi anak-anak mereka dengan jumlah yang relative kecil sehingga sanggup membelanjai pendidikannya sampai tingkat tinggi, orang tua yang berasal tingkat sosio ekonomis rendah biasanya tidak memperhitungkan faktor – faktor tersebut ketika menentukan jumlah anak yang mereka kehendaki. Sekali lagi pengaruh jumlah anak terutama kelihatan pada angka test inteligensi yang kurang dari normal. Angka inteligensi yang tinggi lebih sering terdapat di antara anak – anak tunggal atau yang hanya mempunyai satu atau dua saudara. Angka inteligensi rendah terdapat di antara mereka yang mempunyai empat saudara atau lebih.
“ Pada umumnya keluarga yang mempunyai banyak anak terdapat dalam tingakt sosio ekonomis yang rendah. Orang tua yang berasal dari tingkat sosio ekonomisnya yang tinggi dan menengah cenderung membatasi anak-anak mereka dengan jumlah yang relative kecil sehingga sanggup membelanjai pendidikannya sampai tingkat tinggi, orang tua yang berasal tingkat sosio ekonomis rendah biasanya tidak memperhitungkan faktor – faktor tersebut ketika menentukan jumlah anak yang mereka kehendaki. Sekali lagi pengaruh jumlah anak terutama kelihatan pada angka test inteligensi yang kurang dari normal. Angka inteligensi yang tinggi lebih sering terdapat di antara anak – anak tunggal atau yang hanya mempunyai satu atau dua saudara. Angka inteligensi rendah terdapat di antara mereka yang mempunyai empat saudara atau lebih.
BAB
III
ANALISIS
BUKU
Sosiologi pendidikan merupakan
sebuah ilmu yang mempelajari seluruh aspek pendidikan baik struktur, dinamika,
masalah pendidikan ataupun aspek-aspek lainnya secara mendalam melalui analisis
atau pendekatan sosiologis. Sosiologi bisa masuk pada semua keilmuan termasuk
dalam keilmuan pendidikan, sosiologi pendidikan dianggap penting karena manusia
sebagai subjek selalu mengalami perubahan baik dalam tingkah lakunya maupun
dalam pola berfikirnya.
Sosiologi pendidikan memiliki
pengertian ilmu yang mempelajari segala bentuk pendidikan dari sudut struktur
social masyarakat. Sedangkan menurut Charles A. Ellwood sosiologi pendidikan
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari untuk melahirkan maksud
hubungan-hubungan antara semua pokok-pokok permasalahan anatara proses
pendidikan dan proses social. Manusia selalu mengalami perubahan secara terus
menerus sehingga pembahasan mengenai pendidikan dilihat dari struktur
sosialnya tidak akan habis. Sosiologi
pendidikan mempunyai posisi dalam upaya untuk mendidik generasi muda dengan
jalan memberikan, mewariskan kebudayaan yang ada dalam kelompok masyarakat.
Dalam buku sosiologi pendidikan
karangan Abu ahmadi terbagi menjadi empat belas bab yang membahas tentang
pengertian sosiologi pendidikan, pendekatan individu pendekatan social,
pendekatan interaksi, warisan kebudayaan, kelompok sosial, proses sosial,
tempat-tempat interaksi sampai pada bab yang terakhir yang membahas tentang
manusia dalam menghadapi masa depan. Dalam bab pertama penulis memberikan
pemahaman tentang pengertian sosiologi pendidikan yaitu suatu cabang ilmu
pengetahuan yang membahas proses interaksi sosial anak-anak mulai dari keluarga,
masa sekolah sampai dewasa serta dengan kondisi sosio kultural yang terdapat
dalam masyarakat dan negaranya. Sosiologi pendidikan adalah ilmu yang
mempelajari tentang proses belajar dan mempelajari antara orang yang satu
dengan orang yang lain. Jadi sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang hubungan dan interaksi manusia baik individu maupun
kelompok dengan persekolahan sehingga terjalin kerjasama yang sinergi dan
berkesinambungan antara manusia dan pendidikan.
Untuk membahas tata kehidupan
manusia seringkali kita melakukan transformasi pemikiran. Artinya bagaimana
untuk dapat memahami bahasa dan tata kehidupan individu dalam masyarakat serta
untuk mengerti kondisi masyarakat itu sendiri, watak individu, mental individu
dan sebagainya, apabila kita pahami padagilirannya akan memahami kelompok
individu tersebut. Tingkah laku kelompok dapat dikategorikan sebagai tingkah
laku masyarakat secara keseluruhan dari kelompok itu dan dapat disimpulkan
sebagai tingkah laku masyarakat negara pemilik kelompok tersebut. Menurut Abu
Ahmadi terdapat empat pendekatan sosiologis yang dapat digunakan dalam
menganalisis masalah-masalah pendidikan yaitu pendekatan individu, pendekatan
sosial, pendekatan interaksi dan
teori medan, namun semua pendekatan ini
tidak bisa berdiri sendiri sehingga dibutuhkan semua pendekatan untuk
menghasilkan analisis yang lebih akurat.
Menurut Abu
Ahmadi Objek penelitian sosiologi adalah tingkah laku manusia dalam kelompok.
Sudut pandangnya ialah memandang hakekat masyarakat, kebudayaan dan individu
secara ilmiah. Sedangkan susunan pengetahuan dalam sosiologi terdiri atas
konsep-konsep dan prinsip-prinsip mengenai kehidupan kelompok sosial,
kebudayaan dan perkembangan pribadi.
Menurut S. Nasution masalah-masalah yang diselidiki dalam sosiologi
pendidikan meliputi pokok-pokok masalah sebagai berikut :
1.
Hubungan
sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam masyarakat meliputi:
a.
Fungsi
pendidikan dalam kebudayaan
b.
Hubungan
dengan system pendidikan dengan proses control social dan system kekuasaan
c.
Fungsi
system pendidikan dalam proses perubahan social dan cultural atau usaha
mempertahankan status quo
d.
Hubungan
pendidikan dengan system tingkat/status social
e.
Fungsi
system pendidikan formal bertalian dengan kelompok rasial, cultural dan
sebagainya.
2.
Hubungan
antar manusia dalam sekolah, meliputi :
a.
Hakikat
kebudayaan sekolah, sejauh mana ada perbedaan dengan kebudayaan di luar sekolah
b.
Pola
interaksi social atau struktur masyarakat sekolah
Ø Kepemimpinan
dan hubungan kekuasaan
Ø Stratifikasi
social
Ø Pola
interaksi informal
3.
Pengaruh
sekolah terhadap kelakuan dan kepribadian semua pihak di sekolah meliputi a.
Peranan
social guru
b.
Hakikat
kepribadian guru
c.
Pengaruh
kepribadian guru terhadap kelakuan anak
d.
Fungsi
sekolah terhadap sosialisasi murid
4.
Sekolah
dalam masyarakat meliputi :
a.
Pengaruh
masyarakat atas organisasi sekolah
b.
Analisis
proses pendidikan yang terdapat dalam system-sistem social dalam masyarakat
luar sekolah
c.
Hubungan
antara sekolah dan masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan
d.
Factor-faktor
demografi dan ekologi dalam masyarakat yang bertalian dengan organisasi
sekolah.
Sedangkan
menurut Abu Ahmadi sosiologi pendidikan tidak hanya terbatas pada
studi di sekolah saja. Tetapi lebih luas lagi ialah mencakup
institusi-institusi sosial dengan batasan sepanjang pengaruh daripada totalitas
terhadap perkembangan kepribadian anak. Karena Sosiologi pendidikan sebagai ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang interaksi diantara individu-individu dan
kelompok-kelompok agar dapat mengorganisir pengalaman-pengalaman. Adapun
hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam masyarakat ialah :
1. Hubungan
antara sistem pendidikan dengan dengan proses sosial dan perubahan kebudayaan
atau dengan pemeliharaan status quo
2. Fungsi
sistem pendidikan formal di dalam proses pembaharuan sosial
3. Fungsi
sistem pendidikan di dalam proses pengendalian sosial
4. Hubungan
antara sistem pendidikan dengan pendapat umum
5. Hubungan
antara pendidikan dengan kelas sosial atau sistem status
6. Keberartian
pendidikan sebagai suatu simbol terpercaya di dalam kebudayaan demokratis
Wilayah kajian
sosiologi pendidikan yang cukup luas dengan segala aspek kehidupan masyarakat
dengan segala atributnya menjadikan sosiologi pendidikan merupakan disiplin ilmu yang penting. Apa yang di kemukakan di atas merupakan suatu kajian
yang memungkinkan masalah-masalah sosial di masyarakat. Lingkungan
dan factor strategic diatas tentu saja tidak semuanya relevan dengan bahasan
atau konten sosiologi pendidikan. Artinya masih
bisa dipilah dan dipilih sesuai dengan
tujuan pembelajarannya. Dalam memilah
dan memilih pokok bahasan tersebut di butuhkan kearifan dan kecerdasan sehingga pokok bahasan relavan dengan dan tujuan pembelajaran sosiologi
pendidikan.
Hal yang menarik dalam buku ini
terdapatnya pembahasan tentang sosiologi kurikulum, proses sosialisasi,
masyarakat dan kebudayaan dan pada bab terakhir yaitu manusia dalam menghadapi
masa depan. Pada pembahasan tentang sosiologi kurikulum diterangkan bahwa
kurikulum yang terdapat dalam sekolah formal tidak terlepas dari pembahasan
sosiologi. Brown memandang ada tiga prinsip sosiologi dalam memandang subjek
matter, ketiga prinsip tersebut adalah:
a. Bahwa
perubahan kurikulum itu bersifat grandul, mencerminkan nilai-nilai dasar
kulturil dari masyarakat, dan pada saat yang sama menunjukan pekerjaan yang
efektif dalam pengarahan nilai-nilai yang paling tinggi.
b. Subjek matter dalam sekolah pasti berfungsi dalam
hubungan dengan orang dewasa.
c. Subjek
matter pasti terus menerus merubah menuju pada yang efektif dari tujuan social
yang telah ditentukan dari lingkungannya .
Pada dasarnya sosiologi kurikulum
tidak menempatkan kurikulum diruang yang hampa melainkan kurikulum dipahami
sebagai gejala sosial yang dinamis, kontradiktif dan contested. Asumsi dasar
ini sama dengan berbagai gejala sosial lain seperti agama, industri, demokrasi,
kesehatan, pembangunan dan sebagainya. Karena menggunakan perspektif
sosiologis, maka pendekatannya berbeda dengan studi kurikulum pada umumnya.
Studi kurikulum sendiri pada awalnya menjadi rujukan utama perintis sosiologi
kurikulum. Sosiologi kurikulum tidak lagi mengakaji kurikulum secara praktis yang
membahs implementasi kurikulum di kelas. Meskipun demikian sosiologi kurikulum
tetap menempatkan kelas dan sekolah sebagai seting penting beroperasinya
praktik kurikulum tersebut.
Sosiologi kurikulum adalah studi
yang membahas relasi sosial politik kurikulum di masyarakat secara luas. Di
dalamnya dijelaskan bagaimana terjadinya dominasi oleh kelompok dan ideologi
dominan terhadap kelompok yang secara sosial lebih lemah. Secara umum yang
menjadi pokok bahasan sosiologi kurikulum adalah:
1.
Kekuasaan, yang
menjadi tema sentral dalam sosiologi kurikulum karena negara atau kelompok
dominan sangat berkepentingan dengan mekanisme kurikulum tersebut untuk
mempertahankan sekaligus mereproduksi alat kekuasaan maupun kepentingan ideologisnya.
2.
Ideologi, konstruksi ideologi dapat ditransformasikan
melalui kurikulum oleh aktor dominan. Penetrasi ideologis dapat berjalan tanpa
kesadaran kritis dari kelompok dominan yang berkuasa
3.
Ketimpangan sosial ekonomi, kelompok dominan yang
berkuasa sangat mungkin adalah kelompok yang memiliki akses kapital lebih
dibandingkan dengan kelompok sosial lainnya.
4.
Ketimpangan Gender, praktik kurikulum di sekolah
mewariskan ketimpangan gender melalui seperangkat teks pelajaran yang diajarkan
kepada murid-muridnya. Murid tanpa disadari menerima teks dan penjelasan bias
gender sebagai sebuah kebenaran
Meskipun sosiologi kurikulum tidak
secara spesifik membahas mengenai hal ikhwal
kurikulum
dipraktikkan di dalam kelas atau sekolah, tapi sosiologi kurikulum menjelaskan
mengenai implikasi praktik kurikulum tersebut dalam melahirkan kesadaran kritis
di kalngan aktor-aktor yang terlibat dalam praktik pendidikan tersebut.
Proses sosialisasi yang menjadi
perhatian dalam sosiologi pendidikan adalah sosialisasi tentang anak. Konsep
penyesuaian diri dapat diterangkan sebagai reaksi terhadap tuntutan dan
tekanan. Karena manusia hidup dalam lingkungan maka tingkah lakunya tidak hanya
terbatas pada penyesuaian diri saja akan tetapi juga pada tuntutan lingkungan
dimana ia tinggal.
Kebudayaan merupakan totalitas yang
kompleks mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat,
kebiasaan- kebiasaan yang diperoleh sebagai anggota masyarakat. Pendidikan
merupakan bagian dari kebudayaan, apabila kebudayaan berubah maka pendidikan
juga bisa berubah dan apabila pendidikan berubah maka akan dapat mengubah
kebudayaan.
Dalam pembahasan buku terakhir
membahas tentang manusia dalam menghadapi masa depan, dalam bab ini tidak lebih
menggambarkan manusia pada keadaan saat ini yang setiap tahunnya terus
bertambah yaitu 125 juta orang pada tahun 1973 dan pada sensus 1971 memberikan
gambaran saat itu sebayak 119.182.542 jiwa. Dan memberikan gambaran tentang
pendidikan yang cocok untuk masa depan dalam rangka pemakmuran penduduk. Selain
itu juga memberikan pengetahuan kesadaran pendidikan kependudukan yang tidak terlepas dari
sex education
BAB
IV
KELEBIHAN
DAN KEKURANGAN BUKU
Kelebihan dari buku sosiologi
pendidikan ini dalam pembahasannya lebih bersifat konkrit berdasarkan
gejala-gejala pendidikan yang ada di masyarakat dikontekskan pada struktur socialnya. Buku ini
disajikan secara sederhana serta bahasa
yang di pakai juga lugas sehingga cukup mudah dipahami
Namun dalam buku ini juga terdapat kekurangan
diantaranya yaitu penggunaan tata bahasa tidak sesuai dengan kaidah baku (EYD)
seperti dus, hal mana, kulturil. Selain itu tentang teknis penulisan, banyak
kutipan berbahasa asing tidak dicetak miring dan tidak ditulis dengan benar. Tidak
terdapat biodata penulis sehingga
pembaca tidak mendapatkan informasi tentang penulis dan karya lainnya. Dalam pembahasan
terakhir tentang manusia dalam menghadapi masa depan, pembahasannya masih
teoritis belum ada langkah konkrit mengenai model pendidikan yang cocok di terapkan di Indonesia apabila
dilihat dari persfektif sosiologisnya. Dari segi isi terkait dengan contoh yang
digunakan masih mengambil data tahun
lama sehingga kurang up to date.
BAB
V IMPLIKASI
Buku
Sosiologi Pendidikan ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi karena di dalamnya
memuat materi-materi lengkap dan mendalam tentang sosiologi pendidikan. Buku
ini bagus digunakan oleh mahasiswa yang belajar sosiologi pendidikan juga oleh
tenaga eduktif untuk menambah wawasan serta bermanfaat bagi para peminat untuk
mengembangkan pengetahuannya.
Daftar Pustaka
Ahmadi, Abu, 2007, Sosiologi Pendidikan, Jakara :
Rineka Cipta
Nasution, 2009, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Bumi
Aksara
Hidayat, Rakhmat, 2011, Pengantar Sosiologi Kurikulum,
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Comments
Post a Comment