LAPORAN BUKU SOSIOLOGI INDUSTRI Karangan S. R. Parker, R. K. Brown, J. Child, M.A. Smith
A.
PENDAHULUAN
Kajian tentang masyarakat selalu menarik untuk
diperbincangkan dan bersifat dinamis. Hal ini sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, inovasi teknologi serta industri didalamnya. Secara historis
perkembangan masyarakat industri berawal
dari terjadinya revolusi industri di Inggris dan revolusi politik yang terjadi
di Prancis. Revolusi industri yang terjadi di inggris yang pada awalnya
menggunakan alat produksi yang bersifat tradisional
beralih secara modern kapitalis. Begitupun dengan adanya revolusi politik yang
menerapkan sistem monarki absolut menjadi republik demokratis.
Berbicara tentang sosiologi industri berarti tidak
terlepas dengan adanya fenomena sosial yang menyangkut tentang hiruk pikuk di
kehidupan masyarakat perkotaan dan kehadiran perusahaan di tengah
masyarakat. Setiap kehadiran suatu
perusahaan di tengah masyarakat secara langsung maupun tidak langsung membawa
pengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Suatu daerah perindustrian yang baru
mampu menyerap jumlah tenaga kerja yang banyak maka daerah tersebut akan
menjadi pusat perindustrian dan akan mengambil alih semua kativitas kerja yang
telah berlangsung didaerah sekitarnya. Proses perkembangan daerah perindustrian
akan membawa berbagai dampak dalam kehidupan masyarakat.
B. PROFIL BUKU
Adapun
profil dari buku ini yaitu sebagai berikut:
1.
Judul
: Sosiologi
Industri
2.
Pengarang
: S.
R. Parker, R.K. Brown, J. Child, M.A. Smith
3.
Penerbit
: Rineka
Cipta
4.
Tahun
terbit : 1992
5.
Tempat Penerbit : Jakarta
6.
Tebal
halaman : 273
7.
Cetakan :
Ketiga
C. ISI BUKU
SOSIOLOGI
INDUSTRI PERSPEKTIF DAN MODEL
Oleh : M. A.
Smith
Sosiologi
industri ialah suatu cabang ilmu sosial yang membahas karakter dan arti dunia
kerja serta kehidupan manusia yang terlibat di dalamnya. Permasalahan yang
berhubungan dengan industri tidak hanya segala sesuatu yang berhubungan
langsung dengan kegiatan kerjanya tapi banyak juga hal lain yang secara tidak
langsung akan mempengaruhi aktivitas kerja dalam industri tersebut. Bagi
sebagian besar masyarakat, kerja selalu dihubungkan dengan aktivitas industri.
Variasi dari konteks tersebut berarti bahwa pekerjaan pun bervariasi baik dalam
perpindahan kerja ataupun perpindahan jabatan maupun tingkat kepuasan bagi
pekerjanya, kesempatan maupun monotonitasnya, risiko maupun upah yang
didapatkannya. Suatu tinjauan terhadap variasi-variasi tersebut memperlihatkan
bahwa ia menyebar kedalam spektrum pekerjaan, dimulai dari tenaga pelaksana
yang paling bawah kepada manajer dalam perusahaan. Sosiologi industri disebut
juga sebagai sosiologi organisasi, membahas sikap dan ideologi setiap pimpinan
pada suatu tingkat dalam struktur organisasi dan juga membahas apa yang
dilakukan individu dalam organisasi. Ada suatu keterkaitan antara perpindahan
kerja dengan kebiasaan di dalam bekerja yang dialami oleh orang-orang merupakan
suatu landasan utama baik bagi konflik maupun konsensus dalam suatu organisasi.
Sosiologi industri membahas pula tentang jenis-jenis masyarakat yang terlibat
baik langsung maupun tidak langsung di dalam aktivitas dan eksistensi
organisasi.
STRUKTUR DAN
PERUBAHAN EKONOMI
Oleh : S. R.
Parker
Konsepsi
ekonomi sebagai suatu subsistem masyarakat menunjukkan bahwa masyarakat
merupakan pengatur suatu sistem. Sesungguhnya kita juga bisa mengatakan bahwa
ekonomi merupakan induk sistem dari beberapa subsistem lainnya. Selanjutnya
setiap subsistem memiliki peranan fungsional dalam hubungannya dengan sistem
ekonomi sekaligus juga dengan sistem sosial yang merupakan induk dari semua
sistem tersebut.
Perubahan dalam struktur ekonomi
Teknologi
Berbagai
penemuan baru, perkembangan teknologi dan perubahan dalam dunia telah mengubah
secara radikal karakter industrial inggris dalam beberapa tahun tekahir ini.
Industri-industri dengan teknik baru, misalnya didalam bidang elektronik,
pesawat terbang, mobil, dan industri kimia serta dalam bidang konstruksi mesin
dan teknologi perminyakan, telah menjadi bagian terbesar dari nilai ekspor dan
memberikan kesempatan kerja yang cukup besar.
Nilai-nilai
Nilai
memainkan peranan penting di dalam merasionalisasikan norma-norma tertentu
didalam suatu organisasi. Nilai yang berlaku biasanya selalu disesuaikan dengan
situasi dan kondisi agar memungkinkan dirinya mampu mengembangkan dan
mengendalikan berbagai macam sistem sosial dan ekonomi dalam suatu masyarakat.
Di dalam
masyarakat industri modern suatu nilai tertentu telah digunakan untuk
mengendalikan, mengembangkan dan meningkatkan produktivitas ekonomi. Keinginan
untuk memaksimumkan keuntungan ataupun mendapat upah setinggi-tingginya serta
naluri untuk bekerja keras, merupakan refleksi dari suatu nilai yang terasa
ganjil di dalam suatu masyarakat yang tertutup suatu nilai yang jarang
ditemukan di tempat manapun juga di dunia ini.
Organisasi
Suatu
konsekuensi penting dari meningkatnya ukuran organisasi-organisasi industri
adalah meningkatnya kecenderungan monopoli dan oligopolis. Perlu dicatat bahwa
kenaikan laju konsentrasi industri yang menjadi ciri khas dalam perekonomian
Inggris pada tahun 1960-an, telah menciptakan suatu situasi dimana sejunilah
kecil perusahaan sekarang ini telah menguasai sektor industri tertentu. (Stant
wort dan Giddens, 1975; hal 5). Para pendukung sistem kapitalisme sudah lama:
menduduki posisi kontradiktif di dalam monopoli; kelihatannya mereka mendapat
keuntungan besar dari suatu pasar yang besar, sehingga mereka mampu
merasionalisasikan produksinya , akan tetapi merekapun "berada di dalam
kontrol atau batasan-batasan kegiatan perdagangan". Walaupun mereka
menghadapi berbagai kendala, tetapi di Amerika dan Inggris tetap tumbuh dengan
pesatnya.
Suatu
pertanyaan yang berkaitan dengan struktur ekonomi yang perlu mendapatkan
perhatian serius ialah "siapakah yang menjadi pemilik kekayaan
negara?" Sering disinyalir bahwa kenaikan pajak justru memperlebar
kesenjangan antara si kaya dan si miskin, tetapi hanya sedikit fakta akurat
yang mendukung pernyataan ini. Sejak tahun 1967 sampai dengan tahun 1969,
kelompok orang yang paling kaya .di Inggris meliputi jumlah 5% dari populasi
penduduk yang berumur 25 tahun keatas, dan 55% di antara populasi tersebut
dapat digolongkan ke dalam kelompok orang-orang kaya (Atkinson, 1975 hal 134).
Walau suatu gambaran komparatif dari tahun 1950-1952 menunjukkan bahwa .
terdapat kurang lebih 68% populasi yang termasuk ke dalam kelompok orang kaya,
tetapi 1% dari 5% orang yang paling kaya (ke dalam kelompok ini termasuk
orang-orang kaya yang memberikan hartanya sebagai warisan terhadap ahli waris
sebelum kematiannya) telah mengalami perubahan besar di dalam jumlah nilai
kekayaannya yang terjadi di antara tahun 1967-1969.
Masalah
perindustrian dan akibatnya yang dirasakan oleh perekonomian secara
keseluruhan, terutama yang menyangkut masalah perburuhan, telah ditunjukkan
oleh semakin meningkatnya pengaruh dan kekuasaan serikat-serikat buruh (note:
indikasi ini semakin terasa setelah perang dunia ke-ll para pengusaha duduk
bersama dengan para wakil buruh didalam komite produksi bersama yang disebut
Trades Union Congress dimana cabangnya tersebar hampir disemua perusahaan
industri, di Inggris. Trades Union Congress memegang peranan penting didalam
merumuskan kebijaksanaan ekonomi negara. Para pemimpin organisasi tersebut
kemudian ditunjuk menjadi anggota komisi yang bertanggungjawab terhadap
perkembangan industri serta berada di bawah pengawasan para pemilik perusahaan.
Variasi dalam lapangan kerja dan meningkatnya
kemakmuran
Ekspansi
terhadap pasar konsumen remaja di dalam berbagai bentuk barang-barang konsumsi
dan jasa, terutama pakaian, kaset dan berbagai produk lainnya, jelas merupakan
akibat langsung dari situasi pasar yang cukup baik, didukung pula oleh
pelayanan perusahaan yang baik dan tenaga kerja yang masih muda dan ini
berakibat meningkatnya standar upah dan kesejahteraan di Inggris. Walaupun
"demand and Supply" merupakan suatu proses sirkular, konsumen
bukanlah merupakan satu-satunya faktor utama, tetapi pasang- surut perusahaan
terletak pada kemampuan pengusaha untuk menguasai dan mengendalikan pasar, atau
akan lebih baik lagi kalau mereka mampu menciptakan pasar; dimana seorang
pengusaha harus mampu untuk "membujuk" konsumen agar dia merasa
"perlu" dengan produk yang ditawarkannya.
Pertumbuhan
pesat dari penjualan barang-barang mebel dan, berbagai barang yang tahan lama
lainnya (durable consumer good) telah berkembang dengan pesatnya karena adanya sistem
kredit. Walaupun adanya berbagai fluktuasi di dalam kegiatan perdagangan
sebagai akibat dari berbagai perubahan dalam peraturan pemerintah mengenai
sistem kredit, jumlari total kredit yang disalurkan kepada para konsumen terus
menunjukkan kenaikan yang mengagumkan.
INDUSTRI DAN
PENDIDIKAN
Oleh : S.R.
Parker
Hubungan
antara industri dan sistem pendidikan bersifat timbal-balik, serta memiliki
pengaruh besar terhadap tenaga kerja yang telah terlatih atau calon tenaga
kerja yang memiliki latar belakang dan tingkat pendidikan yang cukup memadai
untuk mendapatkan suatu latihan, dipihak lain industri sendiri meinpunyai suatu
sub sistem "pendidikan" yang khas, termasuk .kegiatan magang dan
berbagai bentuk training.
Pengaruh industri terhadap pendidikan
Pengaruh
nyata dan mudah dilihat dari sektor industri terhadap sektor pendidikan ialah
adanya kecenderungan untuk menyusun dan menerapkan kurikulum serta materi
pelajaran di sekolah maupun universitas agar sesuai dengan kebutuhan sektor
industri. Apa yang disebut pembiasan: fungsi (vocational bias) pendidikan
dimaksudkan agar tujuan pendidikan dapat mengarahkan siswanya untuk memiliki
persiapan di dalam bekerja. Pihak industriawan atau pengusaha menghendaki suatu
metode pendidikan yang memungkinkan lulusan sekolah atau perguruan tinggi
menjadi tenaga kerja yang langsung siap pakai.
Pendidikan Teknik
Sesungguhnya
pendidikan teknik itu sangat heterogen, dan masing-masing mempunyai kurikulum
yang saling beda. Selain sekolah teknik menengah terdapat juga lembaga pendidikan
teknik, institut teknik, politeknik dan sebagainya. Dalam tahun tahun terakhir
ini jumlah lembaga-Iembaga pendidikan teknik tersebut telah mengembangkan
kurikulum dan sistem pendidikannya, sehingga bisa disejajarkan dengan sistem
pendidikan di universitas, bahkan sekarang banyak diantara lem¬baga-Iembaga
tersebut yang telah mengubah dirinya menjadi universitas. Lembaga-Iembaga
pendidikan teknik pada umum¬nya lebih mengutamakan pendidikan teknis praktis
ketimbang pendidikan teoritis.
Pengaruh pendidikan terhadap perkembangan industri
Pendidikan
serta berbagai latihan keterampilan atau kejuruan yang ada di dalam perusahaan
merupakan refleksi atau perluasan dari tujuan dan nilai-nilai yang terkandung
di dalam "pendidikan yang akan disampaikan kepada masyarakat luas.
Beberapa jenis sistem pendidikan tertentu" termasuk diantaranya sistem
magang bersama dengan tenaga kerja terdidik telah memberikan pengaruh terhadap
komposisi dan distribusi sumber-sumber tenaga kerja (man power resources) dan
secara keseluruhan akan mengangsir dunia industri.
Sistem Magang
Semenjak
abad pertengahan, sistem magang sudah dikenal baik dalam dunia perdagangan
maupun industri. Sekarangpun slstem tersebut hampir tidak mengalami perubahan
baik dalam arti maupun coraknya. Sistem magang memiliki sifat paternalistik,
yang menggambarkan hubungan bapak dengan anaknya antara seorang mekanik
berpengalaman dengan seorang pekerja-pemula. sekarang ini sistem magang sudah
hampir hilang tetapi masih banyak perusahaan yang mempertahankannya Seorang
pekerja pemula biasanya harus melalui masa magang selama 4 sampai 5 tahun, atau
sejak umur 15 atau 16 tahun. selama. periode tersebut, si pekerja muda
mendapatkan pendidikan dan latihan dan langsung mempraktekkannya dllapangan.
Dalam pendidikan tersebut tidak ada standar khusus, tes ataupun ujian. Juga
tidak ada persyaratan khusus yang diperlukan untuk mengikutinya. Sebagian
pengusaha memberikan pendidikan yang cukup baik bagi para pekerja pemula,
sedangkan sebagian lagi kurang begitu memperhatikannya. Sebelum menerima calon
pemula, beberapa perusahaan biasanya mengadakan tes daya adaptasi dan
kecerdasan atau psychotest.
Walaupun
sudah berusia lebih dari 20 tahun, penelitian Williams (1957) mengenai sistem
magang ternyata masih cukup relevan dengan situasi dan kondisi sekarang.
Seorang pekerja baru sesungguhnya jarang mendapatkan pendidikan yang serius.
Perusahaan biasanya mempercayakan pendidikan bagi para caIon pekerja ke tangan
pekerja yang sudah dianggap cukup ahli, yang mana penilaian terhadap instruktur
tersebut biasanya didasarkan atas pengalaman kerjanya yang cukup lama.
"Day - release" dan "Sandwich
courses"
Setelah
membahas tentang job training, termasuk sistem pendidiKan magang, selanjutnya
kita akan membahas tentang apa yang disebut "day release" dan
"sandwich". Kedua sistem pendidikan terse but berfungsi mengatasi
kekosongan yang ditinggalkan waktu job-training. "Day-Release"
berarti bahwa seorang pekerja mula yang baru masuk mendapatkan hari bebas cari
pekerjaannya, biasanya sehari dalam satu minggukerja yang harus digtinakan
untuk mengikuti kursus pada berbagai jenis lem¬baga pendidikan teknik. Ada tiga
tingkatan kursus yang dapat diikuti oleh seorang pekerja, yaitu : pertama
kursus untuk men-duduki jabatan profesional, kedua kursus untuk menjadi teknisi
dan ketiga untuk menduduki jabatan sebagai tenaga mekanik. Lamanya kursus
berbeda-beda. Untuk menj~di seorang teknisi diperlukan kursus antara tiga
sampai lima tahun, sedangkan untuk menjadi seorang tenaga mekanik diperlukan
kursus se¬lama tujuh tahun dan untuk menjadi tenaga profesional diperlukan
lebih dari tujuh tahun. Khusus untuk kandidat jabatan profesional diadakan
kursus selama 2 x seminggu atau setiap sabtu pagi.
Tenaga Kerja dan Pendidikan
Sampai
dengan masa Perang Dunia I, dalam dunia industri¬terdapat tiga macam kelompok
kerja, yang semuanya berkaitan dengan berbagai tingkatan dalam perkembangan
teknologinya.
Ketiga macam
kelompok itu ialah :
1. Unskilled
manual (tenaga kerja tidak terampil)
2. Skilled
manual (tenaga kerja terampil)
3. Personal
administrasi dan komersial.
Dengan
diperkenalkannya mesin-mesin baru beserta teknoIoginya telah mengakibatkan
kenaikan tajam dalam kecepatan mobilitas jabatan atau perpindahan posisi kerja,
dan juga menimbulkan konsekuensi khusus yaitu perlunya pendidikan atau latIhan
bagi para pekerja. Terlalu mementingkan spesialisasi akan mengakibatkan seorang
pekerja memiliki keahlian yang tinggi dalam satu pekerjaan; tetapi untuk
mengerjakan pekerjaan lain, bahkan pekerjaan yang sama tetapi dengan peralatan
dan teknologi baru, dia harus mengikuti pendidikan atau latihan lagi.
Sekolah dan pekerjaan
Masa
transisi dari "dunia sekolah" memasuki "dunia kerja" akan
menimbulkan dua macam masalah yang akan dibahas dibawah ini, yaitu:
"aspirasi dan harapan" calon pekerja yang baru saja menyelesaikan
studinya berkaitan dengan dunia kerja yang akan dimasukinya, dan yang kedua
ialah "proses pemilihan pekerjaan".
Aspirasi
dan Harapan
Sekolah
memberikan suatu bayangan atau gambaran dari bentuk pekerjaan yang akan
didapatkan oleh seseorang. Di sekolah para siswa mendapatkan suatu informasi
tentang berbagai pekerjaan yang bisa dan akan mereka lakukan, walaupun mungkin
informasi tersebut tidak bersifat langsung bila sekolah yang dimasukinya adalah
sekolah ilmu-ilmu sosial. Lingkungan keluarga sering berpesan sebagai sumber
informasi (dan kadang¬kadang sering memberikan informasi yang tidak benar),
tentang pekerjaan, dan juga sering mendorong pembentukan motivasi untuk
mencapai prestasi. Selain itu berbagai media komunikasi massa dapat juga
memberikan informasi langsung kepada masyarakat, baik berupa iklan tawaran
kerja maupun berupa informasi tentang sesuatu pekerjaan yang meliputi posisi,
sarana dan berbagai fasilitas lainnya yang diharapkan bisa diperoleh masyarakat
yang berminat. Media massa yang cukup efektif memberikan informasi tersebut
ialah surat kabar, televisi, radio dan juga film.
Sebagai
persiapan memasuki dunia kerja, biasanya pihak sekolah memilih sekelompok siswa
yang sudah senior untuk melakukan kunjungan ke perusahaan untuk mendapatkan
pengetahuan praktis dari kegiatan kerja di perusahaan yang dikunjunginya. Hal
ini akan memberikan gambaran yang cukup baik bagi para siswa mengenai ruang
lingkup pekerjaan yang akan dimasukinya serta cukup berpengaruh terhadap proses
pemilihan pekerjaan yang akan dilakukannya. Biasanya pihak perusahaan akan
menjelaskan apa-apa yang akan dan harus mereka kerjakan jikalau mereka bekerja
diperusahaan tersebut; tetapi tentunya pihak perusahaan tidak harus berharap
bahwa mereka pasti akan menjadi pekerja di perusahaan tersebut.
Teori
Pemilihan Kerja
Dua dari
teori-teori yang terkenal tentang "masa memasuki dunia kerja" adalah
teori Ginzberg dan Super. Kedua teori itu menyatakan bahwa kita harus
menganggap masuknya seorang dalam dunia kerja sebagai suatu proses. Tapi kedua
teori tersebut memiliki juga perbedaan, dimana Ginzberg lebih menekankan
pertumbuhan kesadaran individu terhadap interest, dan kemampuannya, sedangkan
Super lebih menekankan peranan lingkungan sosial individu di dalam membentuk
struktur konsep individu terhadap interest, kemampuan dan kapasitasnya Roberts
(1975) menyatakan bahwa persamaan dan perbedaan di atas yang pada dasarnya
bertumpuk pada proses yang dialami seseorang dalam memilih pekerjaan dengan melalui
serangkain tahapan yang dapat diidentifikasi, sebetulnya tidak memadai untuk
menerangkan sikap seseorang dalam memilih suatu pekerjaan. Sebagai pengganti
dari teori tersebut dia mengusulkan suatu teori lain dengan "Oportunity
Structure" sebagai konsep pedomannya. Dia menyatakan bahwa karir dapat
dianggap sebagai suatu perkembangan pola-pola yang diatur oleh oportunity
structure, untuk mengekspose seseorang pertama kali dengan melalui pendidikan
dan kemudian diikuti oleh prestasinya, dalam pekerjaan. Sebaliknya ambisi
individual dapat dinyatakan sebagai refleksi dari pengaruh struktur terhadap
diri seseorang, yang dengan sendirinya akan berpengaruh terhadap prestasi kerja
dan lingkungan pekerjaan.
INDUSTRI DAN
KELUARGA
Oleh : S.R.
Parker
Interaksi
antara industri dan keluarga terjadi di dalam dua tingkatan yang pertama ialah
interaksi antara organisasi industri dan struktur keluarga sebagai sistem
keseluruhan, dan yang kedua, adalah dalam kaitannya dengan tingkat peranan
individual yakni interaksi antara pekerjaan dengan lingkungan keluarga dari
setiap individu. Pertama, kita harus mempertimbangkan pengaruh dari berbagai
jenis organisasi industri modern terhadap pola-pola kehidupan keluarga dan yang
kedua, memperhitungkan pengaruh peranan pekerjaan terhadap peranan keluarga.
Selanjutnya kita harus meninjau pengaruh berbagai jeniskeluarga terhadap
pembentukan pola tingkah laku danpola organisasi industri. sekaligus
memperhatikan bagaimana keterkaitan individu terhadap kehidupan keluarga dalam
mempengaruhi penampilan pekerjaannya.
Pengaruh industri terhadap keluarga
Pengaruh
industri terhadap kehidupan keluarga mungkin bisa bersifat langsung. Dalam
bentuknya yang langsung, lingkungan dan sikap kerja dari suatu jenis pekerjaan
tertentu akan mempengaruhi lingkungan dan sikap hidup dari suatu keluarga. Bila
pengaruhnya yang bersifat tidak bersifat langsung, asosiasi antara pekerjaan
dan keluarga dilakukan melalui media social class membership (keanggotaan dalam
kelas sosial), hal itu berarti bahwa seseorang yang mendapatkan suatu pekerjaan
sekaligus juga akan mendapatkan suatu tingkat kelas sosial tertentu (prestise)
yang sering ditunjukkan oleh pola-pola sikap dan tingkahlaku tertentu.
Kenyataannya bahwa kebanyakan studi empiris yang menyelidiki interaksi antara
pekerjaan dengan kehidupan keluarga sering berpijak pada data "kelas
sosial" semua keluarga yang menjadi obyek penelitian, sehingga dalam
membahas pengaruh industri terhadap berbagai aspek kehidupan keluarga, kita
harus memperhatikan "kelas sosial" sebagai suatu faktor utama.
Peranan
Suami-Istri
Industri,
baik secara langsung maupun tidak langsung akan ikut membentuk peranan yang
dimainkan oleh pihak suami maupun istri di dalam suatu keluarga dan juga akan
ikut membentuk arah dan corak hubungan an tara suami dan istri berkenaan dengan
peranannya di dalam keluarga. Umumnya, lingkungan keluarga dan lingkungan kerja
akan berkembang menuju arah yang berbeda, terutama dikarenakan oleh adanya
spesialisasi pekerjaan dalam peranannya di dalam masyarakat. Selain itu, jika
kita melihat lebih dekat lagi terhadap hubungan antara pekerjaan dan kehidupan
keluarga, ternyata tingkat integrasi pekerjaan dan kehidupan keluarga pada
berbagai tingkat sosio ekonomi yang berbeda akan menunjukkan banyak perbedaan
pula.
Peranan
suami dalam keluarga golongan atas biasanya hanya sedikit mempunyai hubungan
dengan peranannya dalam keluarga, sehingga sedikit kemungkinan ia akan
menerapkan wibawa dan wewenang di tempat pekerjaannya ke dalam lingkungan
keluarga. Pekerjaannya cenderung menyita waktu dan tenaganya, sehingga kurang
mencurahkan perhatian terhadap keluarga.
Dalam
keluarga golongan menengah, keadaan keuangan dan status keluarga banyak
tergantung pada pekerjaan sang suami jika suami bekerja di dalam pekerjaan yang
secara teknis cukup kompleks dan tidak bisa dimengerti oleh keluarganya,
mungkin sang istri tidak akan bisa membantu atau ikut terlibat secara langsung
di dalam pekerjaan suaminya. Bagi kelompok masyarakat seperti ini, tingkat
pendapatan mereka relatif rendah dan sulit mendapatkan status yang tinggi dalam
masyarakat luas. Di dalam suatu masyarakat, dimana secara tradisional yang
bekerja itu hanyalah suami, akan terlihat adanya pemisahan antara pekerjaan
dengan keluarga. Tetapi di dalam kelompok masyarakat lain, di mana istri juga
ikut mencari nafkah, pendapatan tambahan yang didapatkan sering digunakan untuk
membeli peralatan dan perlengkapan rumahtangga yang lebih baik, bahkan
cenderung bersifat mewah. Di dalam keluarga seperti ini peranan istri mirip
dengan peranan suami dalam keluarga kelas menengah.
Pengaruh
lainnya dari faktor-faktor pekerjaan terhadap peranan suami-istri ialah
terhadap keakraban antara suami dan istri. Suami harus dapat mencari jalan
untuk menyesuaikan tuntutan pekerjaan dengan tuntutan,keluarganya. Edgell
(1970) telah mencoba melakukan penelitian terhadap sejumlah keluarga kelas
menengah berkaitan dengan pengaruh pekerjaan terhadap hubungan suami istri.
Hubungan
antar Keluarga
Berbagai
pola hubungan antar keluarga selalu dipengaruhi oleh pekerjaan yang dimiliki
oleh keluarga-keluarga tersebut: baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Bott (1977) telah melakukan suatu studi yang intensif terhadap seJumlah kecil
keluarga perkotaan di Inggris. Dia menyatakan bahwa ada suatu keterikatan di
antara keluarga yang mungkin akan menjadi lebih kuat apabila ada suatu
kerjasama dalam suatu pekerjaan di antara mereka. Berkaitan dengan istilah
kelas dalam masyarakat, keluarga dengan pola pergaulan terbuka mungkin bersedia
bergaul dengan kelas buruh tetapi tidak semua keluarga kelas pekerja memiliki
pola pergaulan terbuka. Kekuatan suatu keluarga dalam hubungannya dengan
tetangga tergantung secara, langsung kepada jabatan suaminya di tempat
pekerjaannya, yang akan memberikan suatu status kepada keluarganya secara
keseluruhan. Jika seseorang bertetangga dengan salah seorang koleganya,
hubungan yang terjadi di antara keluarga mereka akan semakin erat, tetapi jika
koleganya itu tidak bertetangga dengannya, pola pergaulannya hanya akan terjadi
di antara kedua suami saja.
Sosialisasi
Posisi
sosial ayah dalam lingkungan sosial masyarakat menimbulkan pengaruh besar
terhadap proses sosialisasi seorang anak (Schneider, 1969, ha1.499-502). Pada
orang tua di setiap tingkatan sosial terdapat suatu kecenderungan dimana posisi
sosial membentuk suatu pola peran tertentu bagi anak-anaknya.
Dalam
keluarga golongan atas, perawatan dan pendidikan anak sering diserahkan kepada
pembantu rumahtangga. Dalam keluarga seperti ini proses sosialisasi seorang anak
diarahkan dengan melalui norma-norma dan nilai yang hanya berlaku di kalangan
keluarga golongan atas saja. Beda dengan anak¬anak dari keluarga golongan
menengah, dimana pihak orang tua memiliki banyak waktu luang untuk
memperhatikan perkembangan dan pendidikan anaknya. Proses sosialisasi dalam
keluarga golongan menengah ditujukan untuk mendidik agar anak mampu bersifat
"mandiri", dan hal itu akan'lebih banyak tergantung kepada kemampuan
si anak untuk bersaing dengan rekannya dalam mencapai prestasi di sekolah dan
selanjutnya dalam pekerjaan. Tetapi anak yang berasal dari keluarga kelas
pekerja jarang mampu meningkatkan posisi sosialnya mereka sering dipaksa untuk
selalu bersikap patuh dan tidak banyak membuat kesulitan bagi masyarakat
sekelilingnya.
Pengaruh keluarga terhadap industri
Banyak bukti
yang memajukan bahwa dalam hubungan antara industri dan keluarga, pihak
industri memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap keluarga dibanding
sebaliknya. Tetapi ini tidak berarti bahwa kita harus mengabaikan pengaruh
keluarga terhadap industri. Sebagai suatu contoh yang menunjukkan betapa
pentingnya peranan keluarga terhadap industri maupun dalarn suatu perubahan
sosial yang tersembunyi, Goode (1964) telah mencoba membandingkan usaha yang
dilakukan oleh Jepang dan Cina untuk melakukan industrialisasi pada akhir abad
19 dan awal abad 20). dimulai dengan kondisi sosial dan ekonomi yang relatif
sarna dan homogen, Jepang telah melangkah jauh lebih maju dibandingkan dengan
Cina. Perbedaan pola dan sistem kekeluargaandi antara kedua negara tersebut
telah menimbulkan perbedaan dalam kecepatan proses industrialisasi. Sistem
pewarisan di Jepang memudahkan pelaksanaan akumulasi kekayaan, dan nepotisme
hanya sedikit memberikan hambatan dibandingkan dengan yang terjadi di Cina.
Berbagai
Tipe Hubungan antara Keluarga dan Pekerjaan
Sebagai
permulaan kita mengambil suatu postulat dari Raports (1965) yaitu: pekerjaan
dan peranan keluarga cen¬derung bersifat isomorfik (saling-pengaruh-mempengaruhi
satu sarna lain dengan satu cara tertentu untuk membentuk suatu pola struktur
yang sarna), atau heteromorfik (membentuk suatu struktur yang masing-masing
berbeda). Dari berbagai studi dan observasi yang telah disebutkan, (yaitu studi
mengenai keluarga dimana istri ikut bekerjasama dengan suaminya di dalam
pekerjaannya, studi tentang keluarga dilnana rumah tern¬pat tinggal digunakan
oleh ayah sebagai kantor atau toko, studi mengenai keluarga petani dan sedikit
pembahasan mengenai keluarga Jepang modern), ternyata semua studi tersebut
menun¬jukkan adanyaisomorfisme antara pekerjaan dengan kehidupan keluarga. Jika
isomorfisme menggambarkan suatu hubungan yang bersifat positif antara pekerjaan
dan keluarga, ada juga suatu hubungan lain yang disebut minimal relationship
dan negative relationship antara keluarga dengan pekerjaan yang membentuk suatu
pola heteromorfisme. Minimal relationship atau neutral relationship di antara
keluarga dan pekerjaan terjadi jika di dalam keluarga peranan ayah dalam
pekerjaan¬nya tidak berhubungan dengan usaha keluarganya untuk mem¬bentuk gaya
hidup tertentu. Pekerjaan dengan waktu jam kerja yang teratur; tanpa.adanya
suatu efek tertentu baik secara fisik maupun psikologis terhadap sipekerja,dan
tidak menyita waktu luangnya adalah suatu kasus yang termasuk ke dalam neutral
relationship.
Gambaran
mengenai ketiga pola hubungan antara pekerjaan dengan lingkungan keluarga,
yaitu ekstensi, netralitas, dan oposisi, dapat dilihat pada tabel
Ibu rumah tangga yang bekerja
Beberapa
faktor yang mendorong peningkatan jumlah pekerja wanita yang sudah menikah
mungkin adalah kesempatan, kapasitas dan motivasi. Berkaitan
dengan"kesempatan" terdapat lima sub faktor, yakni :
1.
Kekurangan tenaga kerja. Selama beberapa waktu pasca
PD II, terdapat kekurangan tenaga kerja dalam jumlah besar dan dipersulit lagi.
oleh lamanya masa pendidikan untuk anak-anak muda serta meningkatnya jumlah
tenaga kerja asing menghadapi masa pensiun. Menyadari hal ini, perusahaan
terpaksa memberikan kesempatan luas bagi para wanita yang sudah menikah untuk
bekerja.
2.
Perubahan di datam struktur pekerjaan. Meningkatnya
perdagangan barang-barang konsumsi memberikan pengaruh besar terhadap sistem
perdagangan eceran yang bagian terbesar pekerjanya adalah kaum wanita. Para
pekerja bidang administrasi serta bidang kesejahteraan untuk pelayanan sosial
juga didominasi oleh kaum wanita.
3.
Berubahnya pandangan masyarakat tethadap wanita yang
bekerja. Kehadiran tenaga kerja wanita yang semakin membesar di perusahaan,
termasuk wanita yang sudah menikah, dan adanya gerakan emansipasi telah
berhasil mendobrak nilai-nilai tradisional yang mencela kehadiran wanita dalam
dunia industri dan membatasi gerak-gerik wanita sebatas rumahnya. Tetapi
tradisi ini masih berlaku untuk pekerjaan-pekerjaan kasar, misalnya pekerjaan
di sektor pertambangan.
4.
Hilangnya diskriminasi. Pada tahun 1975 diberlakukan
undang-undang yang melarang pihak perusahaan melakukan diskriminasi terhadap
pekerja wanita termasuk wanita yang sudah menikah.
5.
Perubahan datam industri. Untuk lebih menarik kaum
wanita yang sudah menikah, beberapa perusahaan telah membentuk suatu spesial
shifts (regu kerja khusus). Misalnya, jam kerja wanita yang sudah menikah
ditentukan sedemikian rupa sehingga memungkinkan mereka mengerjakan pekerjaan
rumahtangga mereka. Selain itu diperkenalkan juga mesin-mesin baru yang lebih
ringan dan lebih mudah ditangani.
Problema
Karir Ganda dalam Keluarga
Dalam
keluarga konvensional, suami bertugas meneari nafkah dan istri yang mengurus
rumahtangga. Tetapi kini, dengan tumbuhnya kesempatan bagi wanita bersuami
untuk bekerja, pada pola kekeluargaan segera berubah dan muncul apa yang
disebut sebagai dualisme karir.
Dualisme
karir terjadi bila suami maupun istri sama-sama bekerja dan mengurus rumahtangga
secara bersama pula ( Rapoport and Rapoport), 1976, hal 198). Di dalam
hubungannya dengan posisi masing-masing, setiap pasangan suami istri memiliki
cara yang berbeda di dalam mengatur peranannya dalam pekerjaan dan rumahtangga.
Wanita yang bekerja seeara part timer umumnya menganggap bahwa pekerjaan
hanyalah sekedar hobbi dan hanya menduduki prioritas kedua di bawah kepentingan
keluarga. Tetapi dalam keluarga dualisme karir egalitarian, suami-istri bekerja
tidak hanya sekedar mencari nafkah tetapi juga dalam persaingan untuk
mendapatkan posisi yang sama dalam pengambilan keputusan serta berbagai
aktivitas dalam keluarga (Rapoport 1976, hal 286 - 296). Di dalam hubungan ini
terdapat berbagai permasalahan sebagai berikut :
1.
Over-load (beban berlebih-lebihan). Kedua suami¬istri
dibebani terlalu banyak tanggung jawab. Pemban¬tu rumahtangga bukan!ah
merupakan suatu jawaban, sebab kehadirannya malahan sering menimbulkan suatu
ketegangan baru dalam kehidupan keluarga.
2.
Tidak adanya sanksi lingkungan. Mungkin seorang istri
masuk ke dalam suatu pekerjaan dimana istrinya tidak diterima secara
keseluruhan, atau menjadi subyek kritik, karena mengabaikan anak-anaknya.
3.
Identitas pribadi dan harga diri. Baik suami maupun
istri harus mampu mengatasi kritik-kritik yang didasarkan pada tradisi
pemisahan peranan berdasarkan jenis kelamin.
4.
Dilema hubungan sosial. Hubungan antara keluarga
dengan tetangga menjadi renggang, karena baik suami maupun istri masing-masing
sibuk dengan pekerjaan di luar rumahnya.
5.
Konflik peranan ganda. Terdapat konflik baik bagi
suami maupun istri diantara kepentingan perusahaan.
INDUSTRI DAN
STRATIFIKASI SOSIAL
Oleh: S.R.
Parker
StratifikaSi
sosial mengacu pada pembagian para anggota masyarakat ke dalam tingkatan atau
strata yang berkaitan dengan sikap dan karakteristik masing-masing anggota atau
kelompok (Schneider, 1969, hal 148). Stratifikasi bukanlah suatu sub sistem
dalam masyarakat, lain halnya dengan ekonomi, pendidikan atau keluarga yang
merupakan sub-sistem masyarakat. Stratifikasi adalah suatu aspek umum dari
struktur dalam sistem sosial yang kompleks. Dalam bab ini akan dibahas masalah
hubungan antara stratifikasi sosial dalam berbagai bentuk di dalam industri dan
masyarakat luas.
Pengaruh industri terhadap sistem stratifikasi
Stratifikasi
sosial dalam masyarakat industri modern, memiliki dua bentuk utama, yaitu:
kelas dan status. Bentuk-bentuk lain dari stratifikasi sosial seperti kekayaan
dan kasta tidak perlu di bahas dalam buku ini. Ada banyak literatur yang
kontroversial yang membahas masalah yang berhubungan dengan status dan kelas
sosial (Bottomore, 1965). "Kelas" umumnya digunakan untuk menunjukkan
pembagian di dalam masyarakat yang didasarkan atas posisi ekonomi dalam
masyarakat, tanpa memperhatikan apakah mereka menyadari posisinya itu atau
tidak. "Status sosial" tidak menggambarkan pembagian posisi dalam
masyarakat, tetapi menunjukkan tingkat posisi seseorang atau kelompok yang
ditentukan oleh berbagai faktor, termasuk diantaranya di dalam masyarakat.
Secara historis, konsep kelas merupakan bagian terpenting dalam teori Karl Marx
tentang masyarakat, yang menekankan perlunya perjuangan kelas, yaitu perjuangan
si miskin melawan si kaya dalam usaha untuk menguasai sumber-sumber produksi.
Sementara itu Marx Weber lebih menunjukkan perhatiannya terhadap tipe lain dari
stratifikasi yang berasal dari pengakuan terhadap suatu status yang mungkinakan
mematahkan struktur kelas.
Kaitan
antara industri dan stratifikasi berdasarkan status semakin lama semakin kabur,
terutama disebabkan semakin luasnya ruang lingkup hal-hal yang berkaitan dengan
istilah status. Seandainya status diukur dengan suatu nilai yang spesifik, baik
yang berdampak positif, atau negatif, yaitu suatu nilai kehormatan diri, ia
bisa dinyatakan sebagai suatu bentuk economic power dan non-economic power yang
bentuknya bisa berupa kemampuan membeli berbagai jenis barang konsumtif,
tingkat pendidikan, latar belakang keluarga atau keturunan dan sebagainya.
Berkaitan dengan pengaruh industri terhadap keluarga, pengaruh industri
terhadap sistem stratifikasi mungkin bisa bersifat langsung melalui kekuatan
ekonomi serta posisi dan wewenang di dalam perusahaan, ataupun bisa juga
bersifat tidak langsung, yaitu melalui status dalam perusahaan yang
ditransmisikan menjadi status dalam masyarakat, termasuk melalui rantai antara
situasi pasar dan gaya hidup.
Penelitian
tentang Status Jabatan
Mungkin
satu-satunya penelitian terbaik yang pernah di lakukan di Inggris mengenai tingkat
sosial berkaitan dengan pekerjaan adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh
Hall dan Jones pada tahun 1950. Mereka telah mewawancarai 1.400 orang dari 30
jenis pekerjaan dengan berbagai tingkatan. Mereka menyatakan . pandangan para
respondennya mengenai hal¬hal bersifat umum.
Mereka
menyatakan bahwa tidak ada perbedaan ataupun pengistimewaan dalam penentuan
tingkat pekerjaan yang diseleksi. Tetapi ternyata ada perbedaan dalam
menentukan "rata-rata" dalam "skala pekerjaan", dimana
kelihatannya rata-ratanya lebih besar untuk tingkat pekerjaan pada daerah
sentral daripada daerah atas dan bawah dari skala "pekerjaan". Juga
terdapat suatu kecenderungan untuk menetapkan status pekerjaan yang diseleksi
sebagai variabel status pekerjaan responden (yang nyatanya lebih rendah).Atau
lebih jelasnya, menentukan status pekerjaan responden dengan menggimakan status
pekerjaan yang diseleksi sebagai patokannya.
Kritik-kritik
terhadap Penelitian-penelitian yang telah dilakukan
Berbagai
penelitian terhadap status jabatan atau pekerjaan telah banyak dikritik orang,
karena para peneliti sebenarnya mencoba membentuk berbagai perbedaan yang
secara normal sebenarnya tidak ada dalam masyarakat. Gagasan yang tersembunyi
dibelakang penelitian tersebut ialah bahwa kebanyakan status pekerjaan bersifat
hirarkis dan dibuatkan dalam suatu skala status: Reiss pada tahun 1961
menegaskan bahwa "skala status pekerjaan dibuat hanyalah berdasarkan
penaksiran yang ternyata tidak menghasilkan suatu skala yang unidimensional
untuk semua pekerjaan, dan sesungguhnya status itu merupakan suatu gejala
multidimensional dan demikian pula halnya dengan indikator dari status bersifat
multi-dimensional" .
Suatu alasan
yang menyebabkan banyaknya kritik terhadap konsep status pekerjaan ialah bahwa
dalam konsep tersebut, status dijadikan sebagai indikator tunggal, dan cara
pengklasifikasian bersifat vertikal. Pada tahun 1959;Morris dan Murphy telah
menggunakan istilah "situs" untuk mengklasifi¬kasikan pekerjaan
secara horisontal, dimana pekerjaan diklasifikasikan berdasarkan fungsinya.
Penggunaan dimensi situs memungkinkan kita memperkirakan efek relatif dari
suatu pekerjaan terhadap sikap dan tingkah laku seseorang.
Perbedaan
Status
Perbedaan di
dalam penentuan suatu status boleh saja disebabkan adanya analisa terhadap
sumber-sumber status yang berbeda. Misalnya, suatu pekerjaan dapat memberikan
suatu status dikarenakan imbalan yang diberikannya (baik secara ekonomis atapun
psikologis), atau karena prestise, kekuasaan dan pentingnya fungsi pekerjaan
terse but dalam masyaralait (Pellegrin dan Bates, 1959). Ke empat sumber status
tersebut mungkin memiliki tingkat yang sama, mungkin juga tidak, hal ini
tergantung pada pandangan masyarakat terhadap pekerjaannya itu sendiri. Jika
seseorang memiliki status yang tinggi dalam suatu pekerjaan, misalnya
dikarenakan imbalannya yang tinggi, bisa saja merasa rendah diri bila pekerjaan
tersebut memiliki nilai prestise yang rendah. Hal semacam itu menyebabkan "suatu
tekanan terhadap persamaan dari atribut-atribut status".
Pengaruh Sistem Stratifikasi Terhadap Industri
Perusahaan-perusahaan
industri, baik secara kolektif maupun individual, memiliki suatu sistem
stratifikasi yang memiliki aspek-aspek internal dan ekternal. Secara internal,
pekerjaan bisa dibagai berda.sarkan fungsinya didalam perusahaan. Secara
ekternal, kita harus meninjau stratifikasi status didalam masyarakat, dimana
seseorang sering memiliki hak-hak istimewa berdasarkan jabatannya di tempat ia
bekerja.
Seperti
halnya dalam masyarakat umum yang mengenal kelas-kelas sosial atau tingkat
status, didalam perusahaan industri pun terdapat hirarki kekuasaan yang pada
hakikatnya berkaitan dengan tingkat status sipemegang kekuasaan tersebut.
Berbagai peranan dalam perusahaan diwujudkan dalam struktur jabatan dalam
perusahaan, dimana kepala eksekutif berada pada struktur paling atas dan
pekerja biasa berada dalam struktur paling bawah. Selanjutnya, perbedaan dalam
tingkat struktur jabatan berkaitan dengan perbedaan dalam kondisi kerja yang
didapatkan dalam masing-masing tingkat. Sebagai contoh, dari hasil survai
nasional yang dilakukan di Inggris, diketahui bahwa pekerjaan biasa mendapat
tekanan yang keras untuk terus hadir dalam pekerjaanya. Jika mereka mangkir
maka gaji mereka akan dipotong. Tetapi jika pihak manajer mangkir maka potongan
gaji yang dilakukan sangat sedikit, padahal untuk mengoperasikan pekerjaan
secara normal minimal diperlukan kehadiran 98% pekerja biasa dan hanya
memerlukan minimal kehadiran 6% manager. (Field, 1974, hal 33). Dalam pemberian
uang pensiunpun terdapat juga perbedaan. Sebagai contoh, para manajer
mendapatkan uang pensiun sebanyak tiga kali lipat uang pensiun para pekerja
biasa (Westergaard and Resler, 1976, hal 90).
Teori
Stratifikasi dan Industri
Teori
stratifikasi dan teori kelas sosial telah mengalami cukup banyak kemajuan (Mac
Kenzie, hal 176). Kita telah mengenal bagaimana ketidaksamaan dalam bidang
ekonomi diciptakan, ditegakkan dan diubah, tetapi teori tentang perbedaan-perbedaan
nilai, ideologi dan pola tingkah laku antar kelas sedikit sekali dikembangkan.
Sumbangan pikiran terhadap teori stratifikasi Inggris telah memberikan pengaruh
yang eukup besar terhadap pengembangan teori perbedaan antar kelas. Beberapa ahli
sosiologi Inggris telah memusatkan perhatiannya terhadap issue-issue konkrit
mengenai perbedaan kelas ini, yaitu ten tang "melimpahnya jumlah kelas
pekerja" dan korelasi antar berbagai tipe situasi kelas pekerja yang
berbeda-beda.
Pada tahun
1945, Davis dan Moore mengetengahkan teori mereka tentang stratifikasi. Mereka
mengatakan bahwa "ada suatu kebutuhan universal untuk membentuk suatu
stratifikasi dalam masyarakat". Stratifikasi muncul disebabkan oleh
perbedaan posisi yang kemudian menimbulkan perbedaan tingkat fungsional dalam
masyarakat. Di lain pihak, orang-orang yang berbakat dan berpendidikan relatif
sedikit, sehingga masyarakat terpaksa menawarkan posisi yang lebih tinggi
kepada orang-orang yang memiliki bakat dan kemampuan yang dibutuhkan agar masyarakat
tersebut mampu mempertahankan eksistensinya. Dalam tahun 1948, Davis melakukan
modifikasi terhadap teori-teori itu dengan menambahkan bahwa mobilitas
orang-orang yang lebih berbakat dan berkemampuan lebih tinggi sering dihambat
oleh latar belakang status keluarganya. Jadi kesimpulannya stratifikasi adalah
suatu hal yang tidak terhindarkan
Huaco
mencoba mengabaikan teori Davis -Moore dengan mengatakan bahwa teori tersebut
tidak mampu menjawab berbagai kritikan yang dilancarkan terhadapnya. Dia yakin bahwa
postulat tentang "perbedaan fungsional" itu telah gagal menerangkan
terjadinya stratifikasi, sebab tidak ada bukti bahwa perbedaan posisi akan
menyebabkan perbedaan tingkat sumbangan untuk mempertahankan eksistensi
masyarakat. Juga asumsi yang mengatakan bahwa masyarakat yang memiliki sistem
stratifikasi akan lebih mendorong terjadinya persaingan untuk mendapatkan
prestasi tidak bisa dipertahankan kebenarannya. Maka selanjutnya Huaco
menerangkan teori stratifikasi berdasarkan 3 postulat, yaitu :
a.
Imbalan yang tidak sarna yang dikaitkan dengan
perbedaan posisi adalah penyebab mobilitas individu untuk mendapatkan posisi
tertentu .
b.
Eksistensi dan operasi keluarga adalah penyebab
timbulnya status.
c.
Terbatasnya tenaga-tenaga bermutu menyebabkan timbulnya
stratifikasi.
Sampai saat
sekarang para ahli teori social action belum mengembangkan suatu teori tentang
stratifikasi, walaupun sesungguhnya tidak sulit bagi mereka untuk berbuat
demikian. Pembagian masyarakat kedalam beberapa strata merupakan suatu problematika.
Strata didalam masyarakat maupun industri tidak berada di luar atau terpisah
dari faktor situasi dalam masyarakat. Eksistensi stratifikasi dalam maSyarakat
terletak pada mayoritas anggotanya yang melegalisir perbedaan didalam wewenang
atas kekuasaan pada setiap strata. Posisi puncak pada strata tertinggi
(manajer, pemimpin dsb) tidak mungkin ada tanpa dukungan mayoritas strata
paling bawah (tenaga pelaksana, bawahan dan sebagainya).
INDUSTRI,
MASYARAKAT DAN POLITIK
Oleh: S.R.
Parker
INDUSTRI DAN
MASYARAKAT
Industri
Mempengaruhi Masyarakat
Dalam arti
luas, industri yang berkaitan dengan teknologi, ekonomi, perusahaan dan
orang-orang yang terlibat di dalamnya telah sangat mempengaruhi masyarakat.
Pengaruh tersebut bisa berupa nilai-nilai, pengaruh fisik terhadap masyarakat
dan usaha industrial interest group untuk mempengaruhi masyarakat.
Industri
memberi input kepada masyarakat sehingga membentuk sikap dan tingkahlaku yang
tercermin dalam sikap dalam bekerja. Weber mengatakan bahwa dengan adanya
teknologi baru, diperlukan suatu nilai yang akan mengembangkan masyarakat
menjadi masyarakat kapitalis tradisional; demikian pula jika hendak membentuk
masyarakat kapitalis modern, diperlukan suatu nilai-nilai tertentu.
Industri
memiliki pengaruh yang menimbulkan akibat fisik di dalam masyarakat. Akibat
yang dirasakan oleh masya¬rakat dengan adanya industri bisa dalam berblllai
bentuk yang berbeda. Bila suatu kota sangat tergantung hanya kepada satu jenis
industri atau perusahaan, perkembangan industri atau perusahaan tersebut akan
menentukan apakah kota tersebut akan berkembang atau haneur. Muneulnya
industri-industri baru dalam suatu wilayah akan memberikan pengaruh besar
terhadap jumlah tenaga kerja.
Suatu cara
yang lebih teoritis untuk pengaruh timbal-balik antara industri dan masyarakat
ialah dengan cara mengidentifikasikan jenis-jenis hubungan antara industri dan
masyarakat. Walaupun ada pemisahan economic interest groups dalam industri,
seperti dalam bentuk-bentuk perdagangan, industri, pertanian, keuangan dan
organisasi buruh, dalam beberapa hal kelompok tersebut dapat dianggap sebagai
suatu interest group yang menyatu yang berinteraksi dengan masyarakat. Form dan
Miller pada tahun 1960 mengatakan bahwa ada 5 jenis interaksi antara interest
group tersebut dengan masyarakat yaitu :
1.
Business - Dictated. Pihak perusahaan menentukan jam
kerja karyawannya, tanpa mempertimbangkan efeknya terhadap kehidupan
rumahtangga, dan para karyawan harus menyesuaikan kehidupan keluarga mereka
dengan kegiatan industri (ini mungkin terjadi di dalam suatu perusahaan dimana
buruh tidak terorganisir, atau kalaupun ada organisasi buruh, sangat lemah).
2.
Business - deminated. Sama seperti di atas, akan
tetapi sudah ada aturan-aturan kerja yang Iebih lanjut, hanya ia masih ditentukan
oleh pihak manajemen. Pihak buruh hanya mempunyai hak suara yang keciI (ini
terjadi jika pihak perusahaan cukup kuat dengan organisasi buruh yang agak kuat
tetapi dengan kelebihan penawaran tenaga kerja).
3.
Labour - mediated. Pihak buruh; dalam hal ini
organisasi buruh, mencoba ikut ambil bagian dalam menentukan jam kerja. Disini
mulai terbentuk kerjasama antara pihak buruh dan manajemen (organisasi buruh
cukup kuat, dan industri tergantung kepada tenaga ahli lokal).
4.
Equilibrium. Organisasi buruh cukup kuat, begitu juga
pengaruh masyarakat. Pihak manajemen dalam membuat keputusan harus
memperhitungkan semua akibatnya terhadap masyarakat sekitarnya.
5.
Family - mediated. Dalam interaksi macatn ini
nilai-nilai keluarga cukup dominan (keluarga pemilik perusahaan, religitis atau
co-operative communities).
Ke lima
jenis interaksi dan masyarakat tersebut, dalam kenyataannya di Amerika sudah
tidak berlaku, dan di Inggris sendiri, memerlukan dimodifikasi teori. Sebagai
contohnya, pola business-dictated sudah sulit ditemukan di Inggris, kecuali
dalam beberapa jenis perusahaan dimana buruh mempunyai motivasi mendapatkan
upah yang sangat tinggi, dan perusahaan bersedia memenuhinya.
Ada teori
lain mengenai interaksi antara industri-masyarakat, dengan menggunakan empat
pendekatan, yaitu :
a)
Structural functional, yang meliputi penyebaran
industri ke dalam berbagai sub sistem masyarakat lainnya.
b)
Compensation, dimana industri yang dianggap sebagai
sumber sosiabilitas tidak mungkin ada di dalam masyarakat lokal.
c)
Welfare (kesejahteraan), suatu pendekatan terhadap
peristiwa-peristiwa di dalam masyarakat dimana pihak industri mengambil bagian
sebagai partner masyarakat.
d)
Power, industri menjadi sumber kekuatan yang
mempengaruhi masyarakat.
Pengaruh
Masyarakat Terhadap Industri
Masyarakat
telah merasakan berbagai bentuk pengaruh dari adanya industri, dan kadang-kala
masyarakat sendiri ikut memperkuat atau memperbesar skala pengaruh tersebut
akibat interaksi antara pihak buruh dan pihak manajemen biasanya baru dirasakan
baik oleh pihak pengusaha, pihak organisasi buruh juga oleh pemerintah jika
terjadi peristiwa pemogokan buruh yang akan mempengaruhi perputaran roda-roda
ekonomi. Pada tingkat nasional, kenaikan upah buruh akan memaksa kenaikan harga
barang yang dijual yang akhimya memacu inflasi. Sudah jelas bahwa untuk
memahami sikap dan perilaku di dalam industri seperti absenteisme, tekanan
untuk menimbulkan atau memaksimumkan usaha tidak mungkin hanya berdasarkan
kopdisi industri saja, tetapi harus melibatkan norma¬norma, nilai, peranan dan
berbagai perilaku yang ada di luar lingkungan industri atau dalam masyarakat
luas.
Industri dan politik
Industri
dan pengaruh politik
Industri
bekerja di dalam suatu lingkungan sosial dan memiliki hubungan dengan kekuatan
yang berada dalam lingkungan tersebut. Berbagai bentuk pengaruh timbal balik
yang terjadi antara industri dan kehidupan politik dibagi dalam dua jenis:
pertama, pengaruh kelompok terorganisir, dan kedua pengaruh peranan individu.
Dalam rangka mempengaruhi kebijaksanaan pemerintahaan daerah, wakil-wakil
industrial interest akan bergabung ke dalam suatu organisasi "presure
group" dan pada saat bersamaan personal-personal pihak industri sendiri
sering ikut langsung memegang peranan politik dengan tujuan memajukan kepentingan
ekonomi mereka.
Kemampuan
pihak perusahaan untuk mempengaruhi kebijaksanaan politik pemerintah dengan
melakukan partisipasi langsung di dalam pemerintahan adalah suatu aspek kontrol
dari jalinan kelompok elite dalam industri dan dalam pemerintahan. Bekas-bekas
menteri, baik yang tadinya duduk dalam pemerintahan Partai Buruh, maupun Partai
Konservatif, sering diundang untuk menduduki jabatan-jabatan penting dalam
perusahaan. Hal tersebut sangat membantu. pihak perusahaan dalam mempengaruhi
pemerintahan karena biasanya mereka memiliki relasi yang cukup banyak dalam
pemerintahan.
Politik
dan Hambatan Legal terhadap Industri
Peranan
pemerintah di dalam bidang industri meliputi pengontrol, pengatur, promotor,
pengusaha dan perencana (Grove, 1962). Cara-cara langsung dari pemerintah untuk
mengontrol industri ialah melalui kebijaksanaan anggaran, pajak, kontrol
jual-beli, pengontrolan terhadap modal publik dan kontrol terhadap distribusi
produk maupun penyebaran industri.
Sebagai
pengusaha pemerintah secara langsung berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi
melalui 4 cara yaitu :
a)
Pemerintah sebagai pembeli terbesar dari barang-barang
dan jasa untuk menjalankan roda pemerintahannya.
b)
Pemerintah sebagai majikan; kurang lebih 1 juta orang
penduduk Inggris bekerja pada pemerintah, dari seluruh pekerja di Inggris yang
berjumlah 24 juta orang
c)
Pemerintah memberikan pengaruh langsung kepada
kegiatan bisnis dengan melalui berbagai lembaga keuangan yang dimilikinya,
misalkan bank, tetapi tidak ikut langsung dalam kegiatan manajemennya.
d)
Pemerintahsebagai pengusaha langsung dengan
memproduksi barang-barang dan menjualnya secara terbatas untuk kepentingan
sendiri.
Terakhir
sebagai perencana, pemerintah memperluas peranannya sebagai pengontrol dengan
mengarahkan dan membimbing kegiatan ekonomi dengan cara melakukan
desentralisasi. Kesulitan ekonomi, memperbesar peranan pemerintah. di dalam
perencanaan aktivitas dan pengembangan industri.
Hubungan
Industri dengan Hukum
Keengganan
pemerintah melakukari intervensi langsung kedalam kegiatan industri mirip
dengan keengganan yudikatif untuk melibatkan diri secara langsung ke dalam
lapangan industri. Wedderborn (1966, hal 13) menyatakan bahwa pihak hukum baru
mau melibatkan diri jika pihak perusahaan berbuat suatu tindakan, dimana pihak
lain di luar perusahaan merasa dirugikan oleh tindakan tersebut. Alasan lain
yang menyebabkan keengganan pihak hukum melibatkan diri adalah telah
terbentuknya suatu perjanjian bersama antara perusahaan industri dengan
serikat-serikat buruh sehingga kalau ada permasalahan diantara mereka hal itu
akan diselesaikan melalui cara-cara yang tercantum dalam perjanjian tersebut.
Pekerjaan
dan Tingkah laku Politik
Sejumlah
penelitian menemukan bahwa ukuran perusahaan dan tingkat pengetahuan majikan
tentang pribadi para pekerjanya merupakan faktor yang mempengaruhi sikap dan
tingkahlaku politik para pekerjanya. Nordlinger (1967) menyatakan bahwa
walaupun suatu perusahaan besar cenderung ke arah kiri (Partai Konservatif),
tidak berarti bahwa para pekerjanya akan memiliki kecenderungan yang sama,
karena bisanya hubungan antara pekerja dan majikan tidak begitu akrab. Ingham
(1969) membuat suatu kesimpulan sama dengan Nordlinger. Dia melakukan
penelitiannya terhadap para pekerja Bradford, dan hasil penelitiannya
diungkapkan sebagai berikut : "Suatu kekuatan buruh yang berorientasi kiri
akanmendorongnya mengarah pada intensifikasi nilai yang akan menyebabkan
peranan dan aktivitas masing pihak terlihat secara lebih jelas".
ORGANISASI
Oleh : M. A.
Smith
Sistem Pendekatan Kaum Strukturalis
Organisasi
adalah suatu karakteristik panting dalam masyarakat industri dan perkotaan.
Organisasi sosial adalah suatu susunan
yang sangat luas dari berbagai bentuk hubungan dan proses, jadi struktur
sosial berada dalam semua tingkat struktur sosial. Menurut Blau dan Scoot
(1963) telah mengajukan suatu pendapat bahwa organisasi adalah suatu kumpulan
individu yang batasannya jelas, aturan yang bersifat normatif, jenjang
kekuasaan sistem komunikasi dan sistem keanggotaan yang terorganisasi. Fox
berpendapat bahwa minimal organisasi terdiri dari sistem peranan sanksi dan
komunikasi dan intisari dari organisasi adalah keteraturan, standarisasi dan
perilaku yang berulang-ulang.
Tantangan
terhadap organisasi muncul dari dua sumber, pertama dari para penulis yang
mengira bahwa suatu bahaya besar akibat kelalaian terhadap kontrol, power dan
konflik dalam organisasi. Tantangan kedua terhadap pendekatan sistem
struktutalis ini berasal dari suatu tinjauan interaksionis yaitu apakah
organisasi itu nyata atau apakah ia adalah suatu yang berinteraksi secara
bersama-sama lebih daipada sekedar interaksi antar individu.
Sosiologi
bukanlah satu-satunya ilmu yang berkaitan dengan masalah organisasi. banyak
disiplin lain yang membicarakan maslah organisasi dengan menetengahkan modelnya
masing-masing. Pugh ( 1971 ) mengelompokkan 6 model utama yang berasal dari
berbagai disiplin ilmu yang berbeda yang secara garis besarnya akan diuraikan
sebagai berikut :
1.
Teori Ekonomi
Teori ini mengetengahkan suatu
model organisasi yang nenpunyai cri khasdalam tujuannya yaitu keuntungan
maksimal dan kerugian minimal. dalam organisasi ini, manusia dipandang sebagai
pihak konsumen yang dimotifisir oleh perhitungan rasional dan ekonomis.
2.
Teori Teknologi
Para ahli teknik adalah
kelompok kedua yang mengklaim bahwa teknologi adalah variabel utama dari
kondisi internal struktur oganisaasi beserta kondisi lingkungannya.
3.
Teori individu
Teori ini memfokuskan
perhatiaannya pada masalah sikap,tingkah laku dan cirri-ciri pribadi individu
yang ada dalam organisasi . teori ini lebih banyak berlandaskan pada
teori klasik dari march dan simon( 1958) yang membuat suatu kerangka kerja yang
menekankan peranan individu.mereka mengatakan bahwa organisasi dapat
didefinisikan dan dipelajari melalui prosesi-proses pengambilan keputusan
secara individual dalam organisasi, walaupun keputusan tersebut mungkin mungkin
dihambat oleh adanya hierarki dan pembagian tugas.
4.
Teori kelompok
Teori ini berdasarkan atad
penelitian Elton Mayo dan eksperimen Hawthone.Teori ini sangaat
mementingkn peranan pola kepemimpinan dan norma-norma yang berlaku dan
menyatakan bahwa kendala bagi organisasi dan pengembangan orientasi individu
hanya dapat dimengerti jika buruh dilibatkan dalam kegiatan kerja.
5.
Teori Stuktural
Menurut teori ini organisasi dapat
didefinisikan sebagai suatu kelompok yang memiliki keteraturan dalam hierarki
wewewang ,pembagian tugas yang dan koordinasi fungsional.Model-model organisasi
yang dikembangkan oleh Burns dan Stalkers pada tahun 1961 , serta oleh Pugh
pada tahun 1968 termasuk kedalam tradisi structural.
6.
Teori Managemen
teori ini dijelaskan oleh Fayol
1949. titik berat teori ini adalah usaha untuk memaksimumkan produktifitas.
teori ini menganggap hierarki wewenang sebagai hal yang wajar dan
memperlakukan manusia sebagai mesin.
Cara lain
yang disebut teori tipologi, yang agak berbeda dengan cara diatas adalah, ialah
teori yang lebih dulu mencoba mengidentifikasikan unsur-unsur yang dianggap
penting, kemudian baru membuat modelnya. Perbedaannya dengan cara pertama,
ialah sebelum membuat suatu model,cara pertama memandang permasalahn secara
keseluruhan, sedangkan cara kedua lebih mengutamakan semua unsure yang dianggap
cukup penting.
Suatu bentuk
Tipologi yang terkenal ialah klasifikasi organisasi yangdidasarka atas
tujuan.Tipologi yang dikembangkan oleh Tallcot Parsons pada tahun 1960 itu
ialah:
1. Production
Organization (organisasi produksi).
yaitu suatau
organisasi yang berusaha memproduksi barang atau jasa sesuai dengan kebutuhan
sistem sosial yang mengelinginya. contohnya perusahaan-perusahaan perdagangan,
industri dan sebagainya.
2. Political
Goal Organization.
organisasi
tipe ini memusatkan semua aktifitasnya untuk mencapai tujuan politik. Contoh
partai-partai politik
3. Integrative
Organization
suatu
organisasi yang baik bentuk maupun motifnya terintergasi dan terarahkan untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. organisasi ini berusaha mengurangi bahkan
menghilangkan segala macam konflik yang terjadi. Contoh angkatan bersenjata
4. Educational
dan Cultural Organization
organisasi
ini bergerak dalam kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan dan
kebudayaan, contoh : sekolah-sekolah dan perkumpulan kesenian.
Klasifikasi
organisasi yang didasarkan atas perbedaan tujuan telah menimbulkan masalah
serius secara konsepsi maupun emperes.
Etzioni dan
Blau dan Scott : telah mencoba membuat suatu klasifikasi organisasi yang
didasarkan atas bentuk hubungan antara organisasi dengan para anggotanya.
Bentuk hubungan ini dikenal dengan Complience Relationship. bentuk –bentuk
Complience Relationship bisa berupa:
1.
Coercive, dimana pihak penguasa berusaha memaksa para
anggotanya untuk perbuatan-perbuatan tertentu, Contohnya : organisasi penjara.
2.
Remunerative, dimana pihak penguasa memperhitungkan
keterlibatan kalkulatif misalnya perusahaan dan industri.
3.
Normative, pihak penguasa berusaha amengarahkan para
anggotanya agar mengikuti suatu norma-norma atau nilai tertentu. Contoh
organisasi keagamaan.
Tesis yang
diajukan oleh Etzioni menunjukkan suatu kecenderungan akan adanya penyusuaian
antara tipe otoritas (relational variable) dengan orientasi partisipannya
(Psychological variable). Hal ini terjadi karena tekanan-tekanan internal dan
eksternal terhadap organisasi sangat efektif.
Blau dan
Scott, (1963) memggunakan suatu prinsip diferensiasi yaitu “ siapa yang
menggunakan” dan “siapa yang mendapat keuntungan“. mereka mengusulkan bahwa
lapisan-lapisan masyarakat yang mengkonsumsi output organisasi dapat digunakan
untuk mengidentifikasi tipe-tipe organisasi dan karakter partisipasi para
anggotanya serta berbagai problema yangdihadapi organisasi. Dengan
prinsip-prinsip diatas mereka mengklasifikasikan organisasi tersebut menjadi:
1.
Manual Benefit Organization
Yaitu suatu
organisasi dimana semua anggotanya memberikan keuntungan terhaap organisasi
tersebut, Contoh: Lion Club, yayasan-yayasan
2.
Owner benefit Organization
Tipe
Organisasi ini kira-kira sama dengan tipe organisasi normative
3.
Common Weal Organization ( Organisasi Kemasyarakatan )
suatu tipe
organisasi yang penymbangnya adalah masyarakat umum yaitu, Contoh: PMI,
organisasi kampong seperti RT,RW dan sebagainya.
Suatu
kesimpulan umum mengenai teori-teori yang diajukan oleh Etzioni, Blau dan Scott
ialah bahwa organisasi bersifat komplek dan tidak mudah mengklasifikasikan
hanya dengan satu kriteria atau hanya dala satu dimensi.
Organisasi
berdiri diatas sejumlah faktor internal dan eksternal yang memberikan pengaruh
dan tekanan dalam berbagai tingkat ukuran.untuk negatasi hal ini Child
mengajukan usul untuk mempertimbangkan peranan Holder Of Power yang menjadi
nedia dianara varable-varable kontekstual dengan pola-polas strukturnya
Dia juga
mengatakan bahwa pemegang kekuasaan mampu member corak terhadap suatu struktur
organisasi dengan kekuasaannya, sehingga dengan mempelajari karakteristiknya
kita akan mengetahui dan mempelajari suatu struktur organisasi.
PENDEKATAN
TERHADAP TINGKAH LAKU DI TEMPAT KERJA
AWAL PENELITIAN TERHADAP TINGKAH
LAKU MANUSIA DI TEMPAT KERJANYA
Oleh : R. K .Brown
Secara eksplisi, pendekatan sosiologi terhadap tingkah laku di mulai ketika
di lkukan penelitian pada pabrik hawthorne milik perusahaan western frectric
company dichicago sekitar tahun 1927 dan tahun 1932, yang akhirnya di anggap
sebagai awal ”pergerakan” tahun humas relation (hubungan antara manusia).
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian tersebut melibatkan 3 displin ilmu,
yaitu pertama ilmu ekonomi klasik, kedua manajemen dan ketiga adalah fisiologi
industri dan fisikologi .
Percobaan
hawthorne
Di dalam percobaan hawthorne, para peneliti di paksa untuk mempertimbangkan
faktor-faktor sosial untuk menjelaskan hasil penelitiannya tersebut.
Penelitian
Terhadap Hubungan Antara Manusia Di Dalam Industri
Tema-tema utama dalam penelitian tersebut hubungan antar manusia (humas
relation) pada prinsipnya di dasarkan atas hasil-hasil dari percobaan
Hawthorne, walaupun dengan tidak mengabaikan hasil-hasil dari berbagai
penelitian yang sebelumnya bahkan hasil-hasil penelitian tersebut di jadikan
pelengkap bagi penelitian selanjutnya.
Sasaran utama dari penelitian
terhadap hubungan antar manusia iyalah untuk mengetahui struktur dan fungsi
kelompok kecil dalam industri dan organisasi industri secara keseluruhan yang
selanjutnya untuk mengembangkan suatu karangka analitis dari struktur dan
fungsi tersebut untuk suatu konsep interaksi (Homems). Sasarannya ialah untuk
mempelajari hubungan antara masyarakat dan industri.
Suatu penelitian yang cukup terkenal telah di lakukan oleh Coch dan French
(1948) pada sebuah perusahaan konveksi.
Pengaruh
eltonmayo
Sesungguhnya eksperimen hawthorne sendiri pertama kali di populerkan oleh
elton mayo, dan interpretasinya
terhadap hasil eksperimen tersebut serta terhadap beberapa penelitian lainnya
mengenai kelompok-kelompok kerja telah memberikan pengaruh yang cukup besar.
Gagasan-gagasan yang dikembangkan oleh mayo tersebut tidak hanya
berlandaskan filosofis dari sosiologi saja. Tetapi juga di pengaruhi
teori-teori praktis manajemen dan bahkan mungkin juga dipengaruhi oleh
idiologi-idiologi manajemen.
Banyak kritik terhadap pandangan mayo mengenai masyarakat pra-industri.
Dikatakan bahwa mayo telah melakukan mis-interpretasi terhadap situasi dan
kondisi masyarakat pra-industri, dengan mengatakan bahwa apa yang pernah
terjadi di dalam masyarakat pra-industri bisa digunakan sebagai bahan untuk
memecahkan persoalan-persoalan yang terjadi disaat ”sekarang”.
Titik pusat dari keterbatasan tersebut adalah terletak di dalam analisasi
terhadap penyebab dan karakteristik konflik di dalam industri.
Perhatian mayo terhadap masalah keharmonisan di dalam masyarakat luas
palarel dengan kerja sama dan keseimbangan di dalam industri. Tetapi iya gagal
secara keseluruhan di dalam memandang fungsi konflik dan tidak berhasil menjelaskan
bagaimana jalan keluar untuk mengatasi konflik yang terjadi, kebanyakan kritik
yang dilanjarkan terhadap prinsip relation ditujukan terhadap
kelemahan-kelemahan baik yang dilakukan oleh mayo maupun yang dilakukan oleh
penelitian-penelitian lain yang merupakan penyokong teori humas relationhip.
Penelitian terhadap perilaku para pekerja yang menggunakan prinsip-prinsip
sosio-pisikologi ialah bahwa para peneliti mengamati perilaku hubungan antara
kelompok pekerja dengan supervisornya didalam suatu lingkungan yang terbatas
dan risolasi dari lingkungan masyarakat, juga bahkan dari lingkungan yang lebih
luas di dalam organisasi tersebut.
Keterbatasan yang terdapat cara-cara pendekatan humas relation telah menyebabkan para
peneliti mengalami kegagalan di dalam usahanya untuk menjelaskan orientasi
nilai-nilai yang terdapat di dalam perilaku pekerja, serta gagal pula
menerangkan mengapa timbul suatu kecendrungan serta keinginan mereka untuk
menghindarkan konflik serta berbagai perubahan di dalam sistem dan suasana
kerja.
Kekurangan lain dari prinsip humas relation iyalah segiteoristis maupun
metodologisnya yang sangat lemah. Pendekatan humas relation ditujukan untuk
hubungan antara individu di dalam kelompok-kelompok kecil, sehingga
analisasinya terhadap organisasi perusahaan sangat terbatas, dan bila ingin
diterapkan untuk tingkatan organisasi
secara keseluruhan jelas tidak bisa diterima.
Metode
pendekatan humas relation yang terakhir
Dalam teori neo-humas relation manusia tidak hanya di anggap sebagai ”makhlik
sosial” yang hanya perlu makan dan minum saja, tetapi di perhatikan pula
kebutuhan lainnya seperti ingin di hormati dan ingin menonjolkan diri.
Diakui bahwa pendekatan neo-humas relation ini lebih memadai, baik secara
teoristis maupun metodologis, bila dibandingkan dengan humas relation lama .
Pendekatan
implikasi teknologi
Salah satu aspek yang banyak di kenal dalam industri tetapi ternyata di
abaikan dalam tradisi humas relation adalah teknologi, atau juga disebut juga
sebagai sistem dalam pabrik. Teknologi akan memberi pengaruh yang berbeda sesuai dengan tingkat dan tipe teknologi atau sistem
produksi yang digunakan.
Seorang ahli sosiologi prancis, teoranie (1992), membedakan tiga tahap
perkembangan teknologi yang sama yang di lakukan oleh woodward. Proses yang
pertama ialah adanya integrasi sistem pekerjaan, dimana pekerjaan di bagi di
dalam sub-sub pekerjaan yang di kerjakan secara tetap oleh satu orang dimana
kelompok pekerjaan tersebut terosolasi dari sub-sub pekerjaan lain. Sedangkan
proses kedua ialah dengan adanya mekanisasi maka proses produksi akan lebih
terintegrasi. Kontradiksi di antara kedua p[roses inilah yang merupakan
fenomena dari perkembangan tahap-tahap teknologi di atas.
Sistem sosial –
teknologi dan pilihan organisasi
Sistem sosio-teknologi merupakan sistem yang ”terbuka”, berkaitan erat
dengan lingkungannya dengan melakukan saling tukar menukar proses tetap cukup
”stabil” terhadap kondisi lingkungannya tersebut.
Pendekatan
”sosial action” dan ”orientations to work”
Akibat dari ketidak mampuan teori implikasi teknologi untuk menjawab
pertanyaan tersebut muncullah teori baru yang di harapkan mampu menerangkan
permasalahan di atas yang dikenalkan dengan nama “orintation to work”.
Goldthorpe dan
rekan-rekannya mensinyalir bahwa “oritasi terhadap pekerjaan” di luar
perusahaan ternyata lebih besar, hal ini di pengaruhi adanya kelebihan tenaga
kerja pada masyarakat, dan dalam kondisi demikian para pekerja akan cenderung
mempertahankan posisinya di dalam pekerjaan di karenakan banyaknya saingan dari
luar. Sikap dan perilaku para pekerja di pengaruhi oleh
faktor-faktor di luar pekerjaan tidak hanya di pengaruhi oleh sistem sosial di
dalam perusahaan sendiri.
STRATEGI
SHOPFLOOR DAN REAKSI TERHADAP PERUSAHAAN
Oleh : R.K Brown
Penjelasan tentang perilaku shopfloor dapat kita mulai dengan membahas
terlebih dahulu tentang “perjanjian kerja”.Adapun juga daya tarik yang terkandung dalam suatu jens pekerjaan,pada akhirnya “upah” lah yang akan
menjadi tujuan utama
bagi seorang pekerja.Hubungan antara majikan dan buruh pada dasarya tidak lebih
daripada pertimbangan “saling menguntungkan”[Etzioni 1961,Goldthorpe et
al,1968,hal 37-42].Perjanjian yang mengatur hubungan tersebut biasanya berisi
tentang hal-hal yang bersifat normative seperti peraturan-peraturan dalam
pekerjaan yang harus ditaati oleh kedua belah pihak serta sanksi-sanksinya bila
salh satu pihak melakukan pelanggaran.
Baldamus (1961) menyatakan bahwa didalam kasus mengenai para pekerja non
skill,upah yang mereka dapatkan hanyalah merupakan konpensasi atau imbalan atas
“tenaga” yang merka keluarkan dalam pekerjaan,karena mereka biasanya tidak
dituntut untuk memiliki keahlian ataupun pengalaman dalam bidang
tertentu.Sehingga bentuk perjanjian kerja pada akhirnya tidak lebih daripada
“perjanjian jual beli tenaga”.
Semua pekerja bahkan seorang pekerja yang paling rendahpun dituntut untuk
mengetahui dan mengerti tentang aturan – aturan di dalam pekerjaan (Bendix
1974,Jaques 1967).Pengertian tentang aturan tersebut akan memperjelas cara-cara
pembagian tanggungjawab sipa yang berhak mengambil keputusan,sipa yang harus
melaksanakan keputusan tersebut dan siapa yang bertanggung jawab terhadap
segala konsekuensi keputusan tersebur (Fox 1974).Jaques (1956) berkata bahwa tingkat tanggungjawab
yang dibebankan kepada seseorang dapat diukur,biasanya tingkat tanggungjawab
berkaitan dengan besarnya upah yang didapatkan,dan hal tersebut tercantum dalam
perjanjian kerja yang telah disetujui oleh kedua belah pihak.
Teknologi
dan Pengaruhnya Terhadap Kelompok-Kelompok Kerja
Work group adalah suatu istilah yang sangat ambivalen.Kita harus memandang
“work group” sebagai kelompok jabatan atau pekerjaan yang sama dan
sejenissebagai “task group” dan sebagai “sosial group” atau kelompok social
dalam industri.Kelompok jabatan atau kategori pekerjaan adalah sekelompok orang
yang memiliki pekerjaan yang sama(baik sebgai buruh biasa,juru tulis dan
sebagainya),tetapi tidak membentuk suatu kelompok kerja yang khusus (task
group).Jadi tidak memiliki suatu jalinan kerjasama yang jelas,Para pekerja yang
bersal dari kategori jabatan atau task group yang sama akan membentuk suatu
kelompok sosial (informal group) atau sekelompok tertentu yang didasarkan atas
persamaan umur,ras,agama,kepercayaan dan ciri-ciri yang lain.
Kedua,kita harus
mengetahui bahwa kita tidak bias mengasumsikan bahwa industry terdiri dari
kelompok-kelompok primer (primary group) yang memiliki ikatan yang kokoh
diantara para anggotanya.Timperley (1970) telah melakukan penelitian terhadap
sejumlah pekerja pada sebuah lapangan terbang baru.Dia melihat bahwa para
anggota task group yang ada didalam airport tersebut telah mengembangkan suatu
prosedur di luar prosedur yang sebenarnya untuk mendapatkan sejumlah uang “tip”
dari masyarakat yang dilayaninya serta merekapun telah
membentukaktifita-aktifitas sosial untuk kepentingan mereka beserta
keluarganya.Pengaruh lain dari adanya task group adalah memberikan kemampuan
kepada mereka untuk melakukan aksi-aksi guna mempertahankan kepentingan mereka
kepada pihak manajemen (mampu berperan seperti serikat-serikat buruh).
Berdarkan wawancara dan
data yang didapat dari 300 task group dari berbagai industry di Amerika
Serikat,ia membedakan work group tersebut kedalam empat tipe.Setiap tipe work
group tersebut memiliki cirri perilaku yang boleh dikatakan selalu
tetap.walaupun seandainya susunan personalnya mengalami perubahan.
Group pertama,disebut
“Apathetic Group”(pada umumnya terdiri dari para buruh tak terlatih yang
biasanya memiliki tingkat tingkatan tuntutan yang rendah,tanpa memiliki pola
kepemimpinan yang jelas dan kurang memiliki rasa kohesi kelompok,tidak memiliki
tingkatan posisi,bersifat sangat kooperatif dengan pihak manajemen dan hanya
memegang peranan kecil dalam kegiatan serikat buruh.
Group kedua ialah “Erratic
Group”(biasanya terdapat anatar para pekerja industri perakitan mobil).Yang
termasuk dalam tipe ini biasanya kelompok-kelompok yang sering mengajukan
tuntutan terhadap perusahaan tetapi sering tidak memiliki control tidak
konsistendalam mencapai tujuan.Para anggota dalam group tipe ini yang memiliki
perasaan tidak puas terhadap pihak manajemen banyak diantara mereka ikut serta
berperan aktif didalam kegiatab organisasi serikat buruh.
Group ketiga,yaitu
“Strategi Group” (biasanya pekerja-pekerja yang memiliki posisi kunci dalam
pekerjaan).Group ini memiliki tingkat tuntutan yang relative tinggi jika
dibandingkan dengan kedua group lainnya.
Group keempat,yang
merupakan paling stabil disebut “Conservative Group” (yang tersmasuk dalam
group ini biasanya terdiri dari orang yang memiliki posisi-posisi kunci dalam
perusahaan).
Respon Para
Pekerja Terhadap Suatu Sistem Penggajian
Salah satu bentuk dari pembayaran upah ialah dengan menggunakan system
uangdengan intensif.Jika gaji pegawai dihubungkan dengan tingkat
produksi,biasanya dalam bentuk bonus,maka kondisi ketidakmenentuan dalam
hubungan antara pekerjaan dan upah akan hilang atau dengan kata lain pihak
buruh ataupun pihak perusahaan bias mengaitkan tingkat upah secara langsung
dengab prestasi kerja.Jikalau seorang buruh bekerja lebih keras dan mampu
menghasilkan produksi yang lebih tinggi,dia akan menerima gaji yang lebih
tinggi.Dari segi perusahaan cara ini cukup menguntungkan,tetapi karena
terjadinya persaingan yang kerasanatr buruh,maka orang yang tidak bias mencapai
prestasi yang baik mungkin akan tergeser dan keluar dari perusahaan.
Para peneliti Hawthorne
dalam penelitiannya diruangan bank wiring,melihat tingkat produksi yang relatif
rendah yang sebetulnya bukanlah suatu hal yang bar,tetapi ketika mereka
membandingkannya dengan pekerja dibagian perakitan yang diberikan uang
insentif,diambil kesimpulan bahwa uang insentif akan meningkatkan output.
Berlainan dengan yang
dilakukan oleh Roy (1952,1953,1954) dia menekankan pentingnya rasionalisasi
pekerja dalam engineering workshop,dia menganjurkan agar jumlah tenaga kerja
untuk mengoperasikan “fiddles” sebaiknya selalu disesuaikan dengan kondisi
ekonomi dan sosial.
Mungkin penelitian yang
paling baik untuk menerangkan fenomena diatas ialah penelitian yang dilakukan
oleh Luptor (1963)terhadap sejumlah pekerja di dua buah workshop.Dia mengatakan
bahwa tidak hanya masalah organisasi untuk menerangkan kontradiksi dari dua
perilaku kelompok pekerja tetapi juga harus ditimbangkan factor-faktor
eksternal yang berada diluar pabrik atau perusahaan.Kedua kelompok kerja pada
kedua workshop yang diteliti oleh Lupton,mendapatkan pembayaran dengan system
uang intensif.Tetapi ternyata para pekerja di workshop perakitan sama sekali
tidak memberikan respon seperti yang diharapkan pihak manajemen.
Tawar-Menawar
Kebanyakan aktifitas dalam
workshop sama sekali tidak dihiraukan oleh organisasi serikat buruh.Untuk
menjaga dan mempertahankan kepentinganny,para pekerja membentuk suatu
organisasi yang dikenal dengan nama organisasi Shop Steward.Organisasi ini
bersifat independen dan memiliki pengaruh besar terhadap segala tindakan yang
terjadi didalam workshop.
Ada beberapa alasan yang menyebabkan semakin meningkatnya peranan dan
posisi organisasi Shop Steward.Alasan pertama,ialah dorongan untuk menonjolkan
kepentingan mereka yang sebagian disebabkan karena dalam berbagai perundingan
mengenai ketenagakerjaan didalam industry.Alasan kedua ialah kesempatan yang
membantu timbulnya organisasi shop steward
adalah semakin banyaknya jumlah dan membesarnya ukuran workshop dan
semakin terbukanya sikap trade union dalam menerima mereka.Alasan ketiga,adalah
adanya tekanan terhadap workshop untuk mengendalikan dan mempengaruhi para
pekerja biasa,dikarenakan oleh semakin besarnya ukuran perusahaan dan semakin
birokratiknya system organisasi baik dalam perusahaan maupun dalam trade union.
Kekuatan organisasi shop
steward ini terutama dikarenakan bahwa para anggotanya adalah kepala dari
masing masing workshopnya,walaupun posisi mereka sebagai wakil trade union
secara keseluruhan merupakan hal yang penting pula (saat ini organisasi shop
steward diakui sebagai bagian dari trade union)
MANAJEMEN
Oleh : J.
Child
Manajemen di
dalam struktur sosial
Suatu pertanyaan mengenai bagaimana
para manajer menempatkan dirinya di dalam sistem pekerjaan dan stratifikasi di
dalam masyarakat industri modern telah menjadi topik utama di dalam berbagai
perdebatan sosiologi. Tidak hanya jumlah orang yang menduduki posisi manjer
meningkat tetapi juga adanya berbagai perkembangan yang menunjukan bahwa
masalah-masalah manjemen telah berkembang baik dalam dunia bisnis maupun dalam
pekerjaan lainnya. Lebih khusus lagi sistem manajemen telah telah cenderung
semakin memisahkan para pemilik perusahaan dengan para pekerja. Hal semacam itu
tidak diekspresikan dengan suatu konsep pemisahan kekuasaan pemilihan dengan
sistem kontrol yang berarti pemindahan kekuasaan eksekutif dari tangan para
pemilik perusaahaan yang tidak profesional ke tangan para manajer profesional.
Perubahan tersebut mendorong para manajer baru tersebut untuk membentuk suatu
identitas sosial, motivasi dan goal yang khas.(Child 1969 a Chafter III,
Stainworth dan Giddens, 1974). Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya konsep
tersebut ialah semakin berkembangnya teknologi serta mendorong perusahaan
melakukan intensifikasi modal. Untuk mengimbangi perkembangan teknologi
tersebut, industri terpaksa menggunakan para manajer yang memiliki kemampuan
profesional dalam bidang teknologi dan administrasi modern.
Manajer adalah suatu kelompok sosial
yang memiliki identitas tersendiri di dalam suatu masyarakat bahkan dalam
masyarakat internasional. Manajerialisme mengemukakan bahwa untuk menjelaskan
masalah kedudukan manajer dalam struktur sosial masyarakat industri diperlukan
suatu asumsi pemisahan fungsional diantara pihak manajer dan pihak pemilik
perusahaan. Ciri khas lain yang menyebabkan posisi manajer dalam masyarakat
industri menjadi unik ialah adanya kemampuan dalam bidang manajemen yang mereka
miliki untuk menjalankan kebijaksanaannya walaupun berlawanan dengan
kepentingan perusahaan.
Berbagai
variasi dalam orientasi manajerial
Sosiologi mengklasifikasikan
kelompok manajer berdasarkan beberapa faktor berikut yaitu sistem-sistem nilai
budayanya, tingkat pendidikan, keahlian dan profesionalnya, serta posisi ddan
relasinya dalam perusahaan. Faktor- faktor tersebut akan mempengaruhi orientasi
dan perilaku seorang manajer dalam perusahaan. Jika ada perbedaan latar
belakang sosial dan budaya antara seorang manajer dengan manajer lainnya,
orientasi perilaku mereka pun akan berbeda pula.
Orientasi seorang manajer akan merefleksikan
nilai-nilai yang dianut masyarakat dimana manajer tersebut berada. Ia juga akan
merefleksikan posisinya yang khas dalam masyarakat dengan bentuk keanggotaannya
serta jabatannya yang khas pula. Perbedaan di dalam sikap dan pandangan hidup
yang dipegang oleh seorang manajer dengan manajer lainnya di dalam pekerjaan
dan jabatan yang berbeda telah menjadi bahan penelitian yang menarik bagi para
peneliti sosiologi. Orientasi manajerial sangat bervariasi dengan spesialisasi
dan posisi masing-masing manajer atau kelompok manajer.
Secara singkatnya orientasi manajer
sangat bervariasi dan bersifat mencabang, hal ini dikarenakan :
1.
Adanya berbagai perbedaan dalam jumlah populasi
manajer pada satu masyarakat dengan masyarakat lainnya.
2.
Di dalam masyarakat sendiri terdapat suatu variasi
dalam perbedaan kelompok-kelompok kerja/jabatan atau lebih jelasnya sifat dari
suatu perbedaan kerja lainnya sangat bervariasi.
Tingkah laku manajer
Perilaku
seorang manajer di dalam menjalankan suatu peran akan merupakan suatu fungsi
orientasi pribadi secara umum maupun funsi peranannya yang dibentuk melalui
orang-orang lain yang berinteraksi dengannya. Dengan alasan tersebut maka
keseragaman orientasi manajer yang bersama-sama dengan kesempatan untuk
mengejar tujuan bisa dibentuk kompleksitas struktur organisasi modern berskala
besar.
Burn dan
Stalker pada tahun 1961, mengatakan bahwa usaha untuk mengejar status dan
tujuan-tujuan pribadi dengan berbagai taktik dan perjuangan keras akan
merupakan suatu sentral dari perilaku yang ada dalam organisasi. Usaha untuk
mengejar tujuan tersebut bisa diwujudkan dalam bentuk pembuatan perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian suatu pekerjaan yang berhubungan erat dengan
tujuannya. Dalam proses pengambilan keputusan unsur-unsur politik yang
bersama-sama dengan kepentingan dan tujuan pribadi atau suatu kelompok sering
mempengaruhi suatu keputusan yang dikeluarkan. Pengaruh politik yang disusupkan
kedalam proses pengambilan keputusan sering menghambat terbentuknya keputusan
final sehingga dibutuhkan waktu perundingan yang lama untuk menghasilkan
keputusan tersebut. Unsur-unsur politik pun menjadi sumber berbagai konflik diantara
para manajer yang sering mempengaruhi
jalannya perusahaan.
Konflik yang
terjadi diantara manajer berasal dari berbagai sumber, yaitu:
1.
Adanya pertentangan fundamental mengenai norma-norma
dan orientasi diantara mereka
2.
Adanya akibat dari taktik dan strategi masing-masing
manajer untuk mengejar karier dan status
3.
Adanya ketimpangan komunikasi akibat adanya kelemahan
struktur organisasi
4.
Adanya ketidakmampuan salah seorang manajer dalam
melaksanakan tugas-tugasnya yang dibebankan pada manajer lain.
ORGANISASI
KELOMPOK KEPENTINGAN
Oleh : S. R.
Parker
Serikat Buruh Dan Organisasi
Profesional
Tipe-tipe
Kelompok Kepentingan
Kelompok
kepentingan adalah kelompok sekunder yang berasosiasi dengan organisasi
perusahaan dan struktur kekeuasaan. Berkaitan dengan struktur dan bentuk suatu
organisasi perusahaan, kelompok kepentingan memiliki suatu program atau tata
cara tertentu yang terwujud dalam berbagai aktivitas untuk mengamati dan
menengahi berbagai kelompok dalam perusahaan. Berbagai kelompok yang ada dalam
berbagai industri yaitu organisasi serikat buruh atau Trade Union dan
organisasi profesional di pihak buruh dan organisasi pengusaha di pihak
majikan. Kedua belah pihak merupakan salah satu pembentuk struktur hubungan
sosial.
Problema
utama yang dihadapi oleh Trade Union ialah perjuangan untuk menghadapi sikap
dan perlakuan pihak majikan yang dirasakan kurangan adil. Problema lainnya
ialah usaha mereka untuk memiliki pengaruh politik terhadap kebijaksanaan
ekonomi pada tingkat nasional dan kesulian-kesulitan memperoleh dana. Fungsi
utama serikat buruh ialah untuk mengadakan perundingan dengan pihak majikan
mengenai tingkat upah dan kondisi kerja pada perusahaan.
Profesional
association ialah organisasi yang para anggotanya memiliki profesi tertentu.
Fungsi organisasi profesional bermacam-macam meliputi :
1.
Memberi hak pada anggota-anggotanya untuk melakukan
kegiatan-kegiatan tertentu
2.
Bertindak sebagai suatu kelompok yang melakukan studi
tentang suatu masalah
3.
Menetapkan aturan-aturan atau kode etik yang harus diataati
oleh anggota-anggotanya
4.
Melindungi hak-hak dan kepentingan anggotanya serta
meningkatkan status mereka.
Problem
utama yang dihadapi oleh organisasi profesional ialah meliputi pemeliharaan
pembentukan suatu hubungan harmonis antara profesi dengan masyarakat, kontrol
sosial terhadap anggotanya, penyesuaian diri terhadap perubahan dalam hubungan
tradisional antara anggotanya dengan masing-masing kliennya dan usaha
penyelesaian mengenai konflik yang terjadi didalam tubuh organisasi.
Serikat
Buruh dan Partisipasinya
Beberapa
dari problema utama yang mendapat perhatian adalah bahwa trade union sebagai
instrument yang menyebabkan suatu perubahan sosial, klasifikasi dari trade
unions, faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi anggota dalam trade unions dan
berbagai maslah dalam pelaksanaan demokrasi di dalamnya.
Banks (1974,
hal 53) telah mengemukakan teori determinist dan voluntaris yang membahas trade union sebagai
perangkat perubahan sosial. Konsep determinist menyatakan bahwa aktivitas atau
kegiatan trade union tidak lebih daripada suatu respon atau tanggapan terhadap
masalah mendasar dalam bidang ekonomi, politik dan sosial yang terjadi diluar
tubuh organisasi trade union. Konsep voluntaristi mengatakan bahwa sikap
militan trade union adalah faktor penyebab meningkatnya kesejahteraan ekonomi
kaum buruh.
Masalah
kedua adalah masalah klasifikasi trade union. Sebelumnya ada suatu klasifikasi
tradisional yang didasarkan atas kombinasi dari tipe skill dengan basis
organisasi, yaitu meliputi :
1.
Craft Union yaitu suatu tipe trade union yang paling
tua dan terdiri dari sekelompok pekerja yang memiliki jenis pekerjaan yang sama
2.
Industri Union, meliputi semua pekerja baik ahli
maupun yang tidak ahli di dalam sebuah industri
3.
General union, organisasi ini memeiliki banyak anggota
pada beberapa buah perusahaan industri dan sering merupakan bentuk gabungan
dari beberapa union yang kecil-kecil.
Masalah
ketiga adalah maslah demokrasi dalam trade union. Masalah ini berkaitan dengan
sikap acuh tak acuh para anggotanya terhadap trade union. Tingkat keacuhan
anggota bervariasi tergantung pada jenis serikatnya, suatu bukti yang
menguatkan hal tersebut ialah begitu rendahnya prestasi anggota union yang ikut
dalam pemilihan para pengurus organisasi trade union.
Industrial Relations
Pendekatan
Terhadap Subjek
Istilah
industrial relation memiliki arti ganda, pertama mengacu pada hubungan diantara
manjer dengan pekerja bawahannya baik dalam ruang lingkup perusahaan maupun
dalam lingkungan masyarakat luas, kedua menunjuk pada suatu hubungan kolektif
serikat buruh dengan pengusaha. Industri relation system adalah suatu norma
yang bisa muncul dalam berbagai bentuk seperti aturan-aturan dalam trade
unions, persetujuan atau perjanjian bersama, konvensi masyarakat, keputusan
manajer dan berbagai tindakan kebiasaan yang dianggap sudah umum.(Flanders,
1965 hal 10). Margarishmengatakan bahwa industrial relations adalah suatau
medan studi yang cukup kompleks yang memerlukan dasar-dasar pengetahuan mengenai
perilaku industri berikut unsur-unsurnya.
Model
perilaku untuk menganlisa sebab-sebab munculnya konflik di dalam sistem sosial
industri dengan variabel utama ialah :
1.
Objectives meliputi organisasi perusahaan, manajeman,
pekerja dan imbalan material.
2.
Situasion meliputi sistem sosial, organisasi,
teknologi, berbagai tugas atau materi pekerjaan.
3.
Interaction, meliputi berbagai bentuk interaksi antara
pekerjaan, organisasi dan struktur-strukturnya serta hubungan antara peran dan
kekeusaan.
4.
Konflik.
Blain dan
Gennard pada tahun 1970 mengatakan ada tiga macam teori tentang industrial
relations yang saling berkompetisi satu sama lain, teori tersebu ialah system
models, oxford approach dan industrial sociology approac
Penentuan
Produktivitas
Suatu
perkembangan penting dalam sistem perundingan kolektif antara pihak manajemen
dengan trade union pada tahun 1960an adalah adanya kemauan bersama untuk
melakukan perundingan di dalam menentukan tingkat produktivitas, ini adalah
suatu perundingan mengenai tingkat upah dimana pihak buruh melalui para wakilnya
dalam trade union bersedia menerima perubahan-perubahan metode kerja guna
meningkatkan tingkat produktivitas tetapi sebagai imbalannya mereka menghendaki
kenaikan upah.
Konflik
Industri
Menurut
Scott dan rekan- rekannya, pemogokan adalah bagian dari konflik industri.
Mereka menganalisis konflik menjadi dua jenis konflik yaitu:
1.
Basic conflik : konflik yang terjadi jika suatu
kelompok merasa bahwa imbalan yang mereka dapatkan tidak sesuai dengan yang
seharusnya.
2.
Procedural conflict : konflik ini muncul jika ada
perbedaan pendapat mengenai persyaratan upah dan kondisi kerja
Margerison
pada tahun 1968 menganalisa tipe-tipe konflik sebagai berikut:
1.
Distributive conflict, menggambarkan adanya suatu
permasalahan diantara kelompok yang ada dalam perusahaan
2.
Structural confict menggambarkan adanya permaslahan
yang disebabkan oleh maksud pihak manajemen untuk mengadakan restrukturisasi
3.
Human relations conflict berkaitan erat dengan sikap
pemimpin dalam mengatasi berbagai pertentangan pribadi dalam tubuh organisasi
perusahaan.
Beberapa
faktor yang menyebabkan timbulnya kecenderungan tinggi untuk melancarkan
pemogokan ialah masyarakat industri bersifat tunggal, adanya sedikit perbedaan
dalam tingkat jabatan, lalu kelompok yang ada dalam perusahaan tersebut secara
geografis maupun secara sosial terisolasi dari lingkungan masyarakat luas serta
danya suatu ikatan yang kuat dalam kelompok tersebut. Penyebab utama yang
paling nyata kecenderungan untuk melakukan pemogokan ialah bagaimana para buruh
memegang peranan sosial sesuai fungsi dan hak-hak mereka. Menurut Hyman (1972,
hal 131), pemogokan adalah suatu pengunduran diri dari situasi kerja, suatu
gambaran dari suatu sikap agresif dan usaha
yang penuh perhitungan untuk mengadakan perubahan didalam situasi atau
bentuk hubungan kerja.
PEKERJAAN,
PERUBAHAN DAN KONSEKUENSI-KONSEKUENSINYA
Oleh S. R.
Parker
Kekuatan
Buruh
Kekuatan
buruh terdiri dari tiga kategori pekerja yaitu mereka yang telah bekerja;
mereka yang terdaftar siap untuk bekerja ; dan terakhir adalah mereka yang siap
bekerja tetapi tidak terdaftar. Propinsi kekuatan buruh di dalam total populasi
penduduk cukup penting, karena keseimbangan diantara kelompok buruh dengan
kelompok-kelompok lain dalam populasi harus didukung oleh populasi tenaga
kerja. Ada tiga faktor yang menyebabkan
perlunya memepertahankan keseimbangan antara populasi pekerja dengan
kelompok-kelompok lain dalam populasi yaitu :
1.
Ditingkatkannya batas umur seorag anak untuk wajib
sekolah sampai umur 16 tahun pada tahun 1972
2.
Diturunkannya batas umur untuk pensiun
3.
Harapan hidup yang lebih lama setelah pensiun
Mobilitas
Mobilitas
buruh umumnya menunjukan suatu perpindahan para pekerja. Perpindahan ini
meliputi 6 jenis yaitu:
1.
Ke dalam atau ke luar dari kekuatan buruh
2.
Perubahan dalam isi pekerjaan
3.
Perubahan atau pergantian majikan
4.
Perubahan dalam pekerjaan atau juga dalam ketempilan
yang digunakan
5.
Perubahan dalam industri atau dalam teknik-teknik yang
digunakan
6.
Perubahan geografis dalam tempat kerja
Kelebihan Tenaga Kerja
Kelebihan
tenaga kerja sering dijadikan suatu alasan resmi bagi para pemilik perusahaan
untuk memecat atau memberhentikan dengan hormat sejumlah para pekerjanya.
Martin dan Fryer (1973) menganalisa situasi kelebihan tenaga kerja dari suatu
persfektif perilaku sosial, dengan menghubungkan struktur masyarakat dan
perusahaan dimana situasi itu terjadi. Dalam hal khusus para pekerja
menginterpretasikan dunia kerja secara tradisional yaitu suatu dunia yang
peraturan-peraturannya harus diterima dan ditaati serta dimana semua aspirasi
harus dibatasi. Tetap dalam suatu kasus dimana terjadi pemutusan hubungan kerja
dikarenakan kelebihan tenaga kerja maka akan timbul suatu reaksi yang cukup
revolusioner (Branner et al, 1976, hal 15)
Peranan Pekerjaan
Ruang
lingkup dan daya serap peranan jabatan merupakan suatu aspek yang cukup penting
dalam sosiologi pekerjaan. Peranan adalah suatu pengenal atau ciri kewajiban
yang dimainkan oleh seorang individu dalam suatu organisasi sosial. Sedangkan
daya serap adalah suatu petunjuk dari tingkat penetrasi suatu peran di dalam
peran-peran yang lain. Semakin tinggi status suatu pekerjaan semakin banyak dan
semakin spesifik elemen-elemen peranan yang ada di dalmnya.
Korelasi Keanggotaan Dalam Pekerjaan
Korelasi
keanggotaan dalam pekerjaan atau
occupational membership memiliki suatu efek daya serap terhadap dimensi dan
kualitas kehidupan individu. Salah satu bentuk korelasi yang cukup kompleks
adalah keseragaman sosial.
Proses Profesionalisasi
Pedoman
untuk memahami suatu proses
profesionalisasi adalah suatu profesional membership yang digunakan oleh
individu atau kelompok yang bertujuan mencapai atau melanjutkan kepentingan
mereka. Anggota-anggota individual dari suatu kelompok profesional dapat
menggunakan dan memanfaatkan organisasi profesional sebagai alat untuk
berunding dengan pihak majikan atau para pemilik perusahaan. Johnson
berpendapat bahwa profesi bukanlah suatu jabatan tetapi suatu kontrol tehadap
suatu jabatan. Selanjutnya suatu kekeuatan bersammadigunakan oleh para anggota
asosiasi profesional untuk mengadakan rangkaian perubahan besar dalam struktur
kelas di dalam masyarakat industri.
Kehidupan Kerja Yang Lebih Baik
Kahn
mendefinisikan memanusiakan pekerjaan secara singkat yaitu sebagai suatu proses
untuk menjadikan suatu pekerjaan menjadi lebih layak dan lebih cocok untuk
dilaksanakan oleh seorang dewasa serta tidak membosankan dan tidak menimbulkan
keputusan secara fisisk maupun mental bagi orang yang melaksanakannya.
Dellamote
dan walker melihat adanya beberapa pikiran yang membantu proses memanusiakan
pekerjaan yaitu:
1.
Kebutuahan untuk melindungi para pekerja terhadap
bahaya yang mengancam kesehatan dan keamanannya
2.
Suatu pemikiran bahwa para pekerja berhak melakukan
perundingan dengan pihak majikan mengenai tingkat upah dan kondisi kerja dan
standar kehidupan yang memadai
3.
Perlindungan
terhadap pekerja dari resiko pemecatan sewenang-wenang.
4.
Perlindungan terhadap para pekerja dari tingkatan
sewenang-wenang pihak majikan
5.
Kebutuhan para pekerja untuk mendapatkan suatu
pekerjaan yang berarti dan memuaskan dirinya
6.
Kebutuhan para pekerja untuk ikut berpartisipasi di
dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka.
KETERLIBATAN
DALAM PEKERJAAN DAN ALTERNATIF – ALTERNATIFNYA
Oleh : S.R.
Parker
Keterlibatan Dan Alienasi Dengan Pekerjaan
Suatu
keterlibatan bisa dipandang dari tiga aspek yaitu:
1.
Alasan seseorang untuk mengerjakan pekerjaan tersebut,
baik berupa uang, upah dan sebagainya
2.
Tujuan pekerjaan tersebut
3.
Sikap terhadap pekerjaan baik berupa kecenderungan
untuk melakukan identifikasi diri terhadap pekerjaan ataupun kecenderungan
untuk meregangkan diri.
Ada beberapa
cara untuk membuat suatu ikatan antara seorang pekerja dengan pekerjaannya.
Dubin telah membuat suatu ringkasan dari sumber yang akan membentuk hubungan
tersebut yaitu:
1.
Sistem Lingkungan Kerja; dari pekerjanya,
kelompok-kelompok kerja, perusahaan, organisasi serikat buruh, craft profesion,
industri
2.
Objek-objek pada tempat kerja dan kondisi pekerja ;
teknologi, produk, rutin, otonomi, peralatan kerja.
3.
Sistem pembayaran : uang, pendapatan sambilan,
kekuasaan, status dan karir
Suatu
sumbangan yang penting untuk memahami watak dan korelasi peregangan pekerjaan
telah diberikan oleh Blaur-ner pada tahun
1964 yang menjelaskan mengenai peregangan dalam empat jenis situasi kerja.
Peregangan adalah suatu fungsi dari suatu jenis industri dimana orang-orang
bekerja. Dimensi peregangan meliputi:
1.
Powerlessness yaitu tidak adanya kemampuan untuk
mengontrol proses kerja
2.
Meaningless yaitu tidak adanya kemampuan untuk
mengintegrasikan semua aspek dalam masyarkat industri
3.
Isolation yaitu tidak adanya kemampuan untuk
mengintegrasikan semua aspek dalam masyarakat industri
4.
Self- estrangement yaitu kegagalan untuk melibatkan
diri dalam pekerjaan sebagai cara untuk mengekspresikan diri
Partisipasi Dan Demokrasi Industri
Suatu cara
untuk mendorong para pekerja melibatkan diri kedalam pekerjaan dan organisasi
kerjanya ialah dengan memberikan kesempatan bagi mereka untuk ikut
berpartisipasi di dalam proses pengambilan keputusan
Usaha-usaha untuk
meningkatkan partisipasi para pekerja dalam manajemen dapat dilakukan dengan
cara-cara berikut seperti yang telah disusun oleh Walker
1.
Memelihara dan meningkatkan interest para pekerja
2.
Demokrasi di dalam perusahaan
3.
Mengurangi keregangan dan Meningkatkan Keterlibatan
4.
Mengefektifkan Penggunaan sumber-sumber manusia dalam
perusahaan
5.
Himbauan untuk membentuk sikap kerjasama dan untuk
mengurangi konflik
6.
Tanggungjawab sosial terhadap perusahaan
Alternatif Waktu Istirahat
Suatu
alternatif yang mungkin dapat meningkatkan keterlibatan para pekerja ialah
dengan memperhatikan aspek-aspek kehidupan keluarganya atau liesure (waktu
luang). Banyak orang yang memiliki sedikit atau banyak involvement potential
(potensi untuk melibatkan diri) yang mereka tanamkan kedalam kegiatan-kegiatan
lain diluar pekerjaannya. Dari hasil penelitian ada suatu bentuk alternatif
dari hubungan antara pekerjaan dengan waktu luang dan dalam hal demikian
kebanyakan orang akan memilih suatu ekerjaan yang bisa disesuaikan dengan
kegiatan diluar pekerjaannya dimana mereka mampu melibatkan diri secara aktif
didalam dua kegistan tersebut.
SIKAP
SUBJEKTIF DALAM PEKERJAAN
Oleh : S. R.
Parker
Ideologi Kerja
Fox
menyatakan bahwa ideologi adalah suatu sumber yang menyebabkan terjadinya
pertarungan perebutan kekuasaan. Ideologi akan membentuk perasaan, pikiran
sikap dan tindakan seseorang yang akan berbeda satu sama lain tergantung kepada ideologi yang dianutnya.
Bendix pada tahun 1974 memperkenalkan manajerial ideology yang dikembangkan
untuk menjelaskan kekuatan manajemen yang berlandaskan nilai-nilai budaya.
Tetapi pada
umumnya teori manajerial ideology menekankan suatu konsep tunggal dari
organisasi. Ada dua kutub ideologi yang ada dikalangan pekerja. Pertama adalah
ideologi yang dipegang oleh asosiasi staf white collar dimana ideologi tersebut
hampir tidak dapat dibedakan dengan ideologi yang dianut oleh para manajer
sehingga mereka cenderung bekerjasama dengan pihak manajer. Kedua, ialah
ideologi yang mengambil sikap oposisi dan banyak menetang kebijaksanaan-kebijaksanaan
manajemen serta selalu menghimbau solideritas para pekerja diantara kedua kutub
itu terdapat suatu union atau kelompok pekerja sebagai suatu organisasi
ideologi yang menerima eksistensi dan kebijksanaan dari pihak manajemen berdasarkan
sistem kontrol.
Nilai-nilai Kerja
Kebanyakan
penelitian terhadap nilai-nilai kerja selalu berkaitan dengan masalah bagaimana
nilai-nilai tersebut diinternalisasikan selama proses pemilihan dan latihan
kerja. Lyman pada tahun 1955 telah membandingkan dua kelompok besar pekerja
White Collar dan kelompok pekerja Blue Collar di dalam hal nilai-nilai kerja
yang masing-masing mereka anut. Dia menyimpulkan bahwa kelompok pekerja White
Collar lebih menekannkan dirinya terhadap watak dan nilai kebebasan suatu pekerjaan dan kelompok pekerja Blue
Collar tidak begitu memperhatikan watak suatu pekerjaan tetapi lebih
mementingkan besarnya imbalan ekonomi yang akan mereka dapatkan lalu kondisi
kerja serta cenderung menyukai pekerjaan yang bersih
Sikap Dalam Bekerja
Siakap kerja
merupakan tindakan orang-orang di dalam bekerja yang mencerminkan nilai-nilai
tertentu. Istilah orientasi diartikan sama dengan sikap yaitu suatu kesiapan
bereaksi menanggapi berbagai aspek pekerjaan yang berkaitan dengan nilai-nilai
yang terkandung dalam pekerjaan tersebut.
Sikap
kelompok profesional memiliki sikap yang memiliki ciri kosmopolitan yang cenderung
mempunyai tingkat kesetiaan yang relatif rendah terhadap organisasi dimana
mereka bekerja, tetapi memiliki keterikatan yang sangat tinggi terhadap peran
keterampilan dan terhadap kelompok refencenya sedangkan kelompok birokrat memperlihatkan
loyalitas yang tinggi terhadap organisasi kerjanya, komitmen yang rendah
terhadap maslah keterampilan serta bersifat intergroup reference. Sikap kerja
para klerk mencerminkan situasi kerja mereka yang bervariasi serta aplikasi
dari kelas sosial mereka.
Motivasi Kerja
Ada suatu
hubungan antara motivasi kerja dengan kepuasan kerja. Faktor-faktor yang
mendorong seseorang untuk bekerja merupakan harapan untuk membentuk kepuasan
dalam bekerja.
Kepuasan Kerja
Faktor-faktor
situsi khusus yang berpengaruh terhadap tingkat kepuasan kerja dan interaksi
sosial merupakan hal yang cukup penting. Kebebasan dalam situasi kerja yaitu
kebebasan untuk membuat keputusan serta mengambil tanggung jawab memiliki
hubungan pasif dengan kepuasan cara-cara supervisi dan kepemimpinan serta
konsultasi yang dilakukan antara pihak pimpinan dengan pihak bawahan dalam
melakukan perubahan mengenai proses kerja, sangat membantu terbentuknya rasa
kepuasan dalam bekerja. Pada umumnya pekerjaan dimana para pekerjanya merasa
bahwa dirinya ikut melibatkan dalam berbagai aspek dari pekerjaan tersebut akan
memberikan rasa kepuasan yang lebih tinggi. Selain itu tingkat sosial serta status yang tinggi berhubungan pula
dengan kepuasan.
MASALAH
PROSEDUR DAN IDENTITAS
Oleh : J.
Child
Masalah Prosedur
Suatu
pertentangan fundamental dalam sosiologi industri ialah mengenai pertentangan
nilai di antara dua kelompok yang keduanya terlibat didalam usaha untuk
memecahkan problema yang ada di dalam dunia industri modern setiap grup
masing-masing dibentuk untuk melayani kebuuhan suatu klien tertentu.
Action
research merupakan suatu diagnosa dari suatu fenomena yang dianggap sebagai
suatu masalah oleh sebuah atau beberapa kelompok dalam suatu organisasi atau
masyarakat dan kemudian menjadikan fenomena tersebut sebagai variabel-variabel
strategis yang diselesaikan dalam suatu perencanaan untuk mengadakan
perubahan-perubahan stimulasi.
Dua sumber
yang menjadi perbedaan pendapat atau pertentangan diantara para ahli sosiologi
yaitu nilai dan strategi riset yang memberi pengaruh berartiuntuk mencegah
suatu perujukan atau pertemuan pendapat cara berpikir kedua kelompok ahli
sosiologi industri yang dimaksud.
Masalah Identitas
Teori
organizational behavior merupakan metode baru dalam rangka memecahkan
masalah-masalah hubungan industri, dimana metode ini menggunakn sejumlah prinsip
teoritis dari berbagai disiplin ilmu. Metode ini merupakan suatu konsep terpadu
dari beberapa konsep ilmu sosial seperti konsep sosiologi (misalkan konsep
status), konsep psikologi (misalkan konsep kepribadian), dan konsep ekonomi
(misalkan konsep produk dan konsep pemasaran) Dalam metode ini diambil kesamaan
yang ada diantara berbagai disiplin ilmu tersebut sehingga bisa didapatkan
suatu keterangan tentang perilaku yang cukup jelas.
SOSIOLOGI
INDUSTRI DAN MASYARAKAT INDUSTRI
Oleh : J.
Child
Industrialisasi
Pada tahun
1960an beberapa ahli Sosiologi dan beberapa ahli ekonomi telah mengetengahkan
suatu pandangan yang cukup komparatif yaitu bahwa masyarakat industri memiliki
ideologi-ideologi yang sangat berbeda satu sama lain yang membentuk suatu konvergensi
di dalam perilaku serta organisasi sosial yang berbeda pula.Industrialisasi
menciptakan suatu kendala struktural terhadap karakteristik ekonomi dan
teknologi dan akibatnya semua masyarakat industri maju akan memiliki struktur
pekerjaan yang sama, diferensiasi pendapatan dan akan meningkatnya mobilitas
sosial serta mereka akan memenuhi berbagai problema dalam masalah perencanaan,
pengelolaan ekonomi dan organisasi. Teori konvergensi menolak bahwa masyarakat
industri modern akan seperti diatas.
Ada beberapa
kecenderungan umum yang ditemukan dalam perkembangan masyarakat-masyarakat
industri dan hal ini akan menghasilkan berbagai kesamaan bentuk dalam
organisasi-organisasi walaupun mereka menggunakan prinsip-prinsip yang berbeda.
Sebagai contoh ada bukti-bukti bahwa dalam semua masyarakat industri akan
tumbuh suatu birokrasi walaupun cara-cara pertumbuhan organisasi itu
berbeda-beda tergantung pada masyarakat dimana industri itu tumbuh
Birokrasi, Manajerialisme dan
Kontrol Politik
Ada sejumlah
alasan mengapa kemunculan perusahaan raksasa telah menimbulkan perhatian baik
dari para sosiolog maupun masyarakat umum. Alasan yang pertama ialah bahwa
perusahaan tersebut telah menciptakan suatu birokrasi yang memiliki ciri-ciri
sebagai berikut: kemampuan pengendalian yang cukup canggih kelompok tetapi
sering dirasakan tidak manusiawi serta kelihatan seperti terasing. Alasan kedua
ialah pertumbuhan perusahaan raksasa tersebut akan menimbulkan suatu problem
dalam pengendalian birokrasi yang diciptakannya. Dan alasan terakhir ialah
dengan ukurannya yang besar telah timbul masalah dalam hubungannya dengan pihak
pemerintah serta konsekuensi dari hubungan tersebut terhadap proses demokrasi.
Sudah jelas
bahwa organisasi-organisasi industri raksasa merupakan suatu gambaran
sekumpulan sumber-sumber ekonomi dan ciri-ciri ini akan memberiakan pengaruh
yang besar terhadap masyarakat secara keseluruhan. Semakin besar serta semakin
terkonsentrasinya organisasi-organisasi perusahaan telah menimbulkan berbagai
konsekuensi politik terhadap masyarakat.
Impian Kosong
Kesempatan
bagi setiap orang untuk berpartisipasi di dalam proses pengambilan keputusan
yang menyangkut dirinya dan kesempatan untuk melibatkan dirinya secara penuh
didalam pekerjaan yang pada dasarnya cukup menarik, kini hanyalah menjadi suatu
impian bagi mereka. Saat ini ada perhatian yang cukup besar terhadap
masalah-masalah kualitas kehidupan, karena adanya kesulitan-kesulitan yang
didapatkan dalam usaha meningkatkannya. Suatu kenyataan bahwa fondasi atau
kerangka dasar institusional dari masyarakat industri tidak dapat dimodifikasi
lagi dan sesungguhnya kerangka tersebut secara terus menerus berkembang kearah
berlawanan dengan yang diharapkan. Profesionalisasi merupakan jalan untuk
meningkatkan kualitas kehidupan kerja.
D. ANALISIS BUKU
Berdasarkan hasil bacaan buku Sosiologi Industri karangan S.R. Parker, R.
K. Brown, J. Child dan M.A. Smith, buku ini terdiri dari tiga bagian. Bagian
pertama berisi analisa suatu tingkat sistem sosial dan menerangkan hubungan
antara industri dengan berbagai sub sistem yang lain atau kelembagaan yang ada
dalam masyarakat. Bagian kedua memfokuskan diri pada analisa sosiologi yang
berkaitan dengan struktur internal industri dan aturan-aturan yang berlaku bagi
setiap individu yang berada dalam struktur tersebut sedangkan bagian ketiga
dikemukakan berbagai aturan yang berkaitan dengan struktur organisasi yang
merupakan tindakan sosial dari individu dan kelompok.
S. R. Parker dkk mendefinisikan Sosiologi industri sebagai suatu cabang ilmu sosial yang membahas
karakter dan arti dunia kerja serta kehidupan manusia yang terlibat didalamnya.
Permasalahan yang berhubungan dengan kegiatan kerjanya tapi juga banyak hal
lain yang secara tidak langsung akan mempengaruhi aktivitas kerja dalam
industri tersebut. Bagi sebagian besar masyarakat, “kerja” selalu dihubungkan
dengan aktivitas industri. Begitu pula dengan A. Dharmawan dalam aspek-aspek
sosiologi industri mendefinisikan
sosiologi industri adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan atau
mengenal berbagai masalah yang terjadi dalam masyarakat industri. Selanjutnya A.
Dharmawan mengemukakan bahwa yang dipelajari oleh sosiologi industri adalah
sebagai berikut:
1.
Mempelajari masyarakat industri, berarti mempelajari faktor
agama, pekerjaan, keluarga dan adat istiadat
2.
Sumber kekuasaan dan wewenang yang telah
terpecah-pecah dalam kehidupan community.
3.
Sosiologi industri mempelajari pula status dan adanya
kelas-kelas dalam masyarakat industri
4.
Sosiologi industri juga mempelajari hal-hal yang suci
dan yang duniawi
5.
Dalam masyarakat industri seseorang kadang-kadang merasa
kehilangan posisinya
Menurut S. R
Parker dkk ada tiga aspek yang menjadi objek kajian sosiologi industri yaitu ;
1. Membahas
karakter dan arti dunia kerja serta kehidupan yang terlibat didalamnya.
2. Faktor
internal maupun eksternal dalam industri.
3.
Mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan dunia
industri misalkan struktur masyarakat, stratifikasi, pendidikan, keluarga dan
kehidupan ekonomi, sosial dan politik
Topik utama
yang dikemukakan oleh S. R Parker dkk dalam bagian pertama buku ini meliputi
masalah pendidikan, keluarga dan stratifikasinya sebagai subsistem yang masing-masing berpengaruh dan
dipengaruhi oleh industri ini
Parker melihat hubungan antara industri dan sistem
pendidikan bersifat timbal-balik, serta memiliki pengaruh besar terhadap tenaga
kerja yang telah terlatih atau calon tenaga kerja yang memiliki latar belakang
dan tingkat pendidikan yang cukup memadai untuk mendapatkan suatu latihan, dipihak
lain industri sendiri mempunyai suatu sub sistem "pendidikan" yang
khas, termasuk .kegiatan magang dan berbagai bentuk training. Hal ini sejalan
dengan pemikiran A. Dharmawan yang melihat kenyataan bahwa pendidikan disekolah
merupakan persiapan guna menempati kedudukan dalam suatu perusahaan sebagai
mata pencaharian,. Kebutuhan masyarakat dalam bidang pekerjaan dan usaha
membawa pengaruh yang berakibat langsung dalam dunia pendidikan. Pada bidang
pendidikan dan bidang pengkursusan, latihan keterampilan dan keahlian secara
keseluruhan semua jenis tingkat pendidkan tersebut ikut ambil bagian dalam
perusahaan.
Selain
pendidikan, baik S. R Parker maupun A. Dharmawan melihat bahwa keluarga pun
memegang peranan dalam dunia perusahaan. Keluarga dengan susunannya sebagai sub
sistem suatu masyarakat dan perusahaan sebagai organisasi dimana keluarga
tersebut memiliki lingkungan kehidupan tersendiri sedangkan perusahaan
mengusahakan usahanya dengan bermacam-macam sumber pekerjaan yang diolahnya.
Hal-hal yang dibahs pun memiliki banyak kesamaan diantaranya masalah tenaga
kerja wanita yang sudah berkeluarga,suami istri yang bekerja, peran suami dan
isteri, pola hubungan keluarga dan lain-lain.
Pada bagian
kedua buku ini S. R Parker dkk membahas tentang teori organisasi yang merupakan
mata rantai diantara analisa sistem organisasi kerja. Aspek- aspek organisasi
kerja meliputi organisasi informal, teknologi, strategi pemasaran, struktur
manajemen dan beberapa aturan di dalam hubungan-hubungan industri. Hal ini pun
diungkapkan pula oleh A. Dharmawan dalam bukunya aspek-aspek sosiologi industri
yang membahas tentang organisasi sebagai tema pokok dari masyarakat industri,
karena organisasi melatarbelakangi perilaku manusia dewasa yang sedang
bermasyarakat. Dalam aktivitasnya organisasi membentuk landasan sendiri yang di
sebut organisasi formal. Perwujudan organisasi akan lebih jelas apabila
dilengkapi dengan adanya pembagian pekerjaan, pembagian kekuasaan dan segala
macam hubungan yang mempunyai satu tanggung jawab. Organsasi dapat diartikan
sebagai suatu perkumpulan dengan identitas sendiri yang didalamnya terdapat
jenjang kekuasaan dan wewenang memiliki sistem komunikasi dan mempunyai sistem
keanggotaan. Hal ini berhungan pula dengan sistem manajemen dalam suatu
struktur sosial.
Dalam bagian ketiga, dikemukakan
berbagai aturan yang berkaitan dengan struktur organisasi yang merupakan
tindakan sosial dari individu dan kelompok. Aturan-aturan tersebut berkaitan
pula dengan faktor-faktor kerja dan nonkerja serta berkaitan pula dengan
sosiologi jabatan. Sosiologi jabatan meliputi analisa jabatan, perubahannya,
dan konsekuensi dari perubahan jabatan tersebut, ruang lingkup pekerjaan dan
alternatif-alternatifnya serta berbagai aspek dari pengalaman kerja. Hal ini sejalan
dengan yang diungkapkan oleh A. Dharmawan mengenai paranan manajemen dalam
masyarakat industri.Manajeman merupakan suatu fenomena dalam masyarakat,
munculnya manajer sebagai pemenuh kebutuhan masyarakat industri dimana seorang
manajer memiliki ciri-ciri khusus dalam jabatanya serta tingkah laku suatu
manajemen.
Kajian
sosiologi industri tidak akan terlepas dari industrialsasi dan kehidupan masyarakat
industri. Lloyd A. Taylor dalam penelitiannya mengungkapkan terdapat ciri khas
positif dari masyarakat industri antara lain:
1.
Mereka selalu terbuka untuk menerima berbagai
percobaan atau pengalaman yang baru termasuk tingkah laku
2.
Adanya pergeseran dari segala loyalitas yang
disebabkan turunan dan semua penampilan perorangan yang telah diakui masyarakat
setempat ke arah pimpinan nasional yang lebih objektif
3.
Percaya kepada ilmu penegtahuan dan ilmu kedokteran
4.
Ambisi perorangan dan anak-anak untuk mencapai
tingkat/derajat yang tertinggi dalam bidang pekerjaan melaui pendidikan
5.
Menghargai setiap perencanaan untuk kemajuan
6.
Menaruh perhatian terhadap setiap community affair dan
local politics
7.
Tekun terhadap setiap perkembangan nasional dan
internasional.
Industrialisasi
pada suatu masyarakat berarti adanya pergantian teknik produksi dari cara yang
masih tradisional kecara modern. Dalam bidang ekonomi industrialisasi berarti
munculnya komplek industri yang besar dimana produksi barang-barang konsumsi dan
barang-barang sarana produksi diusahakan secara masal. Munculnya berbagai
kompleks industri mengakibatkan lahirnya berbagai organisasi yang serba
kompleks guna merencanakan dan menyelenggarakan pengembangan alat-alat
produksinya. Industrialisasi yang terjadi dalam masyarakat menyebabkan
terjadinya pola perubahan perilaku di lingkungan masyarakat industri tersebut diantaranya:
1.
Kehidupan ekonomi
Perubahan pada pola hidup terutama perilaku secara
individual nampak dikalangan masyarakat yang beralih pekerjaan dari sektor
pertanian ke sektor industri dengan adnya pabrik-pabrik. Perubahan perilaku
akiabat kehidupan ekonomi yang mereka peroleh nampak dari gaya hidup mereka
sebelumnya serta keinginan-keinginan dan harapan-harapan yang mereka dapatkan
akibat bertambahnya pendapatan yang di peroleh.
2.
Kehidupan Sosial dan budaya
Masyarakat yang semula bersaifat homogen berubah menjadi
heterogen karena banyaknya kaum pendatang. Hal ini tercermin dari latar bekang
profesi dan kesenian yang semakin
beragam. Selain itu masyarakat pun sangat terbuka terhadap hal-hal yang
sifatnya baru.
E.
PENUTUP
Sosiologi industri adalah suatu subjek yang amat penting dan menarik.
Kegunaan nya sangat jelas, karena dunia industri dan pola-pola ekonomi serta
struktur industri akan membentuk masyarakat, identitas sosial dan gaya hidup
serta akan membentuk masyarakat dimana kita hidup. Organisasi sosial, politik
dan ekonomi masyarakat industri dan persepsinya akan membentuk interaksi yang
kompleks. Pada hakikatnya sosiologi industri lebih menekankan pada perkembangan
industri seiring dengan perkembangan masyarakat. Hal ini mengingat antara
industri dan masyarakat mempunyai hubungan yang erat, karena adanya industri
akan menimbulkan berbagai perubahan sosial dalam masyarakat. Misalnya dengan
adanya industri, mata pencaharian hidup masyarakat berubah, dari sektor agraris
menjadi sektor industri dengan bekerja sebagai buruh pabrik.
Sosiologi
industri mengkaji hubungan antara fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat
dengan kegiatan industri. Beberapa materi yang dipelajari antara lain peranan
industri dalam perubahan sosial, aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan
pokok ekonomi (produksi, distribusi, dan konsumsi), serta hubungan industri dengan
berbagai struktur yang ada dalam masyarakat.
Daftar
Pustaka
Parker dkk,
1992, Sosiologi Industri, Jakarta : Rineka Cipta
Dharmawan,
1986, Aspek-aspek dalam Sosiologi Industri, Bandung : Binacipta
Maria, Siti,
dkk, 1996, Perilaku Masyarakat di Lingkungan Industri Pulogadung, Jakarta : CV.
Bupara Nugraha
thanks
ReplyDelete