LAPORAN BUKU SOSIOLOGI INDUSTRI Karangan S. R. Parker, R. K. Brown, J. Child, M.A. Smith




A.    PENDAHULUAN
Kajian tentang masyarakat selalu menarik untuk diperbincangkan dan bersifat dinamis. Hal ini sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, inovasi teknologi serta industri didalamnya. Secara historis perkembangan masyarakat industri  berawal dari terjadinya revolusi industri di Inggris dan revolusi politik yang terjadi di Prancis. Revolusi industri yang terjadi di inggris yang pada awalnya menggunakan alat produksi yang bersifat  tradisional beralih secara modern kapitalis. Begitupun dengan adanya revolusi politik yang menerapkan sistem monarki absolut menjadi republik demokratis.
Berbicara tentang sosiologi industri berarti tidak terlepas dengan adanya fenomena sosial yang menyangkut tentang hiruk pikuk di kehidupan masyarakat perkotaan dan kehadiran perusahaan di tengah masyarakat.  Setiap kehadiran suatu perusahaan di tengah masyarakat secara langsung maupun tidak langsung membawa pengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Suatu daerah perindustrian yang baru mampu menyerap jumlah tenaga kerja yang banyak maka daerah tersebut akan menjadi pusat perindustrian dan akan mengambil alih semua kativitas kerja yang telah berlangsung didaerah sekitarnya. Proses perkembangan daerah perindustrian akan membawa berbagai dampak dalam kehidupan masyarakat.

B.     PROFIL BUKU
Adapun profil dari buku ini yaitu sebagai berikut:
1.        Judul                       : Sosiologi Industri               
2.        Pengarang               : S. R. Parker, R.K. Brown, J. Child, M.A. Smith
3.        Penerbit                  : Rineka Cipta
4.        Tahun terbit            : 1992
5.        Tempat Penerbit     : Jakarta
6.        Tebal halaman         : 273
7.        Cetakan                  : Ketiga



C.    ISI BUKU
SOSIOLOGI INDUSTRI PERSPEKTIF DAN MODEL
Oleh : M. A. Smith
Sosiologi industri ialah suatu cabang ilmu sosial yang membahas karakter dan arti dunia kerja serta kehidupan manusia yang terlibat di dalamnya. Permasalahan yang berhubungan dengan industri tidak hanya segala sesuatu yang berhubungan langsung dengan kegiatan kerjanya tapi banyak juga hal lain yang secara tidak langsung akan mempengaruhi aktivitas kerja dalam industri tersebut. Bagi sebagian besar masyarakat, kerja selalu dihubungkan dengan aktivitas industri. Variasi dari konteks tersebut berarti bahwa pekerjaan pun bervariasi baik dalam perpindahan kerja ataupun perpindahan jabatan maupun tingkat kepuasan bagi pekerjanya, kesempatan maupun monotonitasnya, risiko maupun upah yang didapatkannya. Suatu tinjauan terhadap variasi-variasi tersebut memperlihatkan bahwa ia menyebar kedalam spektrum pekerjaan, dimulai dari tenaga pelaksana yang paling bawah kepada manajer dalam perusahaan. Sosiologi industri disebut juga sebagai sosiologi organisasi, membahas sikap dan ideologi setiap pimpinan pada suatu tingkat dalam struktur organisasi dan juga membahas apa yang dilakukan individu dalam organisasi. Ada suatu keterkaitan antara perpindahan kerja dengan kebiasaan di dalam bekerja yang dialami oleh orang-orang merupakan suatu landasan utama baik bagi konflik maupun konsensus dalam suatu organisasi. Sosiologi industri membahas pula tentang jenis-jenis masyarakat yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung di dalam aktivitas dan eksistensi organisasi. 
STRUKTUR DAN PERUBAHAN EKONOMI
Oleh : S. R. Parker
Konsepsi ekonomi sebagai suatu subsistem masyarakat menunjukkan bahwa masyarakat merupakan pengatur suatu sistem. Sesungguhnya kita juga bisa mengatakan bahwa ekonomi merupakan induk sistem dari beberapa subsistem lainnya. Selanjutnya setiap subsistem memiliki peranan fungsional dalam hubungannya dengan sistem ekonomi sekaligus juga dengan sistem sosial yang merupakan induk dari semua sistem tersebut.
Perubahan dalam struktur ekonomi
 Teknologi
Berbagai penemuan baru, perkembangan teknologi dan perubahan dalam dunia telah mengubah secara radikal karakter industrial inggris dalam beberapa tahun tekahir ini. Industri-industri dengan teknik baru, misalnya didalam bidang elektronik, pesawat terbang, mobil, dan industri kimia serta dalam bidang konstruksi mesin dan teknologi perminyakan, telah menjadi bagian terbesar dari nilai ekspor dan memberikan kesempatan kerja yang cukup besar.
 Nilai-nilai
Nilai memainkan peranan penting di dalam merasionalisasikan norma-norma tertentu didalam suatu organisasi. Nilai yang berlaku biasanya selalu disesuaikan dengan situasi dan kondisi agar memungkinkan dirinya mampu mengembangkan dan mengendalikan berbagai macam sistem sosial dan ekonomi dalam suatu masyarakat.
Di dalam masyarakat industri modern suatu nilai tertentu telah digunakan untuk mengendalikan, mengembangkan dan meningkatkan produktivitas ekonomi. Keinginan untuk memaksimumkan keuntungan ataupun mendapat upah setinggi-tingginya serta naluri untuk bekerja keras, merupakan refleksi dari suatu nilai yang terasa ganjil di dalam suatu masyarakat yang tertutup suatu nilai yang jarang ditemukan di tempat manapun juga di dunia ini.
 Organisasi
Suatu konsekuensi penting dari meningkatnya ukuran organisasi-organisasi industri adalah meningkatnya kecenderungan monopoli dan oligopolis. Perlu dicatat bahwa kenaikan laju konsentrasi industri yang menjadi ciri khas dalam perekonomian Inggris pada tahun 1960-an, telah menciptakan suatu situasi dimana sejunilah kecil perusahaan sekarang ini telah menguasai sektor industri tertentu. (Stant wort dan Giddens, 1975; hal 5). Para pendukung sistem kapitalisme sudah lama: menduduki posisi kontradiktif di dalam monopoli; kelihatannya mereka mendapat keuntungan besar dari suatu pasar yang besar, sehingga mereka mampu merasionalisasikan produksinya , akan tetapi merekapun "berada di dalam kontrol atau batasan-batasan kegiatan perdagangan". Walaupun mereka menghadapi berbagai kendala, tetapi di Amerika dan Inggris tetap tumbuh dengan pesatnya.
Suatu pertanyaan yang berkaitan dengan struktur ekonomi yang perlu mendapatkan perhatian serius ialah "siapakah yang menjadi pemilik kekayaan negara?" Sering disinyalir bahwa kenaikan pajak justru memperlebar kesenjangan antara si kaya dan si miskin, tetapi hanya sedikit fakta akurat yang mendukung pernyataan ini. Sejak tahun 1967 sampai dengan tahun 1969, kelompok orang yang paling kaya .di Inggris meliputi jumlah 5% dari populasi penduduk yang berumur 25 tahun keatas, dan 55% di antara populasi tersebut dapat digolongkan ke dalam kelompok orang-orang kaya (Atkinson, 1975 hal 134). Walau suatu gambaran komparatif dari tahun 1950-1952 menunjukkan bahwa . terdapat kurang lebih 68% populasi yang termasuk ke dalam kelompok orang kaya, tetapi 1% dari 5% orang yang paling kaya (ke dalam kelompok ini termasuk orang-orang kaya yang memberikan hartanya sebagai warisan terhadap ahli waris sebelum kematiannya) telah mengalami perubahan besar di dalam jumlah nilai kekayaannya yang terjadi di antara tahun 1967-1969.
Masalah perindustrian dan akibatnya yang dirasakan oleh perekonomian secara keseluruhan, terutama yang menyangkut masalah perburuhan, telah ditunjukkan oleh semakin meningkatnya pengaruh dan kekuasaan serikat-serikat buruh (note: indikasi ini semakin terasa setelah perang dunia ke-ll para pengusaha duduk bersama dengan para wakil buruh didalam komite produksi bersama yang disebut Trades Union Congress dimana cabangnya tersebar hampir disemua perusahaan industri, di Inggris. Trades Union Congress memegang peranan penting didalam merumuskan kebijaksanaan ekonomi negara. Para pemimpin organisasi tersebut kemudian ditunjuk menjadi anggota komisi yang bertanggungjawab terhadap perkembangan industri serta berada di bawah pengawasan para pemilik perusahaan.
Variasi dalam lapangan kerja dan meningkatnya kemakmuran
Ekspansi terhadap pasar konsumen remaja di dalam berbagai bentuk barang-barang konsumsi dan jasa, terutama pakaian, kaset dan berbagai produk lainnya, jelas merupakan akibat langsung dari situasi pasar yang cukup baik, didukung pula oleh pelayanan perusahaan yang baik dan tenaga kerja yang masih muda dan ini berakibat meningkatnya standar upah dan kesejahteraan di Inggris. Walaupun "demand and Supply" merupakan suatu proses sirkular, konsumen bukanlah merupakan satu-satunya faktor utama, tetapi pasang- surut perusahaan terletak pada kemampuan pengusaha untuk menguasai dan mengendalikan pasar, atau akan lebih baik lagi kalau mereka mampu menciptakan pasar; dimana seorang pengusaha harus mampu untuk "membujuk" konsumen agar dia merasa "perlu" dengan produk yang ditawarkannya.
Pertumbuhan pesat dari penjualan barang-barang mebel dan, berbagai barang yang tahan lama lainnya (durable consumer good) telah berkembang dengan pesatnya karena adanya sistem kredit. Walaupun adanya berbagai fluktuasi di dalam kegiatan perdagangan sebagai akibat dari berbagai perubahan dalam peraturan pemerintah mengenai sistem kredit, jumlari total kredit yang disalurkan kepada para konsumen terus menunjukkan kenaikan yang mengagumkan.

INDUSTRI DAN PENDIDIKAN
Oleh : S.R. Parker
Hubungan antara industri dan sistem pendidikan bersifat timbal-balik, serta memiliki pengaruh besar terhadap tenaga kerja yang telah terlatih atau calon tenaga kerja yang memiliki latar belakang dan tingkat pendidikan yang cukup memadai untuk mendapatkan suatu latihan, dipihak lain industri sendiri meinpunyai suatu sub sistem "pendidikan" yang khas, termasuk .kegiatan magang dan berbagai bentuk training.
Pengaruh industri terhadap pendidikan
Pengaruh nyata dan mudah dilihat dari sektor industri terhadap sektor pendidikan ialah adanya kecenderungan untuk menyusun dan menerapkan kurikulum serta materi pelajaran di sekolah maupun universitas agar sesuai dengan kebutuhan sektor industri. Apa yang disebut pembiasan: fungsi (vocational bias) pendidikan dimaksudkan agar tujuan pendidikan dapat mengarahkan siswanya untuk memiliki persiapan di dalam bekerja. Pihak industriawan atau pengusaha menghendaki suatu metode pendidikan yang memungkinkan lulusan sekolah atau perguruan tinggi menjadi tenaga kerja yang langsung siap pakai.
 Pendidikan Teknik
Sesungguhnya pendidikan teknik itu sangat heterogen, dan masing-masing mempunyai kurikulum yang saling beda. Selain sekolah teknik menengah terdapat juga lembaga pendidikan teknik, institut teknik, politeknik dan sebagainya. Dalam tahun tahun terakhir ini jumlah lembaga-Iembaga pendidikan teknik tersebut telah mengembangkan kurikulum dan sistem pendidikannya, sehingga bisa disejajarkan dengan sistem pendidikan di universitas, bahkan sekarang banyak diantara lem¬baga-Iembaga tersebut yang telah mengubah dirinya menjadi universitas. Lembaga-Iembaga pendidikan teknik pada umum¬nya lebih mengutamakan pendidikan teknis praktis ketimbang pendidikan teoritis.
Pengaruh pendidikan terhadap perkembangan industri
Pendidikan serta berbagai latihan keterampilan atau kejuruan yang ada di dalam perusahaan merupakan refleksi atau perluasan dari tujuan dan nilai-nilai yang terkandung di dalam "pendidikan yang akan disampaikan kepada masyarakat luas. Beberapa jenis sistem pendidikan tertentu" termasuk diantaranya sistem magang bersama dengan tenaga kerja terdidik telah memberikan pengaruh terhadap komposisi dan distribusi sumber-sumber tenaga kerja (man power resources) dan secara keseluruhan akan mengangsir dunia industri.
 Sistem Magang
Semenjak abad pertengahan, sistem magang sudah dikenal baik dalam dunia perdagangan maupun industri. Sekarangpun slstem tersebut hampir tidak mengalami perubahan baik dalam arti maupun coraknya. Sistem magang memiliki sifat paternalistik, yang menggambarkan hubungan bapak dengan anaknya antara seorang mekanik berpengalaman dengan seorang pekerja-pemula. sekarang ini sistem magang sudah hampir hilang tetapi masih banyak perusahaan yang mempertahankannya Seorang pekerja pemula biasanya harus melalui masa magang selama 4 sampai 5 tahun, atau sejak umur 15 atau 16 tahun. selama. periode tersebut, si pekerja muda mendapatkan pendidikan dan latihan dan langsung mempraktekkannya dllapangan. Dalam pendidikan tersebut tidak ada standar khusus, tes ataupun ujian. Juga tidak ada persyaratan khusus yang diperlukan untuk mengikutinya. Sebagian pengusaha memberikan pendidikan yang cukup baik bagi para pekerja pemula, sedangkan sebagian lagi kurang begitu memperhatikannya. Sebelum menerima calon pemula, beberapa perusahaan biasanya mengadakan tes daya adaptasi dan kecerdasan atau psychotest.
Walaupun sudah berusia lebih dari 20 tahun, penelitian Williams (1957) mengenai sistem magang ternyata masih cukup relevan dengan situasi dan kondisi sekarang. Seorang pekerja baru sesungguhnya jarang mendapatkan pendidikan yang serius. Perusahaan biasanya mempercayakan pendidikan bagi para caIon pekerja ke tangan pekerja yang sudah dianggap cukup ahli, yang mana penilaian terhadap instruktur tersebut biasanya didasarkan atas pengalaman kerjanya yang cukup lama.
 "Day - release" dan "Sandwich courses"
Setelah membahas tentang job training, termasuk sistem pendidiKan magang, selanjutnya kita akan membahas tentang apa yang disebut "day release" dan "sandwich". Kedua sistem pendidikan terse but berfungsi mengatasi kekosongan yang ditinggalkan waktu job-training. "Day-Release" berarti bahwa seorang pekerja mula yang baru masuk mendapatkan hari bebas cari pekerjaannya, biasanya sehari dalam satu minggukerja yang harus digtinakan untuk mengikuti kursus pada berbagai jenis lem¬baga pendidikan teknik. Ada tiga tingkatan kursus yang dapat diikuti oleh seorang pekerja, yaitu : pertama kursus untuk men-duduki jabatan profesional, kedua kursus untuk menjadi teknisi dan ketiga untuk menduduki jabatan sebagai tenaga mekanik. Lamanya kursus berbeda-beda. Untuk menj~di seorang teknisi diperlukan kursus antara tiga sampai lima tahun, sedangkan untuk menjadi seorang tenaga mekanik diperlukan kursus se¬lama tujuh tahun dan untuk menjadi tenaga profesional diperlukan lebih dari tujuh tahun. Khusus untuk kandidat jabatan profesional diadakan kursus selama 2 x seminggu atau setiap sabtu pagi.
 Tenaga Kerja dan Pendidikan
Sampai dengan masa Perang Dunia I, dalam dunia industri¬terdapat tiga macam kelompok kerja, yang semuanya berkaitan dengan berbagai tingkatan dalam perkembangan teknologinya.
Ketiga macam kelompok itu ialah :
1. Unskilled manual (tenaga kerja tidak terampil)
2. Skilled manual (tenaga kerja terampil)
3. Personal administrasi dan komersial.
Dengan diperkenalkannya mesin-mesin baru beserta teknoIoginya telah mengakibatkan kenaikan tajam dalam kecepatan mobilitas jabatan atau perpindahan posisi kerja, dan juga menimbulkan konsekuensi khusus yaitu perlunya pendidikan atau latIhan bagi para pekerja. Terlalu mementingkan spesialisasi akan mengakibatkan seorang pekerja memiliki keahlian yang tinggi dalam satu pekerjaan; tetapi untuk mengerjakan pekerjaan lain, bahkan pekerjaan yang sama tetapi dengan peralatan dan teknologi baru, dia harus mengikuti pendidikan atau latihan lagi.
Sekolah dan pekerjaan
Masa transisi dari "dunia sekolah" memasuki "dunia kerja" akan menimbulkan dua macam masalah yang akan dibahas dibawah ini, yaitu: "aspirasi dan harapan" calon pekerja yang baru saja menyelesaikan studinya berkaitan dengan dunia kerja yang akan dimasukinya, dan yang kedua ialah "proses pemilihan pekerjaan".
 Aspirasi dan Harapan
Sekolah memberikan suatu bayangan atau gambaran dari bentuk pekerjaan yang akan didapatkan oleh seseorang. Di sekolah para siswa mendapatkan suatu informasi tentang berbagai pekerjaan yang bisa dan akan mereka lakukan, walaupun mungkin informasi tersebut tidak bersifat langsung bila sekolah yang dimasukinya adalah sekolah ilmu-ilmu sosial. Lingkungan keluarga sering berpesan sebagai sumber informasi (dan kadang¬kadang sering memberikan informasi yang tidak benar), tentang pekerjaan, dan juga sering mendorong pembentukan motivasi untuk mencapai prestasi. Selain itu berbagai media komunikasi massa dapat juga memberikan informasi langsung kepada masyarakat, baik berupa iklan tawaran kerja maupun berupa informasi tentang sesuatu pekerjaan yang meliputi posisi, sarana dan berbagai fasilitas lainnya yang diharapkan bisa diperoleh masyarakat yang berminat. Media massa yang cukup efektif memberikan informasi tersebut ialah surat kabar, televisi, radio dan juga film.
Sebagai persiapan memasuki dunia kerja, biasanya pihak sekolah memilih sekelompok siswa yang sudah senior untuk melakukan kunjungan ke perusahaan untuk mendapatkan pengetahuan praktis dari kegiatan kerja di perusahaan yang dikunjunginya. Hal ini akan memberikan gambaran yang cukup baik bagi para siswa mengenai ruang lingkup pekerjaan yang akan dimasukinya serta cukup berpengaruh terhadap proses pemilihan pekerjaan yang akan dilakukannya. Biasanya pihak perusahaan akan menjelaskan apa-apa yang akan dan harus mereka kerjakan jikalau mereka bekerja diperusahaan tersebut; tetapi tentunya pihak perusahaan tidak harus berharap bahwa mereka pasti akan menjadi pekerja di perusahaan tersebut.
 Teori Pemilihan Kerja
Dua dari teori-teori yang terkenal tentang "masa memasuki dunia kerja" adalah teori Ginzberg dan Super. Kedua teori itu menyatakan bahwa kita harus menganggap masuknya seorang dalam dunia kerja sebagai suatu proses. Tapi kedua teori tersebut memiliki juga perbedaan, dimana Ginzberg lebih menekankan pertumbuhan kesadaran individu terhadap interest, dan kemampuannya, sedangkan Super lebih menekankan peranan lingkungan sosial individu di dalam membentuk struktur konsep individu terhadap interest, kemampuan dan kapasitasnya Roberts (1975) menyatakan bahwa persamaan dan perbedaan di atas yang pada dasarnya bertumpuk pada proses yang dialami seseorang dalam memilih pekerjaan dengan melalui serangkain tahapan yang dapat diidentifikasi, sebetulnya tidak memadai untuk menerangkan sikap seseorang dalam memilih suatu pekerjaan. Sebagai pengganti dari teori tersebut dia mengusulkan suatu teori lain dengan "Oportunity Structure" sebagai konsep pedomannya. Dia menyatakan bahwa karir dapat dianggap sebagai suatu perkembangan pola-pola yang diatur oleh oportunity structure, untuk mengekspose seseorang pertama kali dengan melalui pendidikan dan kemudian diikuti oleh prestasinya, dalam pekerjaan. Sebaliknya ambisi individual dapat dinyatakan sebagai refleksi dari pengaruh struktur terhadap diri seseorang, yang dengan sendirinya akan berpengaruh terhadap prestasi kerja dan lingkungan pekerjaan.



INDUSTRI DAN KELUARGA
Oleh : S.R. Parker
Interaksi antara industri dan keluarga terjadi di dalam dua tingkatan yang pertama ialah interaksi antara organisasi industri dan struktur keluarga sebagai sistem keseluruhan, dan yang kedua, adalah dalam kaitannya dengan tingkat peranan individual yakni interaksi antara pekerjaan dengan lingkungan keluarga dari setiap individu. Pertama, kita harus mempertimbangkan pengaruh dari berbagai jenis organisasi industri modern terhadap pola-pola kehidupan keluarga dan yang kedua, memperhitungkan pengaruh peranan pekerjaan terhadap peranan keluarga. Selanjutnya kita harus meninjau pengaruh berbagai jeniskeluarga terhadap pembentukan pola tingkah laku danpola organisasi industri. sekaligus memperhatikan bagaimana keterkaitan individu terhadap kehidupan keluarga dalam mempengaruhi penampilan pekerjaannya.
Pengaruh industri terhadap keluarga
Pengaruh industri terhadap kehidupan keluarga mungkin bisa bersifat langsung. Dalam bentuknya yang langsung, lingkungan dan sikap kerja dari suatu jenis pekerjaan tertentu akan mempengaruhi lingkungan dan sikap hidup dari suatu keluarga. Bila pengaruhnya yang bersifat tidak bersifat langsung, asosiasi antara pekerjaan dan keluarga dilakukan melalui media social class membership (keanggotaan dalam kelas sosial), hal itu berarti bahwa seseorang yang mendapatkan suatu pekerjaan sekaligus juga akan mendapatkan suatu tingkat kelas sosial tertentu (prestise) yang sering ditunjukkan oleh pola-pola sikap dan tingkahlaku tertentu. Kenyataannya bahwa kebanyakan studi empiris yang menyelidiki interaksi antara pekerjaan dengan kehidupan keluarga sering berpijak pada data "kelas sosial" semua keluarga yang menjadi obyek penelitian, sehingga dalam membahas pengaruh industri terhadap berbagai aspek kehidupan keluarga, kita harus memperhatikan "kelas sosial" sebagai suatu faktor utama.
 Peranan Suami-Istri
Industri, baik secara langsung maupun tidak langsung akan ikut membentuk peranan yang dimainkan oleh pihak suami maupun istri di dalam suatu keluarga dan juga akan ikut membentuk arah dan corak hubungan an tara suami dan istri berkenaan dengan peranannya di dalam keluarga. Umumnya, lingkungan keluarga dan lingkungan kerja akan berkembang menuju arah yang berbeda, terutama dikarenakan oleh adanya spesialisasi pekerjaan dalam peranannya di dalam masyarakat. Selain itu, jika kita melihat lebih dekat lagi terhadap hubungan antara pekerjaan dan kehidupan keluarga, ternyata tingkat integrasi pekerjaan dan kehidupan keluarga pada berbagai tingkat sosio ekonomi yang berbeda akan menunjukkan banyak perbedaan pula.
Peranan suami dalam keluarga golongan atas biasanya hanya sedikit mempunyai hubungan dengan peranannya dalam keluarga, sehingga sedikit kemungkinan ia akan menerapkan wibawa dan wewenang di tempat pekerjaannya ke dalam lingkungan keluarga. Pekerjaannya cenderung menyita waktu dan tenaganya, sehingga kurang mencurahkan perhatian terhadap keluarga.
Dalam keluarga golongan menengah, keadaan keuangan dan status keluarga banyak tergantung pada pekerjaan sang suami jika suami bekerja di dalam pekerjaan yang secara teknis cukup kompleks dan tidak bisa dimengerti oleh keluarganya, mungkin sang istri tidak akan bisa membantu atau ikut terlibat secara langsung di dalam pekerjaan suaminya. Bagi kelompok masyarakat seperti ini, tingkat pendapatan mereka relatif rendah dan sulit mendapatkan status yang tinggi dalam masyarakat luas. Di dalam suatu masyarakat, dimana secara tradisional yang bekerja itu hanyalah suami, akan terlihat adanya pemisahan antara pekerjaan dengan keluarga. Tetapi di dalam kelompok masyarakat lain, di mana istri juga ikut mencari nafkah, pendapatan tambahan yang didapatkan sering digunakan untuk membeli peralatan dan perlengkapan rumahtangga yang lebih baik, bahkan cenderung bersifat mewah. Di dalam keluarga seperti ini peranan istri mirip dengan peranan suami dalam keluarga kelas menengah.
Pengaruh lainnya dari faktor-faktor pekerjaan terhadap peranan suami-istri ialah terhadap keakraban antara suami dan istri. Suami harus dapat mencari jalan untuk menyesuaikan tuntutan pekerjaan dengan tuntutan,keluarganya. Edgell (1970) telah mencoba melakukan penelitian terhadap sejumlah keluarga kelas menengah berkaitan dengan pengaruh pekerjaan terhadap hubungan suami istri.
 Hubungan antar Keluarga
Berbagai pola hubungan antar keluarga selalu dipengaruhi oleh pekerjaan yang dimiliki oleh keluarga-keluarga tersebut: baik secara langsung ataupun tidak langsung. Bott (1977) telah melakukan suatu studi yang intensif terhadap seJumlah kecil keluarga perkotaan di Inggris. Dia menyatakan bahwa ada suatu keterikatan di antara keluarga yang mungkin akan menjadi lebih kuat apabila ada suatu kerjasama dalam suatu pekerjaan di antara mereka. Berkaitan dengan istilah kelas dalam masyarakat, keluarga dengan pola pergaulan terbuka mungkin bersedia bergaul dengan kelas buruh tetapi tidak semua keluarga kelas pekerja memiliki pola pergaulan terbuka. Kekuatan suatu keluarga dalam hubungannya dengan tetangga tergantung secara, langsung kepada jabatan suaminya di tempat pekerjaannya, yang akan memberikan suatu status kepada keluarganya secara keseluruhan. Jika seseorang bertetangga dengan salah seorang koleganya, hubungan yang terjadi di antara keluarga mereka akan semakin erat, tetapi jika koleganya itu tidak bertetangga dengannya, pola pergaulannya hanya akan terjadi di antara kedua suami saja.
 Sosialisasi
Posisi sosial ayah dalam lingkungan sosial masyarakat menimbulkan pengaruh besar terhadap proses sosialisasi seorang anak (Schneider, 1969, ha1.499-502). Pada orang tua di setiap tingkatan sosial terdapat suatu kecenderungan dimana posisi sosial membentuk suatu pola peran tertentu bagi anak-anaknya.
Dalam keluarga golongan atas, perawatan dan pendidikan anak sering diserahkan kepada pembantu rumahtangga. Dalam keluarga seperti ini proses sosialisasi seorang anak diarahkan dengan melalui norma-norma dan nilai yang hanya berlaku di kalangan keluarga golongan atas saja. Beda dengan anak¬anak dari keluarga golongan menengah, dimana pihak orang tua memiliki banyak waktu luang untuk memperhatikan perkembangan dan pendidikan anaknya. Proses sosialisasi dalam keluarga golongan menengah ditujukan untuk mendidik agar anak mampu bersifat "mandiri", dan hal itu akan'lebih banyak tergantung kepada kemampuan si anak untuk bersaing dengan rekannya dalam mencapai prestasi di sekolah dan selanjutnya dalam pekerjaan. Tetapi anak yang berasal dari keluarga kelas pekerja jarang mampu meningkatkan posisi sosialnya mereka sering dipaksa untuk selalu bersikap patuh dan tidak banyak membuat kesulitan bagi masyarakat sekelilingnya.
Pengaruh keluarga terhadap industri
Banyak bukti yang memajukan bahwa dalam hubungan antara industri dan keluarga, pihak industri memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap keluarga dibanding sebaliknya. Tetapi ini tidak berarti bahwa kita harus mengabaikan pengaruh keluarga terhadap industri. Sebagai suatu contoh yang menunjukkan betapa pentingnya peranan keluarga terhadap industri maupun dalarn suatu perubahan sosial yang tersembunyi, Goode (1964) telah mencoba membandingkan usaha yang dilakukan oleh Jepang dan Cina untuk melakukan industrialisasi pada akhir abad 19 dan awal abad 20). dimulai dengan kondisi sosial dan ekonomi yang relatif sarna dan homogen, Jepang telah melangkah jauh lebih maju dibandingkan dengan Cina. Perbedaan pola dan sistem kekeluargaandi antara kedua negara tersebut telah menimbulkan perbedaan dalam kecepatan proses industrialisasi. Sistem pewarisan di Jepang memudahkan pelaksanaan akumulasi kekayaan, dan nepotisme hanya sedikit memberikan hambatan dibandingkan dengan yang terjadi di Cina.
 Berbagai Tipe Hubungan antara Keluarga dan Pekerjaan
Sebagai permulaan kita mengambil suatu postulat dari Raports (1965) yaitu: pekerjaan dan peranan keluarga cen¬derung bersifat isomorfik (saling-pengaruh-mempengaruhi satu sarna lain dengan satu cara tertentu untuk membentuk suatu pola struktur yang sarna), atau heteromorfik (membentuk suatu struktur yang masing-masing berbeda). Dari berbagai studi dan observasi yang telah disebutkan, (yaitu studi mengenai keluarga dimana istri ikut bekerjasama dengan suaminya di dalam pekerjaannya, studi tentang keluarga dilnana rumah tern¬pat tinggal digunakan oleh ayah sebagai kantor atau toko, studi mengenai keluarga petani dan sedikit pembahasan mengenai keluarga Jepang modern), ternyata semua studi tersebut menun¬jukkan adanyaisomorfisme antara pekerjaan dengan kehidupan keluarga. Jika isomorfisme menggambarkan suatu hubungan yang bersifat positif antara pekerjaan dan keluarga, ada juga suatu hubungan lain yang disebut minimal relationship dan negative relationship antara keluarga dengan pekerjaan yang membentuk suatu pola heteromorfisme. Minimal relationship atau neutral relationship di antara keluarga dan pekerjaan terjadi jika di dalam keluarga peranan ayah dalam pekerjaan¬nya tidak berhubungan dengan usaha keluarganya untuk mem¬bentuk gaya hidup tertentu. Pekerjaan dengan waktu jam kerja yang teratur; tanpa.adanya suatu efek tertentu baik secara fisik maupun psikologis terhadap sipekerja,dan tidak menyita waktu luangnya adalah suatu kasus yang termasuk ke dalam neutral relationship.
Gambaran mengenai ketiga pola hubungan antara pekerjaan dengan lingkungan keluarga, yaitu ekstensi, netralitas, dan oposisi, dapat dilihat pada tabel
Ibu rumah tangga yang bekerja
Beberapa faktor yang mendorong peningkatan jumlah pekerja wanita yang sudah menikah mungkin adalah kesempatan, kapasitas dan motivasi. Berkaitan dengan"kesempatan" terdapat lima sub faktor, yakni :
1.    Kekurangan tenaga kerja. Selama beberapa waktu pasca PD II, terdapat kekurangan tenaga kerja dalam jumlah besar dan dipersulit lagi. oleh lamanya masa pendidikan untuk anak-anak muda serta meningkatnya jumlah tenaga kerja asing menghadapi masa pensiun. Menyadari hal ini, perusahaan terpaksa memberikan kesempatan luas bagi para wanita yang sudah menikah untuk bekerja.
2.    Perubahan di datam struktur pekerjaan. Meningkatnya perdagangan barang-barang konsumsi memberikan pengaruh besar terhadap sistem perdagangan eceran yang bagian terbesar pekerjanya adalah kaum wanita. Para pekerja bidang administrasi serta bidang kesejahteraan untuk pelayanan sosial juga didominasi oleh kaum wanita.
3.    Berubahnya pandangan masyarakat tethadap wanita yang bekerja. Kehadiran tenaga kerja wanita yang semakin membesar di perusahaan, termasuk wanita yang sudah menikah, dan adanya gerakan emansipasi telah berhasil mendobrak nilai-nilai tradisional yang mencela kehadiran wanita dalam dunia industri dan membatasi gerak-gerik wanita sebatas rumahnya. Tetapi tradisi ini masih berlaku untuk pekerjaan-pekerjaan kasar, misalnya pekerjaan di sektor pertambangan.
4.    Hilangnya diskriminasi. Pada tahun 1975 diberlakukan undang-undang yang melarang pihak perusahaan melakukan diskriminasi terhadap pekerja wanita termasuk wanita yang sudah menikah.
5.    Perubahan datam industri. Untuk lebih menarik kaum wanita yang sudah menikah, beberapa perusahaan telah membentuk suatu spesial shifts (regu kerja khusus). Misalnya, jam kerja wanita yang sudah menikah ditentukan sedemikian rupa sehingga memungkinkan mereka mengerjakan pekerjaan rumahtangga mereka. Selain itu diperkenalkan juga mesin-mesin baru yang lebih ringan dan lebih mudah ditangani.
 Problema Karir Ganda dalam Keluarga
Dalam keluarga konvensional, suami bertugas meneari nafkah dan istri yang mengurus rumahtangga. Tetapi kini, dengan tumbuhnya kesempatan bagi wanita bersuami untuk bekerja, pada pola kekeluargaan segera berubah dan muncul apa yang disebut sebagai dualisme karir.
Dualisme karir terjadi bila suami maupun istri sama-sama bekerja dan mengurus rumahtangga secara bersama pula ( Rapoport and Rapoport), 1976, hal 198). Di dalam hubungannya dengan posisi masing-masing, setiap pasangan suami istri memiliki cara yang berbeda di dalam mengatur peranannya dalam pekerjaan dan rumahtangga. Wanita yang bekerja seeara part timer umumnya menganggap bahwa pekerjaan hanyalah sekedar hobbi dan hanya menduduki prioritas kedua di bawah kepentingan keluarga. Tetapi dalam keluarga dualisme karir egalitarian, suami-istri bekerja tidak hanya sekedar mencari nafkah tetapi juga dalam persaingan untuk mendapatkan posisi yang sama dalam pengambilan keputusan serta berbagai aktivitas dalam keluarga (Rapoport 1976, hal 286 - 296). Di dalam hubungan ini terdapat berbagai permasalahan sebagai berikut :
1.    Over-load (beban berlebih-lebihan). Kedua suami¬istri dibebani terlalu banyak tanggung jawab. Pemban¬tu rumahtangga bukan!ah merupakan suatu jawaban, sebab kehadirannya malahan sering menimbulkan suatu ketegangan baru dalam kehidupan keluarga.
2.    Tidak adanya sanksi lingkungan. Mungkin seorang istri masuk ke dalam suatu pekerjaan dimana istrinya tidak diterima secara keseluruhan, atau menjadi subyek kritik, karena mengabaikan anak-anaknya.
3.    Identitas pribadi dan harga diri. Baik suami maupun istri harus mampu mengatasi kritik-kritik yang didasarkan pada tradisi pemisahan peranan berdasarkan jenis kelamin.
4.    Dilema hubungan sosial. Hubungan antara keluarga dengan tetangga menjadi renggang, karena baik suami maupun istri masing-masing sibuk dengan pekerjaan di luar rumahnya.
5.    Konflik peranan ganda. Terdapat konflik baik bagi suami maupun istri diantara kepentingan perusahaan.

INDUSTRI DAN STRATIFIKASI SOSIAL
Oleh: S.R. Parker
StratifikaSi sosial mengacu pada pembagian para anggota masyarakat ke dalam tingkatan atau strata yang berkaitan dengan sikap dan karakteristik masing-masing anggota atau kelompok (Schneider, 1969, hal 148). Stratifikasi bukanlah suatu sub sistem dalam masyarakat, lain halnya dengan ekonomi, pendidikan atau keluarga yang merupakan sub-sistem masyarakat. Stratifikasi adalah suatu aspek umum dari struktur dalam sistem sosial yang kompleks. Dalam bab ini akan dibahas masalah hubungan antara stratifikasi sosial dalam berbagai bentuk di dalam industri dan masyarakat luas.
Pengaruh industri terhadap sistem stratifikasi
Stratifikasi sosial dalam masyarakat industri modern, memiliki dua bentuk utama, yaitu: kelas dan status. Bentuk-bentuk lain dari stratifikasi sosial seperti kekayaan dan kasta tidak perlu di bahas dalam buku ini. Ada banyak literatur yang kontroversial yang membahas masalah yang berhubungan dengan status dan kelas sosial (Bottomore, 1965). "Kelas" umumnya digunakan untuk menunjukkan pembagian di dalam masyarakat yang didasarkan atas posisi ekonomi dalam masyarakat, tanpa memperhatikan apakah mereka menyadari posisinya itu atau tidak. "Status sosial" tidak menggambarkan pembagian posisi dalam masyarakat, tetapi menunjukkan tingkat posisi seseorang atau kelompok yang ditentukan oleh berbagai faktor, termasuk diantaranya di dalam masyarakat. Secara historis, konsep kelas merupakan bagian terpenting dalam teori Karl Marx tentang masyarakat, yang menekankan perlunya perjuangan kelas, yaitu perjuangan si miskin melawan si kaya dalam usaha untuk menguasai sumber-sumber produksi. Sementara itu Marx Weber lebih menunjukkan perhatiannya terhadap tipe lain dari stratifikasi yang berasal dari pengakuan terhadap suatu status yang mungkinakan mematahkan struktur kelas.
Kaitan antara industri dan stratifikasi berdasarkan status semakin lama semakin kabur, terutama disebabkan semakin luasnya ruang lingkup hal-hal yang berkaitan dengan istilah status. Seandainya status diukur dengan suatu nilai yang spesifik, baik yang berdampak positif, atau negatif, yaitu suatu nilai kehormatan diri, ia bisa dinyatakan sebagai suatu bentuk economic power dan non-economic power yang bentuknya bisa berupa kemampuan membeli berbagai jenis barang konsumtif, tingkat pendidikan, latar belakang keluarga atau keturunan dan sebagainya. Berkaitan dengan pengaruh industri terhadap keluarga, pengaruh industri terhadap sistem stratifikasi mungkin bisa bersifat langsung melalui kekuatan ekonomi serta posisi dan wewenang di dalam perusahaan, ataupun bisa juga bersifat tidak langsung, yaitu melalui status dalam perusahaan yang ditransmisikan menjadi status dalam masyarakat, termasuk melalui rantai antara situasi pasar dan gaya hidup.
 Penelitian tentang Status Jabatan
Mungkin satu-satunya penelitian terbaik yang pernah di lakukan di Inggris mengenai tingkat sosial berkaitan dengan pekerjaan adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh Hall dan Jones pada tahun 1950. Mereka telah mewawancarai 1.400 orang dari 30 jenis pekerjaan dengan berbagai tingkatan. Mereka menyatakan . pandangan para respondennya mengenai hal¬hal bersifat umum.
Mereka menyatakan bahwa tidak ada perbedaan ataupun pengistimewaan dalam penentuan tingkat pekerjaan yang diseleksi. Tetapi ternyata ada perbedaan dalam menentukan "rata-rata" dalam "skala pekerjaan", dimana kelihatannya rata-ratanya lebih besar untuk tingkat pekerjaan pada daerah sentral daripada daerah atas dan bawah dari skala "pekerjaan". Juga terdapat suatu kecenderungan untuk menetapkan status pekerjaan yang diseleksi sebagai variabel status pekerjaan responden (yang nyatanya lebih rendah).Atau lebih jelasnya, menentukan status pekerjaan responden dengan menggimakan status pekerjaan yang diseleksi sebagai patokannya.
 Kritik-kritik terhadap Penelitian-penelitian yang telah dilakukan
Berbagai penelitian terhadap status jabatan atau pekerjaan telah banyak dikritik orang, karena para peneliti sebenarnya mencoba membentuk berbagai perbedaan yang secara normal sebenarnya tidak ada dalam masyarakat. Gagasan yang tersembunyi dibelakang penelitian tersebut ialah bahwa kebanyakan status pekerjaan bersifat hirarkis dan dibuatkan dalam suatu skala status: Reiss pada tahun 1961 menegaskan bahwa "skala status pekerjaan dibuat hanyalah berdasarkan penaksiran yang ternyata tidak menghasilkan suatu skala yang unidimensional untuk semua pekerjaan, dan sesungguhnya status itu merupakan suatu gejala multidimensional dan demikian pula halnya dengan indikator dari status bersifat multi-dimensional" .
Suatu alasan yang menyebabkan banyaknya kritik terhadap konsep status pekerjaan ialah bahwa dalam konsep tersebut, status dijadikan sebagai indikator tunggal, dan cara pengklasifikasian bersifat vertikal. Pada tahun 1959;Morris dan Murphy telah menggunakan istilah "situs" untuk mengklasifi¬kasikan pekerjaan secara horisontal, dimana pekerjaan diklasifikasikan berdasarkan fungsinya. Penggunaan dimensi situs memungkinkan kita memperkirakan efek relatif dari suatu pekerjaan terhadap sikap dan tingkah laku seseorang.
 Perbedaan Status
Perbedaan di dalam penentuan suatu status boleh saja disebabkan adanya analisa terhadap sumber-sumber status yang berbeda. Misalnya, suatu pekerjaan dapat memberikan suatu status dikarenakan imbalan yang diberikannya (baik secara ekonomis atapun psikologis), atau karena prestise, kekuasaan dan pentingnya fungsi pekerjaan terse but dalam masyaralait (Pellegrin dan Bates, 1959). Ke empat sumber status tersebut mungkin memiliki tingkat yang sama, mungkin juga tidak, hal ini tergantung pada pandangan masyarakat terhadap pekerjaannya itu sendiri. Jika seseorang memiliki status yang tinggi dalam suatu pekerjaan, misalnya dikarenakan imbalannya yang tinggi, bisa saja merasa rendah diri bila pekerjaan tersebut memiliki nilai prestise yang rendah. Hal semacam itu menyebabkan "suatu tekanan terhadap persamaan dari atribut-atribut status".


Pengaruh Sistem Stratifikasi Terhadap Industri
Perusahaan-perusahaan industri, baik secara kolektif maupun individual, memiliki suatu sistem stratifikasi yang memiliki aspek-aspek internal dan ekternal. Secara internal, pekerjaan bisa dibagai berda.sarkan fungsinya didalam perusahaan. Secara ekternal, kita harus meninjau stratifikasi status didalam masyarakat, dimana seseorang sering memiliki hak-hak istimewa berdasarkan jabatannya di tempat ia bekerja.
Seperti halnya dalam masyarakat umum yang mengenal kelas-kelas sosial atau tingkat status, didalam perusahaan industri pun terdapat hirarki kekuasaan yang pada hakikatnya berkaitan dengan tingkat status sipemegang kekuasaan tersebut. Berbagai peranan dalam perusahaan diwujudkan dalam struktur jabatan dalam perusahaan, dimana kepala eksekutif berada pada struktur paling atas dan pekerja biasa berada dalam struktur paling bawah. Selanjutnya, perbedaan dalam tingkat struktur jabatan berkaitan dengan perbedaan dalam kondisi kerja yang didapatkan dalam masing-masing tingkat. Sebagai contoh, dari hasil survai nasional yang dilakukan di Inggris, diketahui bahwa pekerjaan biasa mendapat tekanan yang keras untuk terus hadir dalam pekerjaanya. Jika mereka mangkir maka gaji mereka akan dipotong. Tetapi jika pihak manajer mangkir maka potongan gaji yang dilakukan sangat sedikit, padahal untuk mengoperasikan pekerjaan secara normal minimal diperlukan kehadiran 98% pekerja biasa dan hanya memerlukan minimal kehadiran 6% manager. (Field, 1974, hal 33). Dalam pemberian uang pensiunpun terdapat juga perbedaan. Sebagai contoh, para manajer mendapatkan uang pensiun sebanyak tiga kali lipat uang pensiun para pekerja biasa (Westergaard and Resler, 1976, hal 90).
 Teori Stratifikasi dan Industri
Teori stratifikasi dan teori kelas sosial telah mengalami cukup banyak kemajuan (Mac Kenzie, hal 176). Kita telah mengenal bagaimana ketidaksamaan dalam bidang ekonomi diciptakan, ditegakkan dan diubah, tetapi teori tentang perbedaan-perbedaan nilai, ideologi dan pola tingkah laku antar kelas sedikit sekali dikembangkan. Sumbangan pikiran terhadap teori stratifikasi Inggris telah memberikan pengaruh yang eukup besar terhadap pengembangan teori perbedaan antar kelas. Beberapa ahli sosiologi Inggris telah memusatkan perhatiannya terhadap issue-issue konkrit mengenai perbedaan kelas ini, yaitu ten tang "melimpahnya jumlah kelas pekerja" dan korelasi antar berbagai tipe situasi kelas pekerja yang berbeda-beda.
Pada tahun 1945, Davis dan Moore mengetengahkan teori mereka tentang stratifikasi. Mereka mengatakan bahwa "ada suatu kebutuhan universal untuk membentuk suatu stratifikasi dalam masyarakat". Stratifikasi muncul disebabkan oleh perbedaan posisi yang kemudian menimbulkan perbedaan tingkat fungsional dalam masyarakat. Di lain pihak, orang-orang yang berbakat dan berpendidikan relatif sedikit, sehingga masyarakat terpaksa menawarkan posisi yang lebih tinggi kepada orang-orang yang memiliki bakat dan kemampuan yang dibutuhkan agar masyarakat tersebut mampu mempertahankan eksistensinya. Dalam tahun 1948, Davis melakukan modifikasi terhadap teori-teori itu dengan menambahkan bahwa mobilitas orang-orang yang lebih berbakat dan berkemampuan lebih tinggi sering dihambat oleh latar belakang status keluarganya. Jadi kesimpulannya stratifikasi adalah suatu hal yang tidak terhindarkan
Huaco mencoba mengabaikan teori Davis -Moore dengan mengatakan bahwa teori tersebut tidak mampu menjawab berbagai kritikan yang dilancarkan terhadapnya. Dia yakin bahwa postulat tentang "perbedaan fungsional" itu telah gagal menerangkan terjadinya stratifikasi, sebab tidak ada bukti bahwa perbedaan posisi akan menyebabkan perbedaan tingkat sumbangan untuk mempertahankan eksistensi masyarakat. Juga asumsi yang mengatakan bahwa masyarakat yang memiliki sistem stratifikasi akan lebih mendorong terjadinya persaingan untuk mendapatkan prestasi tidak bisa dipertahankan kebenarannya. Maka selanjutnya Huaco menerangkan teori stratifikasi berdasarkan 3 postulat, yaitu :
a.    Imbalan yang tidak sarna yang dikaitkan dengan perbedaan posisi adalah penyebab mobilitas individu untuk mendapatkan posisi tertentu .
b.    Eksistensi dan operasi keluarga adalah penyebab timbulnya status.
c.    Terbatasnya tenaga-tenaga bermutu menyebabkan timbulnya stratifikasi.
Sampai saat sekarang para ahli teori social action belum mengembangkan suatu teori tentang stratifikasi, walaupun sesungguhnya tidak sulit bagi mereka untuk berbuat demikian. Pembagian masyarakat kedalam beberapa strata merupakan suatu problematika. Strata didalam masyarakat maupun industri tidak berada di luar atau terpisah dari faktor situasi dalam masyarakat. Eksistensi stratifikasi dalam maSyarakat terletak pada mayoritas anggotanya yang melegalisir perbedaan didalam wewenang atas kekuasaan pada setiap strata. Posisi puncak pada strata tertinggi (manajer, pemimpin dsb) tidak mungkin ada tanpa dukungan mayoritas strata paling bawah (tenaga pelaksana, bawahan dan sebagainya).


INDUSTRI, MASYARAKAT DAN POLITIK
Oleh: S.R. Parker
INDUSTRI DAN MASYARAKAT
 Industri Mempengaruhi Masyarakat
Dalam arti luas, industri yang berkaitan dengan teknologi, ekonomi, perusahaan dan orang-orang yang terlibat di dalamnya telah sangat mempengaruhi masyarakat. Pengaruh tersebut bisa berupa nilai-nilai, pengaruh fisik terhadap masyarakat dan usaha industrial interest group untuk mempengaruhi masyarakat.
Industri memberi input kepada masyarakat sehingga membentuk sikap dan tingkahlaku yang tercermin dalam sikap dalam bekerja. Weber mengatakan bahwa dengan adanya teknologi baru, diperlukan suatu nilai yang akan mengembangkan masyarakat menjadi masyarakat kapitalis tradisional; demikian pula jika hendak membentuk masyarakat kapitalis modern, diperlukan suatu nilai-nilai tertentu.
Industri memiliki pengaruh yang menimbulkan akibat fisik di dalam masyarakat. Akibat yang dirasakan oleh masya¬rakat dengan adanya industri bisa dalam berblllai bentuk yang berbeda. Bila suatu kota sangat tergantung hanya kepada satu jenis industri atau perusahaan, perkembangan industri atau perusahaan tersebut akan menentukan apakah kota tersebut akan berkembang atau haneur. Muneulnya industri-industri baru dalam suatu wilayah akan memberikan pengaruh besar terhadap jumlah tenaga kerja.
Suatu cara yang lebih teoritis untuk pengaruh timbal-balik antara industri dan masyarakat ialah dengan cara mengidentifikasikan jenis-jenis hubungan antara industri dan masyarakat. Walaupun ada pemisahan economic interest groups dalam industri, seperti dalam bentuk-bentuk perdagangan, industri, pertanian, keuangan dan organisasi buruh, dalam beberapa hal kelompok tersebut dapat dianggap sebagai suatu interest group yang menyatu yang berinteraksi dengan masyarakat. Form dan Miller pada tahun 1960 mengatakan bahwa ada 5 jenis interaksi antara interest group tersebut dengan masyarakat yaitu :
1.    Business - Dictated. Pihak perusahaan menentukan jam kerja karyawannya, tanpa mempertimbangkan efeknya terhadap kehidupan rumahtangga, dan para karyawan harus menyesuaikan kehidupan keluarga mereka dengan kegiatan industri (ini mungkin terjadi di dalam suatu perusahaan dimana buruh tidak terorganisir, atau kalaupun ada organisasi buruh, sangat lemah).
2.    Business - deminated. Sama seperti di atas, akan tetapi sudah ada aturan-aturan kerja yang Iebih lanjut, hanya ia masih ditentukan oleh pihak manajemen. Pihak buruh hanya mempunyai hak suara yang keciI (ini terjadi jika pihak perusahaan cukup kuat dengan organisasi buruh yang agak kuat tetapi dengan kelebihan penawaran tenaga kerja).
3.    Labour - mediated. Pihak buruh; dalam hal ini organisasi buruh, mencoba ikut ambil bagian dalam menentukan jam kerja. Disini mulai terbentuk kerjasama antara pihak buruh dan manajemen (organisasi buruh cukup kuat, dan industri tergantung kepada tenaga ahli lokal).
4.    Equilibrium. Organisasi buruh cukup kuat, begitu juga pengaruh masyarakat. Pihak manajemen dalam membuat keputusan harus memperhitungkan semua akibatnya terhadap masyarakat sekitarnya.
5.    Family - mediated. Dalam interaksi macatn ini nilai-nilai keluarga cukup dominan (keluarga pemilik perusahaan, religitis atau co-operative communities).
Ke lima jenis interaksi dan masyarakat tersebut, dalam kenyataannya di Amerika sudah tidak berlaku, dan di Inggris sendiri, memerlukan dimodifikasi teori. Sebagai contohnya, pola business-dictated sudah sulit ditemukan di Inggris, kecuali dalam beberapa jenis perusahaan dimana buruh mempunyai motivasi mendapatkan upah yang sangat tinggi, dan perusahaan bersedia memenuhinya.
Ada teori lain mengenai interaksi antara industri-masyarakat, dengan menggunakan empat pendekatan, yaitu :
a)         Structural functional, yang meliputi penyebaran industri ke dalam berbagai sub sistem masyarakat lainnya.
b)        Compensation, dimana industri yang dianggap sebagai sumber sosiabilitas tidak mungkin ada di dalam masyarakat lokal.
c)         Welfare (kesejahteraan), suatu pendekatan terhadap peristiwa-peristiwa di dalam masyarakat dimana pihak industri mengambil bagian sebagai partner masyarakat.
d)        Power, industri menjadi sumber kekuatan yang mempengaruhi masyarakat.
 Pengaruh Masyarakat Terhadap Industri
Masyarakat telah merasakan berbagai bentuk pengaruh dari adanya industri, dan kadang-kala masyarakat sendiri ikut memperkuat atau memperbesar skala pengaruh tersebut akibat interaksi antara pihak buruh dan pihak manajemen biasanya baru dirasakan baik oleh pihak pengusaha, pihak organisasi buruh juga oleh pemerintah jika terjadi peristiwa pemogokan buruh yang akan mempengaruhi perputaran roda-roda ekonomi. Pada tingkat nasional, kenaikan upah buruh akan memaksa kenaikan harga barang yang dijual yang akhimya memacu inflasi. Sudah jelas bahwa untuk memahami sikap dan perilaku di dalam industri seperti absenteisme, tekanan untuk menimbulkan atau memaksimumkan usaha tidak mungkin hanya berdasarkan kopdisi industri saja, tetapi harus melibatkan norma¬norma, nilai, peranan dan berbagai perilaku yang ada di luar lingkungan industri atau dalam masyarakat luas.
Industri dan politik
 Industri dan pengaruh politik
Industri bekerja di dalam suatu lingkungan sosial dan memiliki hubungan dengan kekuatan yang berada dalam lingkungan tersebut. Berbagai bentuk pengaruh timbal balik yang terjadi antara industri dan kehidupan politik dibagi dalam dua jenis: pertama, pengaruh kelompok terorganisir, dan kedua pengaruh peranan individu. Dalam rangka mempengaruhi kebijaksanaan pemerintahaan daerah, wakil-wakil industrial interest akan bergabung ke dalam suatu organisasi "presure group" dan pada saat bersamaan personal-personal pihak industri sendiri sering ikut langsung memegang peranan politik dengan tujuan memajukan kepentingan ekonomi mereka.
Kemampuan pihak perusahaan untuk mempengaruhi kebijaksanaan politik pemerintah dengan melakukan partisipasi langsung di dalam pemerintahan adalah suatu aspek kontrol dari jalinan kelompok elite dalam industri dan dalam pemerintahan. Bekas-bekas menteri, baik yang tadinya duduk dalam pemerintahan Partai Buruh, maupun Partai Konservatif, sering diundang untuk menduduki jabatan-jabatan penting dalam perusahaan. Hal tersebut sangat membantu. pihak perusahaan dalam mempengaruhi pemerintahan karena biasanya mereka memiliki relasi yang cukup banyak dalam pemerintahan.
 Politik dan Hambatan Legal terhadap Industri
Peranan pemerintah di dalam bidang industri meliputi pengontrol, pengatur, promotor, pengusaha dan perencana (Grove, 1962). Cara-cara langsung dari pemerintah untuk mengontrol industri ialah melalui kebijaksanaan anggaran, pajak, kontrol jual-beli, pengontrolan terhadap modal publik dan kontrol terhadap distribusi produk maupun penyebaran industri.
Sebagai pengusaha pemerintah secara langsung berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi melalui 4 cara yaitu :
a)         Pemerintah sebagai pembeli terbesar dari barang-barang dan jasa untuk menjalankan roda pemerintahannya.
b)        Pemerintah sebagai majikan; kurang lebih 1 juta orang penduduk Inggris bekerja pada pemerintah, dari seluruh pekerja di Inggris yang berjumlah 24 juta orang
c)         Pemerintah memberikan pengaruh langsung kepada kegiatan bisnis dengan melalui berbagai lembaga keuangan yang dimilikinya, misalkan bank, tetapi tidak ikut langsung dalam kegiatan manajemennya.
d)        Pemerintahsebagai pengusaha langsung dengan memproduksi barang-barang dan menjualnya secara terbatas untuk kepentingan sendiri.
Terakhir sebagai perencana, pemerintah memperluas peranannya sebagai pengontrol dengan mengarahkan dan membimbing kegiatan ekonomi dengan cara melakukan desentralisasi. Kesulitan ekonomi, memperbesar peranan pemerintah. di dalam perencanaan aktivitas dan pengembangan industri.
 Hubungan Industri dengan Hukum
Keengganan pemerintah melakukari intervensi langsung kedalam kegiatan industri mirip dengan keengganan yudikatif untuk melibatkan diri secara langsung ke dalam lapangan industri. Wedderborn (1966, hal 13) menyatakan bahwa pihak hukum baru mau melibatkan diri jika pihak perusahaan berbuat suatu tindakan, dimana pihak lain di luar perusahaan merasa dirugikan oleh tindakan tersebut. Alasan lain yang menyebabkan keengganan pihak hukum melibatkan diri adalah telah terbentuknya suatu perjanjian bersama antara perusahaan industri dengan serikat-serikat buruh sehingga kalau ada permasalahan diantara mereka hal itu akan diselesaikan melalui cara-cara yang tercantum dalam perjanjian tersebut.
 Pekerjaan dan Tingkah laku Politik
Sejumlah penelitian menemukan bahwa ukuran perusahaan dan tingkat pengetahuan majikan tentang pribadi para pekerjanya merupakan faktor yang mempengaruhi sikap dan tingkahlaku politik para pekerjanya. Nordlinger (1967) menyatakan bahwa walaupun suatu perusahaan besar cenderung ke arah kiri (Partai Konservatif), tidak berarti bahwa para pekerjanya akan memiliki kecenderungan yang sama, karena bisanya hubungan antara pekerja dan majikan tidak begitu akrab. Ingham (1969) membuat suatu kesimpulan sama dengan Nordlinger. Dia melakukan penelitiannya terhadap para pekerja Bradford, dan hasil penelitiannya diungkapkan sebagai berikut : "Suatu kekuatan buruh yang berorientasi kiri akanmendorongnya mengarah pada intensifikasi nilai yang akan menyebabkan peranan dan aktivitas masing pihak terlihat secara lebih jelas".

ORGANISASI
Oleh : M. A. Smith
Sistem Pendekatan Kaum Strukturalis
Organisasi adalah suatu karakteristik panting dalam masyarakat industri dan perkotaan. Organisasi sosial adalah suatu susunan  yang sangat luas dari berbagai bentuk hubungan dan proses, jadi struktur sosial berada dalam semua tingkat struktur sosial. Menurut Blau dan Scoot (1963) telah mengajukan suatu pendapat bahwa organisasi adalah suatu kumpulan individu yang batasannya jelas, aturan yang bersifat normatif, jenjang kekuasaan sistem komunikasi dan sistem keanggotaan yang terorganisasi. Fox berpendapat bahwa minimal organisasi terdiri dari sistem peranan sanksi dan komunikasi dan intisari dari organisasi adalah keteraturan, standarisasi dan perilaku yang berulang-ulang.
Tantangan terhadap organisasi muncul dari dua sumber, pertama dari para penulis yang mengira bahwa suatu bahaya besar akibat kelalaian terhadap kontrol, power dan konflik dalam organisasi. Tantangan kedua terhadap pendekatan sistem struktutalis ini berasal dari suatu tinjauan interaksionis yaitu apakah organisasi itu nyata atau apakah ia adalah suatu yang berinteraksi secara bersama-sama lebih daipada sekedar interaksi antar individu.
Sosiologi bukanlah satu-satunya ilmu yang berkaitan dengan masalah organisasi. banyak disiplin lain yang membicarakan maslah organisasi dengan menetengahkan modelnya masing-masing. Pugh ( 1971 ) mengelompokkan 6 model utama yang berasal dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda yang secara garis besarnya akan diuraikan sebagai berikut :
1.      Teori Ekonomi
Teori ini  mengetengahkan suatu model organisasi  yang nenpunyai cri khasdalam tujuannya yaitu keuntungan maksimal dan kerugian minimal. dalam organisasi ini, manusia dipandang sebagai pihak konsumen yang dimotifisir oleh perhitungan rasional dan ekonomis.
2.      Teori Teknologi
Para ahli teknik  adalah kelompok kedua yang mengklaim bahwa teknologi adalah variabel utama dari kondisi internal struktur oganisaasi beserta kondisi lingkungannya.
 3.      Teori individu
Teori ini  memfokuskan perhatiaannya pada masalah sikap,tingkah laku dan cirri-ciri pribadi individu yang ada dalam organisasi . teori ini  lebih banyak berlandaskan pada teori klasik dari march dan simon( 1958) yang membuat suatu kerangka kerja yang menekankan peranan individu.mereka mengatakan bahwa organisasi dapat didefinisikan dan dipelajari melalui prosesi-proses pengambilan keputusan secara individual dalam organisasi, walaupun keputusan tersebut mungkin mungkin dihambat oleh adanya hierarki dan pembagian tugas.
4.      Teori kelompok
Teori ini berdasarkan atad penelitian Elton Mayo dan eksperimen Hawthone.Teori ini sangaat mementingkn  peranan pola kepemimpinan dan norma-norma yang berlaku dan menyatakan bahwa kendala bagi organisasi dan pengembangan orientasi individu hanya dapat dimengerti jika buruh dilibatkan dalam kegiatan kerja.
5.      Teori Stuktural
Menurut teori ini organisasi dapat didefinisikan sebagai suatu kelompok yang memiliki keteraturan dalam hierarki wewewang ,pembagian tugas yang dan koordinasi fungsional.Model-model organisasi yang dikembangkan oleh Burns dan Stalkers pada tahun 1961 , serta oleh Pugh pada tahun 1968 termasuk kedalam tradisi structural.
 6.      Teori Managemen
teori ini dijelaskan oleh Fayol 1949. titik berat teori ini adalah usaha untuk memaksimumkan produktifitas. teori ini menganggap hierarki wewenang sebagai hal yang  wajar dan memperlakukan manusia sebagai mesin.
Cara lain yang disebut teori tipologi, yang agak berbeda dengan cara diatas adalah, ialah teori yang lebih dulu mencoba mengidentifikasikan unsur-unsur yang dianggap penting, kemudian baru membuat modelnya. Perbedaannya dengan cara pertama, ialah sebelum membuat suatu model,cara pertama memandang permasalahn secara keseluruhan, sedangkan cara kedua lebih mengutamakan semua unsure yang dianggap cukup penting.
Suatu bentuk Tipologi yang terkenal ialah klasifikasi organisasi yangdidasarka atas tujuan.Tipologi yang dikembangkan oleh Tallcot Parsons pada tahun 1960 itu ialah:
1.    Production Organization (organisasi produksi).
yaitu suatau organisasi yang berusaha memproduksi barang atau jasa sesuai dengan kebutuhan sistem sosial yang mengelinginya. contohnya perusahaan-perusahaan perdagangan, industri dan sebagainya.
2.    Political Goal Organization.
organisasi tipe ini memusatkan semua aktifitasnya untuk mencapai tujuan politik. Contoh partai-partai politik
3.     Integrative Organization
suatu organisasi yang baik bentuk maupun motifnya terintergasi dan terarahkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. organisasi ini berusaha mengurangi bahkan menghilangkan segala macam konflik yang terjadi. Contoh angkatan bersenjata
4.    Educational dan Cultural Organization
organisasi ini bergerak dalam kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan dan kebudayaan, contoh : sekolah-sekolah dan perkumpulan kesenian.
Klasifikasi organisasi yang didasarkan atas perbedaan tujuan telah menimbulkan masalah serius secara konsepsi maupun emperes.
Etzioni dan Blau dan Scott : telah mencoba membuat suatu klasifikasi organisasi yang didasarkan atas bentuk hubungan antara organisasi dengan para anggotanya. Bentuk hubungan ini dikenal dengan Complience Relationship. bentuk –bentuk Complience Relationship bisa berupa:
1.    Coercive, dimana pihak penguasa berusaha memaksa para anggotanya untuk perbuatan-perbuatan tertentu, Contohnya : organisasi penjara.
2.    Remunerative, dimana pihak penguasa memperhitungkan keterlibatan kalkulatif misalnya perusahaan dan industri.
3.    Normative, pihak penguasa berusaha amengarahkan para anggotanya agar mengikuti suatu norma-norma atau nilai tertentu. Contoh organisasi keagamaan.
Tesis yang diajukan oleh Etzioni menunjukkan suatu kecenderungan akan adanya penyusuaian antara tipe otoritas (relational variable) dengan orientasi partisipannya (Psychological variable). Hal ini terjadi karena tekanan-tekanan internal dan eksternal terhadap organisasi sangat efektif.
Blau dan Scott, (1963) memggunakan suatu prinsip diferensiasi yaitu “ siapa yang menggunakan” dan “siapa yang mendapat keuntungan“. mereka mengusulkan bahwa lapisan-lapisan masyarakat yang mengkonsumsi output organisasi dapat digunakan untuk mengidentifikasi tipe-tipe organisasi dan karakter partisipasi para anggotanya serta berbagai problema yangdihadapi organisasi. Dengan prinsip-prinsip diatas mereka mengklasifikasikan organisasi tersebut menjadi:
1.         Manual Benefit Organization
Yaitu suatu organisasi dimana semua anggotanya memberikan keuntungan terhaap organisasi tersebut, Contoh: Lion Club, yayasan-yayasan
2.         Owner benefit Organization
Tipe Organisasi ini kira-kira sama dengan tipe organisasi normative
3.         Common Weal Organization ( Organisasi Kemasyarakatan )
suatu tipe organisasi yang penymbangnya adalah masyarakat umum yaitu, Contoh: PMI, organisasi kampong seperti RT,RW dan sebagainya.
Suatu kesimpulan umum mengenai teori-teori yang diajukan oleh Etzioni, Blau dan Scott ialah bahwa organisasi bersifat komplek dan tidak mudah mengklasifikasikan hanya dengan satu kriteria atau hanya dala satu dimensi.
Organisasi berdiri diatas sejumlah faktor internal dan eksternal yang memberikan pengaruh dan tekanan dalam  berbagai tingkat ukuran.untuk negatasi hal ini Child mengajukan usul untuk mempertimbangkan peranan Holder Of Power yang menjadi nedia dianara varable-varable kontekstual dengan pola-polas strukturnya
Dia juga mengatakan bahwa pemegang kekuasaan mampu member corak terhadap suatu struktur organisasi dengan kekuasaannya, sehingga dengan mempelajari karakteristiknya kita akan mengetahui dan mempelajari suatu struktur organisasi.
 PENDEKATAN TERHADAP TINGKAH LAKU DI TEMPAT KERJA
AWAL PENELITIAN TERHADAP TINGKAH LAKU MANUSIA  DI TEMPAT KERJANYA
Oleh : R. K .Brown
Secara eksplisi, pendekatan sosiologi terhadap tingkah laku di mulai ketika di lkukan penelitian pada pabrik hawthorne milik perusahaan western frectric company dichicago sekitar tahun 1927 dan tahun 1932, yang akhirnya di anggap sebagai awal ”pergerakan” tahun humas relation (hubungan antara manusia). Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian tersebut melibatkan 3 displin ilmu, yaitu pertama ilmu ekonomi klasik, kedua manajemen dan ketiga adalah fisiologi industri dan fisikologi .

Percobaan hawthorne
Di dalam percobaan hawthorne, para peneliti di paksa untuk mempertimbangkan faktor-faktor sosial untuk menjelaskan hasil penelitiannya tersebut.

Penelitian Terhadap Hubungan Antara Manusia Di Dalam Industri
Tema-tema utama dalam penelitian tersebut hubungan antar manusia (humas relation) pada prinsipnya di dasarkan atas hasil-hasil dari percobaan Hawthorne, walaupun dengan tidak mengabaikan hasil-hasil dari berbagai penelitian yang sebelumnya bahkan hasil-hasil penelitian tersebut di jadikan pelengkap bagi penelitian selanjutnya.
 Sasaran utama dari penelitian terhadap hubungan antar manusia iyalah untuk mengetahui struktur dan fungsi kelompok kecil dalam industri dan organisasi industri secara keseluruhan yang selanjutnya untuk mengembangkan suatu karangka analitis dari struktur dan fungsi tersebut untuk suatu konsep interaksi (Homems). Sasarannya ialah untuk mempelajari hubungan antara masyarakat dan industri.
Suatu penelitian yang cukup terkenal telah di lakukan oleh Coch dan French (1948) pada sebuah perusahaan konveksi.

Pengaruh eltonmayo
Sesungguhnya eksperimen hawthorne sendiri pertama kali di populerkan oleh elton mayo, dan interpretasinya terhadap hasil eksperimen tersebut serta terhadap beberapa penelitian lainnya mengenai kelompok-kelompok kerja telah memberikan pengaruh yang cukup besar.
Gagasan-gagasan yang dikembangkan oleh mayo tersebut tidak hanya berlandaskan filosofis dari sosiologi saja. Tetapi juga di pengaruhi teori-teori praktis manajemen dan bahkan mungkin juga dipengaruhi oleh idiologi-idiologi manajemen.
Banyak kritik terhadap pandangan mayo mengenai masyarakat pra-industri. Dikatakan bahwa mayo telah melakukan mis-interpretasi terhadap situasi dan kondisi masyarakat pra-industri, dengan mengatakan bahwa apa yang pernah terjadi di dalam masyarakat pra-industri bisa digunakan sebagai bahan untuk memecahkan persoalan-persoalan yang terjadi disaat ”sekarang”.
Titik pusat dari keterbatasan tersebut adalah terletak di dalam analisasi terhadap penyebab dan karakteristik konflik di dalam industri.
Perhatian mayo terhadap masalah keharmonisan di dalam masyarakat luas palarel dengan kerja sama dan keseimbangan di dalam industri. Tetapi iya gagal secara keseluruhan di dalam memandang fungsi konflik dan tidak berhasil menjelaskan bagaimana jalan keluar untuk mengatasi konflik yang terjadi, kebanyakan kritik yang dilanjarkan terhadap prinsip relation ditujukan terhadap kelemahan-kelemahan baik yang dilakukan oleh mayo maupun yang dilakukan oleh penelitian-penelitian lain yang merupakan penyokong teori humas relationhip.
Penelitian terhadap perilaku para pekerja yang menggunakan prinsip-prinsip sosio-pisikologi ialah bahwa para peneliti mengamati perilaku hubungan antara kelompok pekerja dengan supervisornya didalam suatu lingkungan yang terbatas dan risolasi dari lingkungan masyarakat, juga bahkan dari lingkungan yang lebih luas di dalam organisasi tersebut.
Keterbatasan yang terdapat cara-cara pendekatan  humas relation telah menyebabkan para peneliti mengalami kegagalan di dalam usahanya untuk menjelaskan orientasi nilai-nilai yang terdapat di dalam perilaku pekerja, serta gagal pula menerangkan mengapa timbul suatu kecendrungan serta keinginan mereka untuk menghindarkan konflik serta berbagai perubahan di dalam sistem dan suasana kerja.
Kekurangan lain dari prinsip humas relation iyalah segiteoristis maupun metodologisnya yang sangat lemah. Pendekatan humas relation ditujukan untuk hubungan antara individu di dalam kelompok-kelompok kecil, sehingga analisasinya terhadap organisasi perusahaan sangat terbatas, dan bila ingin diterapkan untuk  tingkatan organisasi secara keseluruhan jelas tidak bisa diterima.

Metode pendekatan humas relation yang terakhir
Dalam teori neo-humas relation manusia tidak hanya di anggap sebagai ”makhlik sosial” yang hanya perlu makan dan minum saja, tetapi di perhatikan pula kebutuhan lainnya seperti ingin di hormati dan ingin menonjolkan diri.
Diakui bahwa pendekatan neo-humas relation ini lebih memadai, baik secara teoristis maupun metodologis, bila dibandingkan dengan humas relation lama .

Pendekatan implikasi teknologi
Salah satu aspek yang banyak di kenal dalam industri tetapi ternyata di abaikan dalam tradisi humas relation adalah teknologi, atau juga disebut juga sebagai sistem dalam pabrik. Teknologi akan memberi pengaruh yang berbeda sesuai dengan tingkat dan tipe teknologi atau sistem produksi yang digunakan.
Seorang ahli sosiologi prancis, teoranie (1992), membedakan tiga tahap perkembangan teknologi yang sama yang di lakukan oleh woodward. Proses yang pertama ialah adanya integrasi sistem pekerjaan, dimana pekerjaan di bagi di dalam sub-sub pekerjaan yang di kerjakan secara tetap oleh satu orang dimana kelompok pekerjaan tersebut terosolasi dari sub-sub pekerjaan lain. Sedangkan proses kedua ialah dengan adanya mekanisasi maka proses produksi akan lebih terintegrasi. Kontradiksi di antara kedua p[roses inilah yang merupakan fenomena dari perkembangan tahap-tahap teknologi di atas.

Sistem sosial – teknologi dan pilihan organisasi
Sistem sosio-teknologi merupakan sistem yang ”terbuka”, berkaitan erat dengan lingkungannya dengan melakukan saling tukar menukar proses tetap cukup ”stabil” terhadap kondisi lingkungannya tersebut.

Pendekatan ”sosial action” dan ”orientations to work”
Akibat dari ketidak mampuan teori implikasi teknologi untuk menjawab pertanyaan tersebut muncullah teori baru yang di harapkan mampu menerangkan permasalahan di atas yang dikenalkan dengan nama “orintation to work”.
            Goldthorpe dan rekan-rekannya mensinyalir bahwa “oritasi terhadap pekerjaan” di luar perusahaan ternyata lebih besar, hal ini di pengaruhi adanya kelebihan tenaga kerja pada masyarakat, dan dalam kondisi demikian para pekerja akan cenderung mempertahankan posisinya di dalam pekerjaan di karenakan banyaknya saingan dari luar. Sikap dan perilaku para pekerja di pengaruhi oleh faktor-faktor di luar pekerjaan tidak hanya di pengaruhi oleh sistem sosial di dalam perusahaan sendiri.

STRATEGI SHOPFLOOR DAN REAKSI TERHADAP PERUSAHAAN

Oleh : R.K Brown

Penjelasan tentang perilaku shopfloor dapat kita mulai dengan membahas terlebih dahulu tentang “perjanjian kerja”.Adapun juga daya tarik yang terkandung dalam suatu jens pekerjaan,pada akhirnya “upah” lah yang akan menjadi tujuan utama bagi seorang pekerja.Hubungan antara majikan dan buruh pada dasarya tidak lebih daripada pertimbangan “saling menguntungkan”[Etzioni 1961,Goldthorpe et al,1968,hal 37-42].Perjanjian yang mengatur hubungan tersebut biasanya berisi tentang hal-hal yang bersifat normative seperti peraturan-peraturan dalam pekerjaan yang harus ditaati oleh kedua belah pihak serta sanksi-sanksinya bila salh satu pihak melakukan pelanggaran.
Baldamus (1961) menyatakan bahwa didalam kasus mengenai para pekerja non skill,upah yang mereka dapatkan hanyalah merupakan konpensasi atau imbalan atas “tenaga” yang merka keluarkan dalam pekerjaan,karena mereka biasanya tidak dituntut untuk memiliki keahlian ataupun pengalaman dalam bidang tertentu.Sehingga bentuk perjanjian kerja pada akhirnya tidak lebih daripada “perjanjian jual beli tenaga”.
Semua pekerja bahkan seorang pekerja yang paling rendahpun dituntut untuk mengetahui dan mengerti tentang aturan – aturan di dalam pekerjaan (Bendix 1974,Jaques 1967).Pengertian tentang aturan tersebut akan memperjelas cara-cara pembagian tanggungjawab sipa yang berhak mengambil keputusan,sipa yang harus melaksanakan keputusan tersebut dan siapa yang bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi keputusan tersebur (Fox 1974).Jaques  (1956) berkata bahwa tingkat tanggungjawab yang dibebankan kepada seseorang dapat diukur,biasanya tingkat tanggungjawab berkaitan dengan besarnya upah yang didapatkan,dan hal tersebut tercantum dalam perjanjian kerja yang telah disetujui oleh kedua belah pihak.

Teknologi dan Pengaruhnya Terhadap Kelompok-Kelompok Kerja
            Work group adalah suatu istilah yang sangat ambivalen.Kita harus memandang “work group” sebagai kelompok jabatan atau pekerjaan yang sama dan sejenissebagai “task group” dan sebagai “sosial group” atau kelompok social dalam industri.Kelompok jabatan atau kategori pekerjaan adalah sekelompok orang yang memiliki pekerjaan yang sama(baik sebgai buruh biasa,juru tulis dan sebagainya),tetapi tidak membentuk suatu kelompok kerja yang khusus (task group).Jadi tidak memiliki suatu jalinan kerjasama yang jelas,Para pekerja yang bersal dari kategori jabatan atau task group yang sama akan membentuk suatu kelompok sosial (informal group) atau sekelompok tertentu yang didasarkan atas persamaan umur,ras,agama,kepercayaan dan ciri-ciri yang lain.
            Kedua,kita harus mengetahui bahwa kita tidak bias mengasumsikan bahwa industry terdiri dari kelompok-kelompok primer (primary group) yang memiliki ikatan yang kokoh diantara para anggotanya.Timperley (1970) telah melakukan penelitian terhadap sejumlah pekerja pada sebuah lapangan terbang baru.Dia melihat bahwa para anggota task group yang ada didalam airport tersebut telah mengembangkan suatu prosedur di luar prosedur yang sebenarnya untuk mendapatkan sejumlah uang “tip” dari masyarakat yang dilayaninya serta merekapun telah membentukaktifita-aktifitas sosial untuk kepentingan mereka beserta keluarganya.Pengaruh lain dari adanya task group adalah memberikan kemampuan kepada mereka untuk melakukan aksi-aksi guna mempertahankan kepentingan mereka kepada pihak manajemen (mampu berperan seperti serikat-serikat buruh).
            Berdarkan wawancara dan data yang didapat dari 300 task group dari berbagai industry di Amerika Serikat,ia membedakan work group tersebut kedalam empat tipe.Setiap tipe work group tersebut memiliki cirri perilaku yang boleh dikatakan selalu tetap.walaupun seandainya susunan personalnya mengalami perubahan.
            Group pertama,disebut “Apathetic Group”(pada umumnya terdiri dari para buruh tak terlatih yang biasanya memiliki tingkat tingkatan tuntutan yang rendah,tanpa memiliki pola kepemimpinan yang jelas dan kurang memiliki rasa kohesi kelompok,tidak memiliki tingkatan posisi,bersifat sangat kooperatif dengan pihak manajemen dan hanya memegang peranan kecil dalam kegiatan serikat buruh.
            Group kedua ialah “Erratic Group”(biasanya terdapat anatar para pekerja industri perakitan mobil).Yang termasuk dalam tipe ini biasanya kelompok-kelompok yang sering mengajukan tuntutan terhadap perusahaan tetapi sering tidak memiliki control tidak konsistendalam mencapai tujuan.Para anggota dalam group tipe ini yang memiliki perasaan tidak puas terhadap pihak manajemen banyak diantara mereka ikut serta berperan aktif didalam kegiatab organisasi serikat buruh.
            Group ketiga,yaitu “Strategi Group” (biasanya pekerja-pekerja yang memiliki posisi kunci dalam pekerjaan).Group ini memiliki tingkat tuntutan yang relative tinggi jika dibandingkan dengan kedua group lainnya.
            Group keempat,yang merupakan paling stabil disebut “Conservative Group” (yang tersmasuk dalam group ini biasanya terdiri dari orang yang memiliki posisi-posisi kunci dalam perusahaan).

Respon Para Pekerja Terhadap Suatu Sistem Penggajian
            Salah satu bentuk dari pembayaran upah ialah dengan menggunakan system uangdengan intensif.Jika gaji pegawai dihubungkan dengan tingkat produksi,biasanya dalam bentuk bonus,maka kondisi ketidakmenentuan dalam hubungan antara pekerjaan dan upah akan hilang atau dengan kata lain pihak buruh ataupun pihak perusahaan bias mengaitkan tingkat upah secara langsung dengab prestasi kerja.Jikalau seorang buruh bekerja lebih keras dan mampu menghasilkan produksi yang lebih tinggi,dia akan menerima gaji yang lebih tinggi.Dari segi perusahaan cara ini cukup menguntungkan,tetapi karena terjadinya persaingan yang kerasanatr buruh,maka orang yang tidak bias mencapai prestasi yang baik mungkin akan tergeser dan keluar dari perusahaan.
            Para peneliti Hawthorne dalam penelitiannya diruangan bank wiring,melihat tingkat produksi yang relatif rendah yang sebetulnya bukanlah suatu hal yang bar,tetapi ketika mereka membandingkannya dengan pekerja dibagian perakitan yang diberikan uang insentif,diambil kesimpulan bahwa uang insentif akan meningkatkan output.
            Berlainan dengan yang dilakukan oleh Roy (1952,1953,1954) dia menekankan pentingnya rasionalisasi pekerja dalam engineering workshop,dia menganjurkan agar jumlah tenaga kerja untuk mengoperasikan “fiddles” sebaiknya selalu disesuaikan dengan kondisi ekonomi dan sosial.
            Mungkin penelitian yang paling baik untuk menerangkan fenomena diatas ialah penelitian yang dilakukan oleh Luptor (1963)terhadap sejumlah pekerja di dua buah workshop.Dia mengatakan bahwa tidak hanya masalah organisasi untuk menerangkan kontradiksi dari dua perilaku kelompok pekerja tetapi juga harus ditimbangkan factor-faktor eksternal yang berada diluar pabrik atau perusahaan.Kedua kelompok kerja pada kedua workshop yang diteliti oleh Lupton,mendapatkan pembayaran dengan system uang intensif.Tetapi ternyata para pekerja di workshop perakitan sama sekali tidak memberikan respon seperti yang diharapkan pihak manajemen.
Tawar-Menawar
            Kebanyakan aktifitas dalam workshop sama sekali tidak dihiraukan oleh organisasi serikat buruh.Untuk menjaga dan mempertahankan kepentinganny,para pekerja membentuk suatu organisasi yang dikenal dengan nama organisasi Shop Steward.Organisasi ini bersifat independen dan memiliki pengaruh besar terhadap segala tindakan yang terjadi didalam workshop.
Ada beberapa alasan yang menyebabkan semakin meningkatnya peranan dan posisi organisasi Shop Steward.Alasan pertama,ialah dorongan untuk menonjolkan kepentingan mereka yang sebagian disebabkan karena dalam berbagai perundingan mengenai ketenagakerjaan didalam industry.Alasan kedua ialah kesempatan yang membantu timbulnya organisasi shop steward  adalah semakin banyaknya jumlah dan membesarnya ukuran workshop dan semakin terbukanya sikap trade union dalam menerima mereka.Alasan ketiga,adalah adanya tekanan terhadap workshop untuk mengendalikan dan mempengaruhi para pekerja biasa,dikarenakan oleh semakin besarnya ukuran perusahaan dan semakin birokratiknya system organisasi baik dalam perusahaan maupun dalam trade union.
            Kekuatan organisasi shop steward ini terutama dikarenakan bahwa para anggotanya adalah kepala dari masing masing workshopnya,walaupun posisi mereka sebagai wakil trade union secara keseluruhan merupakan hal yang penting pula (saat ini organisasi shop steward diakui sebagai bagian dari trade union)
MANAJEMEN
Oleh : J. Child
Manajemen di dalam struktur sosial
Suatu pertanyaan mengenai bagaimana para manajer menempatkan dirinya di dalam sistem pekerjaan dan stratifikasi di dalam masyarakat industri modern telah menjadi topik utama di dalam berbagai perdebatan sosiologi. Tidak hanya jumlah orang yang menduduki posisi manjer meningkat tetapi juga adanya berbagai perkembangan yang menunjukan bahwa masalah-masalah manjemen telah berkembang baik dalam dunia bisnis maupun dalam pekerjaan lainnya. Lebih khusus lagi sistem manajemen telah telah cenderung semakin memisahkan para pemilik perusahaan dengan para pekerja. Hal semacam itu tidak diekspresikan dengan suatu konsep pemisahan kekuasaan pemilihan dengan sistem kontrol yang berarti pemindahan kekuasaan eksekutif dari tangan para pemilik perusaahaan yang tidak profesional ke tangan para manajer profesional. Perubahan tersebut mendorong para manajer baru tersebut untuk membentuk suatu identitas sosial, motivasi dan goal yang khas.(Child 1969 a Chafter III, Stainworth dan Giddens, 1974). Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya konsep tersebut ialah semakin berkembangnya teknologi serta mendorong perusahaan melakukan intensifikasi modal. Untuk mengimbangi perkembangan teknologi tersebut, industri terpaksa menggunakan para manajer yang memiliki kemampuan profesional dalam bidang teknologi dan administrasi modern.
Manajer adalah suatu kelompok sosial yang memiliki identitas tersendiri di dalam suatu masyarakat bahkan dalam masyarakat internasional. Manajerialisme mengemukakan bahwa untuk menjelaskan masalah kedudukan manajer dalam struktur sosial masyarakat industri diperlukan suatu asumsi pemisahan fungsional diantara pihak manajer dan pihak pemilik perusahaan. Ciri khas lain yang menyebabkan posisi manajer dalam masyarakat industri menjadi unik ialah adanya kemampuan dalam bidang manajemen yang mereka miliki untuk menjalankan kebijaksanaannya walaupun berlawanan dengan kepentingan perusahaan.
Berbagai variasi dalam orientasi manajerial
Sosiologi mengklasifikasikan kelompok manajer berdasarkan beberapa faktor berikut yaitu sistem-sistem nilai budayanya, tingkat pendidikan, keahlian dan profesionalnya, serta posisi ddan relasinya dalam perusahaan. Faktor- faktor tersebut akan mempengaruhi orientasi dan perilaku seorang manajer dalam perusahaan. Jika ada perbedaan latar belakang sosial dan budaya antara seorang manajer dengan manajer lainnya, orientasi perilaku mereka pun akan berbeda pula.
Orientasi seorang manajer akan merefleksikan nilai-nilai yang dianut masyarakat dimana manajer tersebut berada. Ia juga akan merefleksikan posisinya yang khas dalam masyarakat dengan bentuk keanggotaannya serta jabatannya yang khas pula. Perbedaan di dalam sikap dan pandangan hidup yang dipegang oleh seorang manajer dengan manajer lainnya di dalam pekerjaan dan jabatan yang berbeda telah menjadi bahan penelitian yang menarik bagi para peneliti sosiologi. Orientasi manajerial sangat bervariasi dengan spesialisasi dan posisi masing-masing manajer atau kelompok manajer.
Secara singkatnya orientasi manajer sangat bervariasi dan bersifat mencabang, hal ini dikarenakan :
1.      Adanya berbagai perbedaan dalam jumlah populasi manajer pada satu masyarakat dengan masyarakat lainnya.
2.      Di dalam masyarakat sendiri terdapat suatu variasi dalam perbedaan kelompok-kelompok kerja/jabatan atau lebih jelasnya sifat dari suatu perbedaan kerja lainnya sangat bervariasi.
Tingkah laku manajer
Perilaku seorang manajer di dalam menjalankan suatu peran akan merupakan suatu fungsi orientasi pribadi secara umum maupun funsi peranannya yang dibentuk melalui orang-orang lain yang berinteraksi dengannya. Dengan alasan tersebut maka keseragaman orientasi manajer yang bersama-sama dengan kesempatan untuk mengejar tujuan bisa dibentuk kompleksitas struktur organisasi modern berskala besar.
Burn dan Stalker pada tahun 1961, mengatakan bahwa usaha untuk mengejar status dan tujuan-tujuan pribadi dengan berbagai taktik dan perjuangan keras akan merupakan suatu sentral dari perilaku yang ada dalam organisasi. Usaha untuk mengejar tujuan tersebut bisa diwujudkan dalam bentuk pembuatan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian suatu pekerjaan yang berhubungan erat dengan tujuannya. Dalam proses pengambilan keputusan unsur-unsur politik yang bersama-sama dengan kepentingan dan tujuan pribadi atau suatu kelompok sering mempengaruhi suatu keputusan yang dikeluarkan. Pengaruh politik yang disusupkan kedalam proses pengambilan keputusan sering menghambat terbentuknya keputusan final sehingga dibutuhkan waktu perundingan yang lama untuk menghasilkan keputusan tersebut. Unsur-unsur politik pun menjadi sumber berbagai konflik diantara para manajer  yang sering mempengaruhi jalannya perusahaan.
Konflik yang terjadi diantara manajer berasal dari berbagai sumber, yaitu:
1.      Adanya pertentangan fundamental mengenai norma-norma dan orientasi diantara mereka
2.      Adanya akibat dari taktik dan strategi masing-masing manajer untuk mengejar karier dan status
3.      Adanya ketimpangan komunikasi akibat adanya kelemahan struktur organisasi
4.      Adanya ketidakmampuan salah seorang manajer dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang dibebankan pada manajer lain.
ORGANISASI KELOMPOK KEPENTINGAN
Oleh : S. R. Parker
Serikat Buruh Dan Organisasi Profesional
Tipe-tipe Kelompok Kepentingan
Kelompok kepentingan adalah kelompok sekunder yang berasosiasi dengan organisasi perusahaan dan struktur kekeuasaan. Berkaitan dengan struktur dan bentuk suatu organisasi perusahaan, kelompok kepentingan memiliki suatu program atau tata cara tertentu yang terwujud dalam berbagai aktivitas untuk mengamati dan menengahi berbagai kelompok dalam perusahaan. Berbagai kelompok yang ada dalam berbagai industri yaitu organisasi serikat buruh atau Trade Union dan organisasi profesional di pihak buruh dan organisasi pengusaha di pihak majikan. Kedua belah pihak merupakan salah satu pembentuk struktur hubungan sosial.
Problema utama yang dihadapi oleh Trade Union ialah perjuangan untuk menghadapi sikap dan perlakuan pihak majikan yang dirasakan kurangan adil. Problema lainnya ialah usaha mereka untuk memiliki pengaruh politik terhadap kebijaksanaan ekonomi pada tingkat nasional dan kesulian-kesulitan memperoleh dana. Fungsi utama serikat buruh ialah untuk mengadakan perundingan dengan pihak majikan mengenai tingkat upah dan kondisi kerja pada perusahaan.
Profesional association ialah organisasi yang para anggotanya memiliki profesi tertentu. Fungsi organisasi profesional bermacam-macam meliputi :
1.      Memberi hak pada anggota-anggotanya untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu
2.      Bertindak sebagai suatu kelompok yang melakukan studi tentang suatu masalah
3.      Menetapkan aturan-aturan atau kode etik yang harus diataati oleh anggota-anggotanya
4.      Melindungi hak-hak dan kepentingan anggotanya serta meningkatkan status mereka.
Problem utama yang dihadapi oleh organisasi profesional ialah meliputi pemeliharaan pembentukan suatu hubungan harmonis antara profesi dengan masyarakat, kontrol sosial terhadap anggotanya, penyesuaian diri terhadap perubahan dalam hubungan tradisional antara anggotanya dengan masing-masing kliennya dan usaha penyelesaian mengenai konflik yang terjadi didalam tubuh organisasi.
Serikat Buruh dan Partisipasinya
Beberapa dari problema utama yang mendapat perhatian adalah bahwa trade union sebagai instrument yang menyebabkan suatu perubahan sosial, klasifikasi dari trade unions, faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi anggota dalam trade unions dan berbagai maslah dalam pelaksanaan demokrasi di dalamnya.
Banks (1974, hal 53) telah mengemukakan teori determinist dan  voluntaris yang membahas trade union sebagai perangkat perubahan sosial. Konsep determinist menyatakan bahwa aktivitas atau kegiatan trade union tidak lebih daripada suatu respon atau tanggapan terhadap masalah mendasar dalam bidang ekonomi, politik dan sosial yang terjadi diluar tubuh organisasi trade union. Konsep voluntaristi mengatakan bahwa sikap militan trade union adalah faktor penyebab meningkatnya kesejahteraan ekonomi kaum buruh.
Masalah kedua adalah masalah klasifikasi trade union. Sebelumnya ada suatu klasifikasi tradisional yang didasarkan atas kombinasi dari tipe skill dengan basis organisasi, yaitu meliputi :
1.      Craft Union yaitu suatu tipe trade union yang paling tua dan terdiri dari sekelompok pekerja yang memiliki jenis pekerjaan yang sama
2.      Industri Union, meliputi semua pekerja baik ahli maupun yang tidak ahli di dalam sebuah industri
3.      General union, organisasi ini memeiliki banyak anggota pada beberapa buah perusahaan industri dan sering merupakan bentuk gabungan dari beberapa union yang kecil-kecil.
Masalah ketiga adalah maslah demokrasi dalam trade union. Masalah ini berkaitan dengan sikap acuh tak acuh para anggotanya terhadap trade union. Tingkat keacuhan anggota bervariasi tergantung pada jenis serikatnya, suatu bukti yang menguatkan hal tersebut ialah begitu rendahnya prestasi anggota union yang ikut dalam pemilihan para pengurus organisasi trade union.
Industrial Relations
Pendekatan Terhadap Subjek
Istilah industrial relation memiliki arti ganda, pertama mengacu pada hubungan diantara manjer dengan pekerja bawahannya baik dalam ruang lingkup perusahaan maupun dalam lingkungan masyarakat luas, kedua menunjuk pada suatu hubungan kolektif serikat buruh dengan pengusaha. Industri relation system adalah suatu norma yang bisa muncul dalam berbagai bentuk seperti aturan-aturan dalam trade unions, persetujuan atau perjanjian bersama, konvensi masyarakat, keputusan manajer dan berbagai tindakan kebiasaan yang dianggap sudah umum.(Flanders, 1965 hal 10). Margarishmengatakan bahwa industrial relations adalah suatau medan studi yang cukup kompleks yang memerlukan dasar-dasar pengetahuan mengenai perilaku industri berikut unsur-unsurnya.
Model perilaku untuk menganlisa sebab-sebab munculnya konflik di dalam sistem sosial industri dengan variabel utama ialah :
1.      Objectives meliputi organisasi perusahaan, manajeman, pekerja dan imbalan material.
2.      Situasion meliputi sistem sosial, organisasi, teknologi, berbagai tugas atau materi pekerjaan.
3.      Interaction, meliputi berbagai bentuk interaksi antara pekerjaan, organisasi dan struktur-strukturnya serta hubungan antara peran dan kekeusaan.
4.      Konflik.
Blain dan Gennard pada tahun 1970 mengatakan ada tiga macam teori tentang industrial relations yang saling berkompetisi satu sama lain, teori tersebu ialah system models, oxford approach dan industrial sociology approac
Penentuan Produktivitas
Suatu perkembangan penting dalam sistem perundingan kolektif antara pihak manajemen dengan trade union pada tahun 1960an adalah adanya kemauan bersama untuk melakukan perundingan di dalam menentukan tingkat produktivitas, ini adalah suatu perundingan mengenai tingkat upah dimana pihak buruh melalui para wakilnya dalam trade union bersedia menerima perubahan-perubahan metode kerja guna meningkatkan tingkat produktivitas tetapi sebagai imbalannya mereka menghendaki kenaikan upah.
Konflik Industri
Menurut Scott dan rekan- rekannya, pemogokan adalah bagian dari konflik industri. Mereka menganalisis konflik menjadi dua jenis konflik yaitu:
1.      Basic conflik : konflik yang terjadi jika suatu kelompok merasa bahwa imbalan yang mereka dapatkan tidak sesuai dengan yang seharusnya.
2.      Procedural conflict : konflik ini muncul jika ada perbedaan pendapat mengenai persyaratan upah dan kondisi kerja
Margerison pada tahun 1968 menganalisa tipe-tipe konflik sebagai berikut:
1.      Distributive conflict, menggambarkan adanya suatu permasalahan diantara kelompok yang ada dalam perusahaan
2.      Structural confict menggambarkan adanya permaslahan yang disebabkan oleh maksud pihak manajemen untuk mengadakan restrukturisasi
3.      Human relations conflict berkaitan erat dengan sikap pemimpin dalam mengatasi berbagai pertentangan pribadi dalam tubuh organisasi perusahaan.
Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kecenderungan tinggi untuk melancarkan pemogokan ialah masyarakat industri bersifat tunggal, adanya sedikit perbedaan dalam tingkat jabatan, lalu kelompok yang ada dalam perusahaan tersebut secara geografis maupun secara sosial terisolasi dari lingkungan masyarakat luas serta danya suatu ikatan yang kuat dalam kelompok tersebut. Penyebab utama yang paling nyata kecenderungan untuk melakukan pemogokan ialah bagaimana para buruh memegang peranan sosial sesuai fungsi dan hak-hak mereka. Menurut Hyman (1972, hal 131), pemogokan adalah suatu pengunduran diri dari situasi kerja, suatu gambaran dari suatu sikap agresif dan usaha  yang penuh perhitungan untuk mengadakan perubahan didalam situasi atau bentuk hubungan kerja.
PEKERJAAN, PERUBAHAN DAN KONSEKUENSI-KONSEKUENSINYA
Oleh S. R. Parker
 Kekuatan Buruh
Kekuatan buruh terdiri dari tiga kategori pekerja yaitu mereka yang telah bekerja; mereka yang terdaftar siap untuk bekerja ; dan terakhir adalah mereka yang siap bekerja tetapi tidak terdaftar. Propinsi kekuatan buruh di dalam total populasi penduduk cukup penting, karena keseimbangan diantara kelompok buruh dengan kelompok-kelompok lain dalam populasi harus didukung oleh populasi tenaga kerja. Ada tiga faktor  yang menyebabkan perlunya memepertahankan keseimbangan antara populasi pekerja dengan kelompok-kelompok lain dalam populasi yaitu :
1.      Ditingkatkannya batas umur seorag anak untuk wajib sekolah sampai umur 16 tahun pada tahun 1972
2.      Diturunkannya batas umur untuk pensiun
3.      Harapan hidup yang lebih lama setelah pensiun



Mobilitas
Mobilitas buruh umumnya menunjukan suatu perpindahan para pekerja. Perpindahan ini meliputi 6 jenis yaitu:
1.      Ke dalam atau ke luar dari kekuatan buruh
2.      Perubahan dalam isi pekerjaan
3.      Perubahan atau pergantian majikan
4.      Perubahan dalam pekerjaan atau juga dalam ketempilan yang digunakan
5.      Perubahan dalam industri atau dalam teknik-teknik yang digunakan
6.      Perubahan geografis dalam tempat kerja
Kelebihan Tenaga Kerja
Kelebihan tenaga kerja sering dijadikan suatu alasan resmi bagi para pemilik perusahaan untuk memecat atau memberhentikan dengan hormat sejumlah para pekerjanya. Martin dan Fryer (1973) menganalisa situasi kelebihan tenaga kerja dari suatu persfektif perilaku sosial, dengan menghubungkan struktur masyarakat dan perusahaan dimana situasi itu terjadi. Dalam hal khusus para pekerja menginterpretasikan dunia kerja secara tradisional yaitu suatu dunia yang peraturan-peraturannya harus diterima dan ditaati serta dimana semua aspirasi harus dibatasi. Tetap dalam suatu kasus dimana terjadi pemutusan hubungan kerja dikarenakan kelebihan tenaga kerja maka akan timbul suatu reaksi yang cukup revolusioner (Branner et al, 1976, hal 15)
Peranan Pekerjaan
Ruang lingkup dan daya serap peranan jabatan merupakan suatu aspek yang cukup penting dalam sosiologi pekerjaan. Peranan adalah suatu pengenal atau ciri kewajiban yang dimainkan oleh seorang individu dalam suatu organisasi sosial. Sedangkan daya serap adalah suatu petunjuk dari tingkat penetrasi suatu peran di dalam peran-peran yang lain. Semakin tinggi status suatu pekerjaan semakin banyak dan semakin spesifik elemen-elemen peranan yang ada di dalmnya.


Korelasi Keanggotaan Dalam Pekerjaan
Korelasi keanggotaan dalam pekerjaan  atau occupational membership memiliki suatu efek daya serap terhadap dimensi dan kualitas kehidupan individu. Salah satu bentuk korelasi yang cukup kompleks adalah keseragaman sosial.
Proses Profesionalisasi
Pedoman untuk memahami  suatu proses profesionalisasi adalah suatu profesional membership yang digunakan oleh individu atau kelompok yang bertujuan mencapai atau melanjutkan kepentingan mereka. Anggota-anggota individual dari suatu kelompok profesional dapat menggunakan dan memanfaatkan organisasi profesional sebagai alat untuk berunding dengan pihak majikan atau para pemilik perusahaan. Johnson berpendapat bahwa profesi bukanlah suatu jabatan tetapi suatu kontrol tehadap suatu jabatan. Selanjutnya suatu kekeuatan bersammadigunakan oleh para anggota asosiasi profesional untuk mengadakan rangkaian perubahan besar dalam struktur kelas di dalam masyarakat industri.
Kehidupan Kerja Yang Lebih Baik
Kahn mendefinisikan memanusiakan pekerjaan secara singkat yaitu sebagai suatu proses untuk menjadikan suatu pekerjaan menjadi lebih layak dan lebih cocok untuk dilaksanakan oleh seorang dewasa serta tidak membosankan dan tidak menimbulkan keputusan secara fisisk maupun mental bagi orang yang melaksanakannya.
Dellamote dan walker melihat adanya beberapa pikiran yang membantu proses memanusiakan pekerjaan yaitu:
1.      Kebutuahan untuk melindungi para pekerja terhadap bahaya yang mengancam kesehatan dan keamanannya
2.      Suatu pemikiran bahwa para pekerja berhak melakukan perundingan dengan pihak majikan mengenai tingkat upah dan kondisi kerja dan standar kehidupan yang memadai
3.       Perlindungan terhadap pekerja dari resiko pemecatan sewenang-wenang.
4.      Perlindungan terhadap para pekerja dari tingkatan sewenang-wenang pihak majikan
5.      Kebutuhan para pekerja untuk mendapatkan suatu pekerjaan yang berarti dan memuaskan dirinya
6.      Kebutuhan para pekerja untuk ikut berpartisipasi di dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka.
KETERLIBATAN DALAM PEKERJAAN DAN ALTERNATIF – ALTERNATIFNYA
Oleh : S.R. Parker
Keterlibatan Dan Alienasi Dengan Pekerjaan
Suatu keterlibatan bisa dipandang dari tiga aspek yaitu:
1.      Alasan seseorang untuk mengerjakan pekerjaan tersebut, baik berupa uang, upah dan sebagainya
2.      Tujuan pekerjaan tersebut
3.      Sikap terhadap pekerjaan baik berupa kecenderungan untuk melakukan identifikasi diri terhadap pekerjaan ataupun kecenderungan untuk meregangkan diri.
Ada beberapa cara untuk membuat suatu ikatan antara seorang pekerja dengan pekerjaannya. Dubin telah membuat suatu ringkasan dari sumber yang akan membentuk hubungan tersebut yaitu:
1.      Sistem Lingkungan Kerja; dari pekerjanya, kelompok-kelompok kerja, perusahaan, organisasi serikat buruh, craft profesion, industri
2.      Objek-objek pada tempat kerja dan kondisi pekerja ; teknologi, produk, rutin, otonomi, peralatan kerja.
3.      Sistem pembayaran : uang, pendapatan sambilan, kekuasaan, status dan karir
Suatu sumbangan yang penting untuk memahami watak dan korelasi peregangan pekerjaan telah diberikan oleh Blaur-ner pada tahun  1964 yang menjelaskan mengenai peregangan dalam empat jenis situasi kerja. Peregangan adalah suatu fungsi dari suatu jenis industri dimana orang-orang bekerja. Dimensi peregangan meliputi:
1.      Powerlessness yaitu tidak adanya kemampuan untuk mengontrol proses kerja
2.      Meaningless yaitu tidak adanya kemampuan untuk mengintegrasikan semua aspek dalam masyarkat industri
3.      Isolation yaitu tidak adanya kemampuan untuk mengintegrasikan semua aspek dalam masyarakat industri
4.      Self- estrangement yaitu kegagalan untuk melibatkan diri dalam pekerjaan sebagai cara untuk mengekspresikan diri
Partisipasi Dan Demokrasi Industri
Suatu cara untuk mendorong para pekerja melibatkan diri kedalam pekerjaan dan organisasi kerjanya ialah dengan memberikan kesempatan bagi mereka untuk ikut berpartisipasi di dalam proses pengambilan keputusan
Usaha-usaha untuk meningkatkan partisipasi para pekerja dalam manajemen dapat dilakukan dengan cara-cara berikut seperti yang telah disusun oleh Walker
1.      Memelihara dan meningkatkan interest para pekerja
2.      Demokrasi di dalam perusahaan
3.      Mengurangi keregangan dan Meningkatkan Keterlibatan
4.      Mengefektifkan Penggunaan sumber-sumber manusia dalam perusahaan
5.      Himbauan untuk membentuk sikap kerjasama dan untuk mengurangi konflik
6.      Tanggungjawab sosial terhadap perusahaan
Alternatif Waktu Istirahat
Suatu alternatif yang mungkin dapat meningkatkan keterlibatan para pekerja ialah dengan memperhatikan aspek-aspek kehidupan keluarganya atau liesure (waktu luang). Banyak orang yang memiliki sedikit atau banyak involvement potential (potensi untuk melibatkan diri) yang mereka tanamkan kedalam kegiatan-kegiatan lain diluar pekerjaannya. Dari hasil penelitian ada suatu bentuk alternatif dari hubungan antara pekerjaan dengan waktu luang dan dalam hal demikian kebanyakan orang akan memilih suatu ekerjaan yang bisa disesuaikan dengan kegiatan diluar pekerjaannya dimana mereka mampu melibatkan diri secara aktif didalam dua kegistan tersebut.


SIKAP SUBJEKTIF DALAM PEKERJAAN
Oleh : S. R. Parker
Ideologi Kerja
Fox menyatakan bahwa ideologi adalah suatu sumber yang menyebabkan terjadinya pertarungan perebutan kekuasaan. Ideologi akan membentuk perasaan, pikiran sikap dan tindakan seseorang yang akan berbeda satu sama lain  tergantung kepada ideologi yang dianutnya. Bendix pada tahun 1974 memperkenalkan manajerial ideology yang dikembangkan untuk menjelaskan kekuatan manajemen yang berlandaskan nilai-nilai budaya.
Tetapi pada umumnya teori manajerial ideology menekankan suatu konsep tunggal dari organisasi. Ada dua kutub ideologi yang ada dikalangan pekerja. Pertama adalah ideologi yang dipegang oleh asosiasi staf white collar dimana ideologi tersebut hampir tidak dapat dibedakan dengan ideologi yang dianut oleh para manajer sehingga mereka cenderung bekerjasama dengan pihak manajer. Kedua, ialah ideologi yang mengambil sikap oposisi dan banyak menetang kebijaksanaan-kebijaksanaan manajemen serta selalu menghimbau solideritas para pekerja diantara kedua kutub itu terdapat suatu union atau kelompok pekerja sebagai suatu organisasi ideologi yang menerima eksistensi dan kebijksanaan dari pihak manajemen berdasarkan sistem kontrol.
Nilai-nilai Kerja
Kebanyakan penelitian terhadap nilai-nilai kerja selalu berkaitan dengan masalah bagaimana nilai-nilai tersebut diinternalisasikan selama proses pemilihan dan latihan kerja. Lyman pada tahun 1955 telah membandingkan dua kelompok besar pekerja White Collar dan kelompok pekerja Blue Collar di dalam hal nilai-nilai kerja yang masing-masing mereka anut. Dia menyimpulkan bahwa kelompok pekerja White Collar lebih menekannkan dirinya terhadap watak dan nilai kebebasan  suatu pekerjaan dan kelompok pekerja Blue Collar tidak begitu memperhatikan watak suatu pekerjaan tetapi lebih mementingkan besarnya imbalan ekonomi yang akan mereka dapatkan lalu kondisi kerja serta cenderung menyukai pekerjaan yang bersih
Sikap Dalam Bekerja
Siakap kerja merupakan tindakan orang-orang di dalam bekerja yang mencerminkan nilai-nilai tertentu. Istilah orientasi diartikan sama dengan sikap yaitu suatu kesiapan bereaksi menanggapi berbagai aspek pekerjaan yang berkaitan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pekerjaan tersebut.
Sikap kelompok profesional memiliki sikap yang memiliki ciri kosmopolitan yang cenderung mempunyai tingkat kesetiaan yang relatif rendah terhadap organisasi dimana mereka bekerja, tetapi memiliki keterikatan yang sangat tinggi terhadap peran keterampilan dan terhadap kelompok refencenya sedangkan kelompok birokrat memperlihatkan loyalitas yang tinggi terhadap organisasi kerjanya, komitmen yang rendah terhadap maslah keterampilan serta bersifat intergroup reference. Sikap kerja para klerk mencerminkan situasi kerja mereka yang bervariasi serta aplikasi dari kelas sosial mereka.
Motivasi Kerja
Ada suatu hubungan antara motivasi kerja dengan kepuasan kerja. Faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk bekerja merupakan harapan untuk membentuk kepuasan dalam bekerja.
Kepuasan Kerja
Faktor-faktor situsi khusus yang berpengaruh terhadap tingkat kepuasan kerja dan interaksi sosial merupakan hal yang cukup penting. Kebebasan dalam situasi kerja yaitu kebebasan untuk membuat keputusan serta mengambil tanggung jawab memiliki hubungan pasif dengan kepuasan cara-cara supervisi dan kepemimpinan serta konsultasi yang dilakukan antara pihak pimpinan dengan pihak bawahan dalam melakukan perubahan mengenai proses kerja, sangat membantu terbentuknya rasa kepuasan dalam bekerja. Pada umumnya pekerjaan dimana para pekerjanya merasa bahwa dirinya ikut melibatkan dalam berbagai aspek dari pekerjaan tersebut akan memberikan rasa kepuasan yang lebih tinggi. Selain itu tingkat sosial  serta status yang tinggi berhubungan pula dengan kepuasan.


MASALAH PROSEDUR DAN IDENTITAS
Oleh : J. Child
Masalah Prosedur
Suatu pertentangan fundamental dalam sosiologi industri ialah mengenai pertentangan nilai di antara dua kelompok yang keduanya terlibat didalam usaha untuk memecahkan problema yang ada di dalam dunia industri modern setiap grup masing-masing dibentuk untuk melayani kebuuhan suatu klien tertentu.
Action research merupakan suatu diagnosa dari suatu fenomena yang dianggap sebagai suatu masalah oleh sebuah atau beberapa kelompok dalam suatu organisasi atau masyarakat dan kemudian menjadikan fenomena tersebut sebagai variabel-variabel strategis yang diselesaikan dalam suatu perencanaan untuk mengadakan perubahan-perubahan stimulasi.   
Dua sumber yang menjadi perbedaan pendapat atau pertentangan diantara para ahli sosiologi yaitu nilai dan strategi riset yang memberi pengaruh berartiuntuk mencegah suatu perujukan atau pertemuan pendapat cara berpikir kedua kelompok ahli sosiologi industri yang dimaksud.
Masalah Identitas
Teori organizational behavior merupakan metode baru dalam rangka memecahkan masalah-masalah hubungan industri, dimana metode ini menggunakn sejumlah prinsip teoritis dari berbagai disiplin ilmu. Metode ini merupakan suatu konsep terpadu dari beberapa konsep ilmu sosial seperti konsep sosiologi (misalkan konsep status), konsep psikologi (misalkan konsep kepribadian), dan konsep ekonomi (misalkan konsep produk dan konsep pemasaran) Dalam metode ini diambil kesamaan yang ada diantara berbagai disiplin ilmu tersebut sehingga bisa didapatkan suatu keterangan tentang perilaku yang cukup jelas.



SOSIOLOGI INDUSTRI DAN MASYARAKAT INDUSTRI
Oleh : J. Child
Industrialisasi
Pada tahun 1960an beberapa ahli Sosiologi dan beberapa ahli ekonomi telah mengetengahkan suatu pandangan yang cukup komparatif yaitu bahwa masyarakat industri memiliki ideologi-ideologi yang sangat berbeda satu sama lain yang membentuk suatu konvergensi di dalam perilaku serta organisasi sosial yang berbeda pula.Industrialisasi menciptakan suatu kendala struktural terhadap karakteristik ekonomi dan teknologi dan akibatnya semua masyarakat industri maju akan memiliki struktur pekerjaan yang sama, diferensiasi pendapatan dan akan meningkatnya mobilitas sosial serta mereka akan memenuhi berbagai problema dalam masalah perencanaan, pengelolaan ekonomi dan organisasi. Teori konvergensi menolak bahwa masyarakat industri modern akan seperti diatas.
Ada beberapa kecenderungan umum yang ditemukan dalam perkembangan masyarakat-masyarakat industri dan hal ini akan menghasilkan berbagai kesamaan bentuk dalam organisasi-organisasi walaupun mereka menggunakan prinsip-prinsip yang berbeda. Sebagai contoh ada bukti-bukti bahwa dalam semua masyarakat industri akan tumbuh suatu birokrasi walaupun cara-cara pertumbuhan organisasi itu berbeda-beda tergantung pada masyarakat dimana industri itu tumbuh
Birokrasi, Manajerialisme dan Kontrol Politik
Ada sejumlah alasan mengapa kemunculan perusahaan raksasa telah menimbulkan perhatian baik dari para sosiolog maupun masyarakat umum. Alasan yang pertama ialah bahwa perusahaan tersebut telah menciptakan suatu birokrasi yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: kemampuan pengendalian yang cukup canggih kelompok tetapi sering dirasakan tidak manusiawi serta kelihatan seperti terasing. Alasan kedua ialah pertumbuhan perusahaan raksasa tersebut akan menimbulkan suatu problem dalam pengendalian birokrasi yang diciptakannya. Dan alasan terakhir ialah dengan ukurannya yang besar telah timbul masalah dalam hubungannya dengan pihak pemerintah serta konsekuensi dari hubungan tersebut terhadap proses demokrasi.  
Sudah jelas bahwa organisasi-organisasi industri raksasa merupakan suatu gambaran sekumpulan sumber-sumber ekonomi dan ciri-ciri ini akan memberiakan pengaruh yang besar terhadap masyarakat secara keseluruhan. Semakin besar serta semakin terkonsentrasinya organisasi-organisasi perusahaan telah menimbulkan berbagai konsekuensi politik terhadap masyarakat.
Impian Kosong
Kesempatan bagi setiap orang untuk berpartisipasi di dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut dirinya dan kesempatan untuk melibatkan dirinya secara penuh didalam pekerjaan yang pada dasarnya cukup menarik, kini hanyalah menjadi suatu impian bagi mereka. Saat ini ada perhatian yang cukup besar terhadap masalah-masalah kualitas kehidupan, karena adanya kesulitan-kesulitan yang didapatkan dalam usaha meningkatkannya. Suatu kenyataan bahwa fondasi atau kerangka dasar institusional dari masyarakat industri tidak dapat dimodifikasi lagi dan sesungguhnya kerangka tersebut secara terus menerus berkembang kearah berlawanan dengan yang diharapkan. Profesionalisasi merupakan jalan untuk meningkatkan kualitas kehidupan kerja.

D.    ANALISIS BUKU
Berdasarkan hasil bacaan buku Sosiologi Industri karangan S.R. Parker, R. K. Brown, J. Child dan M.A. Smith, buku ini terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama berisi analisa suatu tingkat sistem sosial dan menerangkan hubungan antara industri dengan berbagai sub sistem yang lain atau kelembagaan yang ada dalam masyarakat. Bagian kedua memfokuskan diri pada analisa sosiologi yang berkaitan dengan struktur internal industri dan aturan-aturan yang berlaku bagi setiap individu yang berada dalam struktur tersebut sedangkan bagian ketiga dikemukakan berbagai aturan yang berkaitan dengan struktur organisasi yang merupakan tindakan sosial dari individu dan kelompok.
S. R. Parker dkk mendefinisikan Sosiologi industri sebagai  suatu cabang ilmu sosial yang membahas karakter dan arti dunia kerja serta kehidupan manusia yang terlibat didalamnya. Permasalahan yang berhubungan dengan kegiatan kerjanya tapi juga banyak hal lain yang secara tidak langsung akan mempengaruhi aktivitas kerja dalam industri tersebut. Bagi sebagian besar masyarakat, “kerja” selalu dihubungkan dengan aktivitas industri. Begitu pula dengan A. Dharmawan dalam aspek-aspek sosiologi industri  mendefinisikan sosiologi industri adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan atau mengenal berbagai masalah yang terjadi dalam masyarakat industri. Selanjutnya A. Dharmawan mengemukakan bahwa yang dipelajari oleh sosiologi industri adalah sebagai berikut:
1.         Mempelajari masyarakat industri, berarti mempelajari faktor agama, pekerjaan, keluarga dan adat istiadat
2.      Sumber kekuasaan dan wewenang yang telah terpecah-pecah dalam kehidupan community.
3.      Sosiologi industri mempelajari pula status dan adanya kelas-kelas dalam masyarakat industri
4.      Sosiologi industri juga mempelajari hal-hal yang suci dan yang duniawi
5.      Dalam masyarakat industri seseorang kadang-kadang merasa kehilangan posisinya
Menurut S. R Parker dkk ada tiga aspek yang menjadi objek kajian sosiologi industri yaitu ;
1.   Membahas karakter dan arti dunia kerja serta kehidupan yang terlibat didalamnya.
2.    Faktor internal maupun eksternal dalam industri.
3.    Mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan dunia industri misalkan struktur masyarakat, stratifikasi, pendidikan, keluarga dan kehidupan ekonomi, sosial dan politik
Topik utama yang dikemukakan oleh S. R Parker dkk dalam bagian pertama buku ini meliputi masalah pendidikan, keluarga dan stratifikasinya sebagai subsistem  yang masing-masing berpengaruh dan dipengaruhi oleh industri ini
Parker melihat hubungan antara industri dan sistem pendidikan bersifat timbal-balik, serta memiliki pengaruh besar terhadap tenaga kerja yang telah terlatih atau calon tenaga kerja yang memiliki latar belakang dan tingkat pendidikan yang cukup memadai untuk mendapatkan suatu latihan, dipihak lain industri sendiri mempunyai suatu sub sistem "pendidikan" yang khas, termasuk .kegiatan magang dan berbagai bentuk training. Hal ini sejalan dengan pemikiran A. Dharmawan yang melihat kenyataan bahwa pendidikan disekolah merupakan persiapan guna menempati kedudukan dalam suatu perusahaan sebagai mata pencaharian,. Kebutuhan masyarakat dalam bidang pekerjaan dan usaha membawa pengaruh yang berakibat langsung dalam dunia pendidikan. Pada bidang pendidikan dan bidang pengkursusan, latihan keterampilan dan keahlian secara keseluruhan semua jenis tingkat pendidkan tersebut ikut ambil bagian dalam perusahaan.
Selain pendidikan, baik S. R Parker maupun A. Dharmawan melihat bahwa keluarga pun memegang peranan dalam dunia perusahaan. Keluarga dengan susunannya sebagai sub sistem suatu masyarakat dan perusahaan sebagai organisasi dimana keluarga tersebut memiliki lingkungan kehidupan tersendiri sedangkan perusahaan mengusahakan usahanya dengan bermacam-macam sumber pekerjaan yang diolahnya. Hal-hal yang dibahs pun memiliki banyak kesamaan diantaranya masalah tenaga kerja wanita yang sudah berkeluarga,suami istri yang bekerja, peran suami dan isteri, pola hubungan keluarga dan lain-lain.
Pada bagian kedua buku ini S. R Parker dkk membahas tentang teori organisasi yang merupakan mata rantai diantara analisa sistem organisasi kerja. Aspek- aspek organisasi kerja meliputi organisasi informal, teknologi, strategi pemasaran, struktur manajemen dan beberapa aturan di dalam hubungan-hubungan industri. Hal ini pun diungkapkan pula oleh A. Dharmawan dalam bukunya aspek-aspek sosiologi industri yang membahas tentang organisasi sebagai tema pokok dari masyarakat industri, karena organisasi melatarbelakangi perilaku manusia dewasa yang sedang bermasyarakat. Dalam aktivitasnya organisasi membentuk landasan sendiri yang di sebut organisasi formal. Perwujudan organisasi akan lebih jelas apabila dilengkapi dengan adanya pembagian pekerjaan, pembagian kekuasaan dan segala macam hubungan yang mempunyai satu tanggung jawab. Organsasi dapat diartikan sebagai suatu perkumpulan dengan identitas sendiri yang didalamnya terdapat jenjang kekuasaan dan wewenang memiliki sistem komunikasi dan mempunyai sistem keanggotaan. Hal ini berhungan pula dengan sistem manajemen dalam suatu struktur sosial.
Dalam bagian ketiga, dikemukakan berbagai aturan yang berkaitan dengan struktur organisasi yang merupakan tindakan sosial dari individu dan kelompok. Aturan-aturan tersebut berkaitan pula dengan faktor-faktor kerja dan nonkerja serta berkaitan pula dengan sosiologi jabatan. Sosiologi jabatan meliputi analisa jabatan, perubahannya, dan konsekuensi dari perubahan jabatan tersebut, ruang lingkup pekerjaan dan alternatif-alternatifnya serta berbagai aspek dari pengalaman kerja. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh A. Dharmawan mengenai paranan manajemen dalam masyarakat industri.Manajeman merupakan suatu fenomena dalam masyarakat, munculnya manajer sebagai pemenuh kebutuhan masyarakat industri dimana seorang manajer memiliki ciri-ciri khusus dalam jabatanya serta tingkah laku suatu manajemen.
Kajian sosiologi industri tidak akan terlepas dari industrialsasi dan kehidupan masyarakat industri. Lloyd A. Taylor dalam penelitiannya mengungkapkan terdapat ciri khas positif dari masyarakat industri antara lain:
1.    Mereka selalu terbuka untuk menerima berbagai percobaan atau pengalaman yang baru termasuk tingkah laku
2.    Adanya pergeseran dari segala loyalitas yang disebabkan turunan dan semua penampilan perorangan yang telah diakui masyarakat setempat ke arah pimpinan nasional yang lebih objektif
3.    Percaya kepada ilmu penegtahuan dan ilmu kedokteran
4.    Ambisi perorangan dan anak-anak untuk mencapai tingkat/derajat yang tertinggi dalam bidang pekerjaan melaui pendidikan
5.    Menghargai setiap perencanaan untuk kemajuan
6.    Menaruh perhatian terhadap setiap community affair dan local politics
7.    Tekun terhadap setiap perkembangan nasional dan internasional.
Industrialisasi pada suatu masyarakat berarti adanya pergantian teknik produksi dari cara yang masih tradisional kecara modern. Dalam bidang ekonomi industrialisasi berarti munculnya komplek industri yang besar dimana produksi barang-barang konsumsi dan barang-barang sarana produksi diusahakan secara masal. Munculnya berbagai kompleks industri mengakibatkan lahirnya berbagai organisasi yang serba kompleks guna merencanakan dan menyelenggarakan pengembangan alat-alat produksinya. Industrialisasi yang terjadi dalam masyarakat menyebabkan terjadinya pola perubahan perilaku di lingkungan masyarakat industri tersebut diantaranya:
1.      Kehidupan ekonomi
Perubahan pada pola hidup terutama perilaku secara individual nampak dikalangan masyarakat yang beralih pekerjaan dari sektor pertanian ke sektor industri dengan adnya pabrik-pabrik. Perubahan perilaku akiabat kehidupan ekonomi yang mereka peroleh nampak dari gaya hidup mereka sebelumnya serta keinginan-keinginan dan harapan-harapan yang mereka dapatkan akibat bertambahnya pendapatan yang di peroleh.
2.      Kehidupan Sosial dan budaya
Masyarakat yang semula bersaifat homogen berubah menjadi heterogen karena banyaknya kaum pendatang. Hal ini tercermin dari latar bekang profesi dan kesenian  yang semakin beragam. Selain itu masyarakat pun sangat terbuka terhadap hal-hal yang sifatnya baru.

E.     PENUTUP
Sosiologi industri adalah suatu subjek yang amat penting dan menarik. Kegunaan nya sangat jelas, karena dunia industri dan pola-pola ekonomi serta struktur industri akan membentuk masyarakat, identitas sosial dan gaya hidup serta akan membentuk masyarakat dimana kita hidup. Organisasi sosial, politik dan ekonomi masyarakat industri dan persepsinya akan membentuk interaksi yang kompleks. Pada hakikatnya sosiologi industri lebih menekankan pada perkembangan industri seiring dengan perkembangan masyarakat. Hal ini mengingat antara industri dan masyarakat mempunyai hubungan yang erat, karena adanya industri akan menimbulkan berbagai perubahan sosial dalam masyarakat. Misalnya dengan adanya industri, mata pencaharian hidup masyarakat berubah, dari sektor agraris menjadi sektor industri dengan bekerja sebagai buruh pabrik.

Sosiologi industri mengkaji hubungan antara fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat dengan kegiatan industri. Beberapa materi yang dipelajari antara lain peranan industri dalam perubahan sosial, aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan pokok ekonomi (produksi, distribusi, dan konsumsi), serta hubungan industri dengan berbagai struktur yang ada dalam masyarakat.







Daftar Pustaka
Parker dkk, 1992, Sosiologi Industri, Jakarta : Rineka Cipta
Dharmawan, 1986, Aspek-aspek dalam Sosiologi Industri, Bandung : Binacipta
Maria, Siti, dkk, 1996, Perilaku Masyarakat di Lingkungan Industri Pulogadung, Jakarta : CV. Bupara Nugraha



Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Book Report Sosiologi Pendidikan Abu Ahmadi

RPP 2 Kelompok Sosial