Cara Kerja Ilmuwan



CARA KERJA ILMUWAN
1.      Hakikat Pengetahuan
Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang objek tertentu. Sedangkan ilmu (science) merupkan bagian dari pengetahuan yang diketahui manusia disamping pengetahuan yang lain yaitu seni dan agama.
Setiap pengetahuan mempunyai ciri-ciri specifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistemologi) dan  untuk apa (aksiologi) pengetahuan itu disusun. Ilmu melakukan kajian terhadap alam sebagaimana adanya (das sein) dan terbatas pada lingkup pengalaman empirik manusia. Pengetahuan dikumpulkan oleh ilmu dengan tujuan untuk menjawab permasalahan yang dihadapi manusia dalam kehidupan sehari-hari dan menawarkan berbagai kemudahan kepada manusia, seni mengungkapkan objek penelaahannya pada estetika atau keindahan sedangkan agama merupakan jenis pengetahuan manusia yang mengkaji bidang transendental.
2.      Kemampuan Manusia Mengembangkan pengetahuan
Manusia adalah satu-satunya makhluk yang dapat mengembangkan pengetahuannya karena manusia memiliki kemampuan menalar yaitu suatu proses berpikir dalam menarik kesimpulan yang berupa pengetahuan. Terdapat dua hal utama mengapa manusia dapat mengembangkan pengetahuannya. Pertama, manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua, kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu.
3.      Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatka pengetahuan. Menurut T.H Huxley dalam bukunya The Method of Science Investigation, Science: Method and Meaning menemukakan bahwa metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerjanya pikiran. Metode ilmiah merupakan cara berpikir gabungan antara deduktif dan induktif. Berpikir deduktif memberikan sifat rasional kepada pengetahuan ilmiah yang dibangunnya dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikumpulkan sebelumnya. Cara berpikir induktif berdasarkan pada kriteria kebenaran korespondensi. Teori korespondensi menyebutkn bahwa suatu pernyataan dianggap benar sekiranya materi yang terkandung dalam pernyataan itu bersesuaian (berkorespondensi) dengan objek faktual yang dituju oleh pernyataan itu.
Teori merupakan penjelasan rasional yang berkesesuaian dengan objek yang dijelaskannya. Teori ilmiah harus memenuhi dua syarat utama yaitu (a) harus konsisten dengan teori-teori sebelumnya yang memungkinkan tidak terjadinya kontradiksi dalam teori keilmuan secara keseluruhan dan (b) harus cocok dengan fakta-fakta empirik, sebab teori bagaimnapun konsistennya jika tidak didukung oleh pengujian empirik tidak dapat diterima kebenarannya secara ilmiah.
Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap permasalahan yang sering kita hadapi. Hipotesis berfungsi sebagai penunjuk jalan yang memungkinkan kita untuk mendapat jawaban. Hipotesis pada dasarnya disusun secara deduktif dengan mengambil premis-premis dari pengetahuan ilmiah yang sudah diketahui sebelumnya.
Kerangka berpikir ilmiah yang berintikan proses logiko-hipotetiko-verifikatif pada dasarnya terdiri atas langkah-langkah sebgagai berikut:
1.      Perumusan masalah, yang merupakan pertanyaan mengenai objek empirik yang jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait didalamnya
2.      Penyusunan kerangka berpikir,  merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan antara berbagai faktor yang saling terkait dan membentuk konstelasi permasalahan
3.      Perumusan hipotesis, merupakan jawaban sementara atau dugaaan jawaban pertanyaan yang diajukan materinya berupa kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan
4.      Pengujian hipotesis, merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak
5.      Penarikan kesimpulan, merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajuakan tersebut ditolak atau diterima
Pengetahuan yang diproses menurut langkah-langkah metode ilmiah atau melalui proses ilmiah merupakan pengetahuan yang memenuhi syarat-syarat keilmuan, dengan demikian dapat dikategorikan sebagai pengetahuan ilmiah atau ilmu.
Pada hakekatnya pengetahuan ilmiah atau ilmu mempunyai tiga fungsi yaitu menjelaskan, meramalkan dan mengontrol. Penjelasan keilmuan memungkinkan kita meramal apa yang akan terjadi dan berdasarkan ramalan tersebut kita melakukan upaya untuk mengontrol apakah ramalan itu menjadi kenyataan atau tidak.
Erenst Nagel (1961:20-26) mengemukakan empat jenis pola penjelasan yaitu (1) Penjelasan deduktif, (2) penjelasan probabilistik, (3) penjelasan fungsional dan (4) penjelasan genetik
Teori
Menurut Braithwaite sebagaimana yang dikutip Wallance (1990:85) teori merupakan suatu sistem deduktif dari seperangkat proposisi menurut prinsip-prinsip logis. Teori memberikan penjelasn mengenai suatu sektor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan
Hukum
Hukum pada hakekatnya merupakan pernyataan yang menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih dalam suatu hubungan sebab akibat
Prinsip
Prinsip dapat diartikan sebagai pernyataan yang berlaku secara umum bagi sekelompok gejala tertentu, yang mampu menjelaskan kejadian yang terjadi

Postulat
Postulat adalah asumsi dasar yang kebenarannya kita terima tanpa dituntut pembuktiannya. Postulat dietapkan tanpa melalui prosedur ilmiah melainkan ditetapkan begitu saja
Asumsi
Asumsi harus ditetapkan dalam argumentasi ilmiah
Karya ilmiah
Karya ilmiah dapat dikelompokkan menjadi dua, tertulis dan tidak tertulis. Karya ilmiah dalam bentuk tulisan berisikan pemikiran teoritis yang menjelaskan tentang realitas tertentu sebagai objek materialnya. Sementara karya ilmiah tidak tertulis berwujud benda material sebagai hasil aktualisasi ilmu pengetahuan dalam bentuk keterampilan.
Secara umum standarisasi ilmiah bagi sebuah karya ilmiah ditandai dengan terpenuhinya kriteria sebagai berikut:
1.      Orisinalitas
Sebuah karya harus didukung oleh data faktual yang membuktikan orisinalitas dari pencetus atau penciptanya dan bukan sebagai duplikasi dari karya lain
2.      Dapat dipertanggungjawabkan
Pertanggungjawaban dilakukan oleh pencetus atau pencipta dengan memberikan penjelasan tentang karyanya dari latar belakang pemikiran sampai tahapan pelaksanaan proses kerja yang menghasilkan karya
3.      Bernilai
Karya yang dihasilkan mengandung nilai-nilai positif bagi :
a.       Kemaslahatan atau kebaikan hidup manusia
b.      Pengembangan ilmu pengetahuan
      Nyoman Naya Sujana dalam Bagong Suyanto dan Sutinah (2007:2-3) bahwa karya ilmiah merupakan wujud dari pengetahuan ilmiah yang memiliki karakteristik sebagai berikut: (1). Aposterioris (2) Rasional –empiris (3) Logikal (4) Verifikatif Aposterioris (5) Objektif (6) Konsepsional (7) Netral (8) Terbuka
Untuk dapat dikategorikan sebagai karya ilmiah, sebuah karya tulis harus memenuhi karakteristik sebagai berikut:
1.      Berisikan hasil kajian pemikiran tentang suatu tema yang dideskripsikan dengan menggunakan argumentasi ilmiah
2.      Analisis pemikiran diuraikan dengan menggunakan metode ilmiah
3.      Pemaparan menggunakan bahasa ilmiah yang diruntun secara sistemik dan sistematik
4.      Arah pemaparan bersifat netral dan tidak berpihak
Jika dilihat dari proses dan tujuan penulisannya, karya tulis ilmiah dapat dikategorikan kedalam dua sifat yaitu bebas dan terikat. Bersifat bebas maksudnya adalah sebuah karya ilmiah ditulis dengan mengedepankan kebebasan penulis dalam mengekspresikan ide-ide pemikirannya.  Yang termasuk dalam kategori karya tulis ilmiah bebas adalah artikel, buku dan makalah. Sementara itu yang dimaksud dengan sifat terikat adalah karya tulis ilmiah yang dalam penulisannya, sipenulis harus mengikuti aturan, baik aturan teknis maupun non teknis berupa arah pemikiran yang dikehendaki oleh pihak sponsor. Termasuk dalam karya tulis ilmiah terikat  adalah book review, laporan penelitian akademis (skripsi,tesis, disertasi), project reseach dan makalah (tugas kuliah).

Argumentasi Ilmiah
Argumentasi dapat diartikan sebagai salah satu bentuk kalimat yang berisikan pernyataan menerima atau menolak sebuah penjelasan tentang sesuatu. Paradigma pemikiran yang digunakan dalam menyusun asumsi rasional manjadi dasar bagi penetapan kiteria ilmiahnya sebuah argumentasi. Kriteria lain bagi sebuah argumentasi ilmiah adalah: logis, Rasional, Fokus, Faktual, Objektif, Teoritis, Konsklusi, Analitik
 Jenis-jenis argumentasi
1.      Argumentasi Deskriptis : berisikan hasil pembacaan dan kajian penulis tentang suatu realitas dengan berdasarkan pada paradigma keilmuan tertentu
2.      Argumentasi Analisis : berisikan hasil analisa penulis tentang suatu realitas dengan berdasar pada paradigma keilmuan yang dimiliki dan dikuasainya
3.      Argumentasi Reflektif : berisikan hasil kajian dan tafsiran penulis terhadap suatu relialitas dengan menggunakan paradigma keilmuan yang sudah inheren  dalam bangunan pemikirannya.
Sebagai sebuah aktivitas ilmiah, argumentasi terlahir dari proses berpikir kritis dan koherensif. Proses tersebut memiliki dua pola atau gaya yaitu deduktifdan induktif. Pola berpikir deduktif digunakan oleh para penulis atau peneliti yang menggunakan bentuk pendekatan kualitatif. Sementara pola berpikir induktif digunakan dalam bentuk pendekatan kuantitatif
1.      Pola pikir deduktif : proses berpikir dari hal yang bersifat umum kepada hal yang bersifat khusus
2.      Pola pikir induktif : proses berpikir yang bermula dari hal khusus atau kecil untuk kemudian dijadikan sebagai dasar bagi penyimpulan yang diharapkan dapat diberlakukan pada hal yang lebih umum atau besar.
Sarana Penalaran Ilmiah
Rasio adalah alat sekaligus sarana yang dapat menangkap berbagai fenomena dan kemudian memprosesnya dalam aktivitas kerja yang disebut berpikir. Bahasa adalah rumah bagi pemikiran manusia yang terlahir dari hasil kerja rasio.

Kriteria Kebenaran Ilmiah
1.      Kebenaran Pragmatis yaitu kebenaran yang dijadikan nilai manfaat dari sebuah pernyataansebagai standar pembenarannya
2.      Kebenaran Korespondensif yaitu kebenaran yang menjadikan kepastian relasi antara pernyataan dengan isi atau materi yang dimaksudkan dari pernyataan sebagai standar pembenarannya
3.      Kebenaran Koherensif yaitu kebenaran yang menitikberatkan pada adanya unsur keterhubungan antara bagian-bagian dari objek yang dimaksudkan dalam ungkapan
4.      Kebenaran Spekulatif yaitu kebenaran yang bersumber pada perkiraan-perkiraan didasarkan pada pengalaman yang berulang
Kebenaran korespondensif dan kebenaran kebenaran koherensif dapat dikategorikan sebagai kebenaran ilmiah karena memenuhi persyaratan bagi sebuah kebenaran ilmiah yaitu :
1.      Dapat dibuktikan sebgai wujud pertanggungjawaban
2.      Dapat dijelaskan secara logis-rasional
3.      Mengandung alur pemikiran sitematis dan sistemik
4.      Bersifat objektif







AKSIOLOGI
(HAKEKAT KEGUNAAN ILMU DAN TEKNOLOGI)
A.    Pengertian Hakekat Aksiologi dan Nilai Kegunaan Ilmu dan Teknologi
1.      Pengertian Aksiologi
Aksiologi berasal dari bahasa Yunani yaitu logos yang berarti akal dan teori serta aksios yaitu nilai atau sesuatu yang berharga. Jadi secara harfiah istilah aksiologi diartikan sebagai teori nilai.
Beberapa definisi aksiologi
a.       Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1995:19) aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika
b.      Menurut SuriaSumantri (2005:234) aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan keguanaan dari pengetahuan yang diperoleh
c.       Menurut Sumarna (2008:59) adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang orientasi atau nilai suatu kehidupan
d.      Menurut Waini Rasyidin (dalam Ali (Eds,)2007: 10), aksiologi atau Teori nilai/norma diartikan sebagai teori nilai/norma ialah argumentasi tentang dunia makna yang diciptakan manusia secara manusiawi
e.       Menurut Kattsof (2004: 319), aksiologi ialah olmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang umumnya ditinjau dari sudut pandangan kefilsafatan
Jadi aksiologi adalah teori yang mengkaji tentang kegunaan ilmu pengetahuan. Aksiologi dikaji dan dibangun untuk mengkaji serta mewujudkan kegunaan praktis sebuah ilmu.Aksiologi dibagi menjadi dua bidang yaitu:
a.       Etika
Etika merupakan salah satu bidang kajian aksiologi yang mengkaji nilai-nilai moral baik dan buruk. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Suseno dalam Sumarna (2008:7) bahwa etika membicarakan baik dan buruk dilihat dari persfektif yang luas. Etika merupakan cabang aksiologi yang pada pokoknya membicarakan masalah predikat nilai ‘betul’ (right) dan ‘salah’ ( salah) dalam arti susila(moral) dan tidak susila (immoral)( kattsoff) Titik sentral etika adalah nilai kebaikan segala tindakan dan pemikiran manusia untuk dipertanggungjawabkan kepada masyarakat, Tuhan dan manusia itu sendiri. Menurut Sadullo (2004:2004) adalah etika berasal dari kata ethos yang berarti adat kebiasaan. Etika menurut Kattsoff dibagi menjadi 2:
1.      Etika deskriptif adalah etika yang menggambarkan atau mendeskripsikan apa adanya tanpa memberikan penilaian baik atau buruk
2.      Etika normatif memberiak penilaian baik dan buruk, mana yang harus atau boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan
Etika tidak bisa dilepaskan dari keharusan perbuatan manusia. Kedua etika ini berperan sebagai rambu-rambu yang dijadikan pedoman dalam berperilaku.
Aksiologi bertujuan agar manusia dalam kehidupannya melakukan dan menghasilkan sesuatu yang benar, baik dan adil khususnya dalam penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi  harus diterapkan dengan dasar kebenaran, kebaikan dan keadilan.
b.      Estetika
Secara harfiah pengertian estetika adalah kadang-kadang estetika diartikan sebagai filsafat seni tetapi kadang-kadang pula prinsip-prinsip yang berhubungan dengan estetika dinyatakan sebagai hakikat keindahan. Namun sesungguhnya konsep keindahan hanya salah satu dari sejumlah konsep- konsep filsafat seni ( sadulloh 2004:41)
Sedangkan secara psikologis, estetika mengandung bagian dari unsur afeksi yang mengkaji sesuatu perspektif indah dan tidak indah. Estetika cenderung erat kaitannya dengan bidang kesenian. Estetika memberikan makna bagi suatu ilmu bagaimana agar dipandang indah, membahagiakan dan dapat dinikmati oleh semua manusia atau masyarakat.
Rasa keindahan dari suatu ilmu dan teknologi dapat dipandang dari dua sisi yaitu keindahan yang muncul dan melekat pada benda dan yang berasal dari luar benda. Berdasarkan dua bidang tersebut dapat dipahami bahwa cakupan aksiologi berada pada lingkup moral dan keindahan.

3.      Hakekat Aksiologi
Aksiologi memberikan jalan bagi kita untuk menggunakan ilmu dan teknologi yang pencemarannya tidak tercemari oleh nilai-nilai yang justru merugikan umat manusia.
Nilai membahs sesuatu objek apakah berharga atau tidak berharga, baik atau buruk, indah atau tidak indah, nikmat atau tidak nikmat. Oleh karena itu nilai memiliki ukuran-ukuran kebenaran terentu. Dalam perkembangan peradaban manusia terdapat empat kebenaran yang disampaikan oleh Sumardjo (2000: 7) sebagai berikut:
Alam material juga dapat dipahami, dimengerti secara lebih mendalam lewat lembaga ilmu. Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah pemahaman manusia atas dunia material dan pemanfaatan dunia material itu untuk kepentingan manusia. Semntara itu , dunia spiritual dapat dipahami manusia dan juga di hayatinya lewat lembaga agama, lemabaga filsafat dan lembaga seni.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dipahami sebagai bagian dari lembaga ilmu. Sementara nilai moral dan seni bersifat ruhani.Sumardjo memandang nilai adalah sesuatu yang selalu bersifat subjektif, tergantung pada manusia menilainya.
 Penerapan ilmu yang paling terlihat adalah dengan munculnya teknologi. Teknologi diciptakan untuk memudahkan pekerjaan manusia agar lebih efektif dan efisien. Dengan teknologi ilmu dapat diterapkan dalam kehidupan manusia di tataran praktis. Soewardi mengungkapkan bahwa ilmu itu netral yang artinya bahwa ilmu netral dari ikatan nilai-nilai yang ada.
Hilangnya arah kehidupan peradaban manusia merupakan efek dari memudarnya peranan nilai etika dan estetika terutama dalam basis keilmuan. Dengan memudarnya peranan nilai tersebut, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mereduksi dan menghilangkan aspek tanggung jawab dalam kehidupan umat manusia yang menimbulkan permasalahan-permaslahan sosial.
Wahyu Ilahi dan nilai-nilai budaya adalah salah satu dimensi pendorong perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memberikan maslahat kepda umat manusia dan akhirat.Perkembangan ilmu dan teknologi harus menjawab kebutuhan umat manusia yang sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan yang berlaku.
4.          Nilai kegunaan ilmu dan teknologi
Setiap cabanng filsafat ilmu memiliki peran masing-masing. Ontologi memilki wewenang untuk mempelajari objek ilmu, epistemologi berusaha untuk memcari prosedur pembahasan mempelajari objek ilmu, sementara aksiologi memncari nilai kegunaan ilmu. Dalam menjalankan fungsinya penerapan ilmu dan teknologi, ilmu harus tetap dikawal dengan sejumlah nilai-nilai untuk tetap memberikan hasil positif bagi kehidupan manusia.
 Ilmu akan bermanfaat langsung saat diterapkan dalam tataran praktis. Sememtara itu ilmu berisi teori-teori dan konsep yang masih perlu diwujudkan ke dalam bentuk konkrit. Karena itu lahirlah ilmu. Ilmu melahirkan teknologi untuk mengejawantahkan nilai kegunaan suatu ilmu tersebut dan teknologi dapat bermanfaat untuk mengembangkan ilmu.
Nilai kegunaan ilmu dan teknologi dalam aksiologi ditentukan berdasarkan faktor etika dan estetika. Nilai tersebut dapat bersifat subjektif maupun objektif tergantung keterlibatan kesadaran seseorang dalam menilai ilmu dan teknologi. Teknologi dapat bernilai guna bagi kehidupana mnusia bertolak dari kreativitas. Dengan kreativitas, ilmu dapat diterapkan melalui teknologi untuk seluas-luasnya memenuhi kebutuhan manusia dan untuk mengembangkan ilmu itu sendiri. Maka dari itu perlu dipahami bahwa ada keterkaitan antar ilmu, teknologi dan kreativitas.
B.     Fungsi ilmu bagi kemaslahatan manusia
1.      Hubungan ilmu dengan filsafat
Ilmu dan filsafat memiliki hubungan tertentu dalam membentuk peradaban manusia. Berdasarkan uraian dari Suriasumantri (2005:20-21) berpikir filsafat memiliki karakteristik:
·         Mendasar, berpikir filsafat akan terus berlangsung sampai mencapai bangunan fundamental dari suau pemikiran
·         Universal/menyeluruh, kajian terhadap suatu objek pemikiran filsafat perlu dikaji dari berbagai segi yangrelevan samapi ke akar-akarnya
·         Spekulatif, corak berpikir filsafat merupakan spekulasi saja.
      Jadi berpikir filsafat adalah corak berpikir yang mendasar, universal dan spekulatif yang saling berkaitan satu sama lain
Menurut Sumarna (2008:7) mengemukakan ilmu bersifat pasteriori yaitu penarikan kesimpulan melalui pengujian yang berulang-ulang. Deppening adalah pendalaman dan percobaan yang ditujukan untuk mendapatkan esensi objek kajian. Sedangkan filsafat bersifat priori.
Filsafat memiliki hubungan dengan ilmu dalam bentuk saling melengkapi. Filsafat bertugas untuk mencari objek kajian serta merumuskan kesimpulan secara spekulatif, sedangkan ilmu bertugas untuk memperdalam objek kajian tersebut. Oleh karena itu filsafat memiliki hubungan dengan ilmu seperti filsafat melahirkan ilmu.
2.      Sumber ilmu pengetahuan
a.       Sumber Empiris
Pengalaman empiris mengedepankan dunia fisik melaui gejala-gejalanya yang dapat ditangkap oleh pancaindera.
b.      Sumber Rasio
Rasio dapat dijadikan sebagai sumber ilmu pengetahuan. Rasio dipahami sebagai cara manusia mengenali prinsip-prinsip penalaran yang kemudian akan menjadi ilmu pengetahuan.
c.       Sumber Intuisi/Wahyu
Intuisi dan wahyu di dapat bukan dari proses penalaran, melainkan bersumber dari wujud diluar zat fisik. Zat tersebut adalah Tuhan. Kebenaran wahyu bersifat absolut atau mutlak.
3.      Berbagai klasifikasi ilmu
Klasifikasi  ilmu yang disarikan dari surajiyo (2008:69-72):
a.       Dikotomi ilmu : ilmu formal dan ilmu nonformal, ilmu murni dan ilmu terapan, ilmu nomotetis dan idiografis
b.      Ilmu deduktif dan induktif : ilmu deduktif, ilmu induktif, ilmu naturwissnschaften dan geisteswissenshaften
c.       Ilmu empiris secara lebih khusus : ilmu alam, ilmu hayat, ilmu manusia.
Ilmu formal adalah ilmu yang tidak bermaksud menyelidiki data-data inderawi secara sistematis. Ilmu nonfaomal adalah ilmu yang menyelidiki data-data konkrit/inderawi.
Ilmu murni adalah ilmu yang bermaksud mencari kebenaran. Ilmu nomoetis adalah ilmu yang membahas objek berupa gejala alam atau fenomena alam dan hukum-hukum yang berlaku pada gejala dan fenomena tersebut. Ilmu idiografis konotasinya terarah pada pembahsan budaya.
Ilmu deduktif adalah ilmu yang berasal dari alur berfikir deduksi yang menjabarkan hal-hal yang bersifat umum untuk menarik kesimpulan terhadap hal-hal yang bersifat khusus yang memiliki kaitan dengan dengan keumuman tersebut.Ilmu induktif berasal dari alur berpikir induksi yang menyimpulkan hal umum dari hal-hal yang bersifat khusus.
Naturwissenschaften adalah ilmu yang membahas gejala-gejala alam sedangkan geisteswissenschaften membahas budaya berupa produk-produk manusia.
4.      Fungsi ilmu
Suriasumantri (2005:142) menguraikan berbagai fungsi dan sifat ilmu, Ilmu pada dasarnya merupakan kumpulan pengetahuan yang menjelaskan berbagai gejala alam yang memungkinkan manusia melakukan serangkaian tindakan untuk menguasai gejala tersebut berdasarkan penjelasan yang ada. Penjelasan keilmuan memungkinkan kita meramalkan apa yang terjadi dan berdasarkan ramalan tersebut kita bisa melakukan upaya mengontrol agar ramalan itu menjadi kenyataan atau tidak.
Fungsi ilmu untuk menjelaskan berbagai gejala alam dan fenomenaadalah untuk mengenali dan memahami ada dan terjadinya gejala alam dan fenomena tersebut. Berdasarkan hal tersebut manusia dapat menentukan tindakan yang dapat dilakukan untuk menguasai gejala alam dan fenomena.
Bertolak dari problematika yang dihadapi ilmuwan saat ini mengenai permasalahan memudarnya nilai-nilai etika dan estetika kaitannya dengan penerapan ilmu dan teknologi perlu diargumentasi dari tiap pandangan yang berbeda.  Ada dua pandangan yang diungkapkan oleh Sumarna (2008:200-201) terhadap dampak negatif yang timbul akibat penerapan ilmu dan teknologi dalam kehidupan saat ini. Pertama, dampak negatif tersebut muncul karena terlalu banyaknya ilmu dan teknologi yang berkembang, manusia menjadi sangat percaya diri untuk mengaktualisasikan peran manusia sebagai penguasa dibumi. Kedua, dampak negatif ilmu dan teknologi disebabkan oleh ilmu dan teknologi yang diterapkan oleh manusia secara bebas dari nilai.
Berdasarkan dua pandangan tersebut, sistem nilai seharusnya disadari oleh setiap manusia sebagai acuan dasar dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagaimana ia menjadi pedoman hidup manusia baik secara sadar maupun tidak sadar. Ilmu dan pengetahuan dalam tataran abstrak memang perlu bebas dari nilai, tetapi teknologi yang berada pada tataran praktis harus mengacu pada sistem nilai. Dengan menerapkan konsep aksiologi, problematika dampak negatif ilmu dan teknologi dapat berkurang.
5.      Kemaslahatan umat manusia
Untuk memahami urgensi ilmu dan teknologi terhadap kemaslahatan umat manusia, kita perlu memandang peranan ilmu dan teknologi dari berbagai sudut pandang.
a.       Sudut pandang ekonomi
Ilmu dalam sudut pandang ekonomi dapat dipandang sebagai bentuk investasi manusia, sementara teknologi diciptakan untuk menjadi sarana pemenuhan kebutuhan manusia. Karena kebutuhan manusia tidak terbatas, maka teknologi perlu dikembangkan sesuai tuntutan zaman.
b.      Sudut pandang psikilogi
Psikologi memandang bahwa salah satu kebutuhan jiwa manusia adalah kebutuhan akan aktualisasi diri. Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah salah satu sarana bagi manusia untuk mengaktualisasikan diri
c.       Sudut pandang sosiologi
Sosiologi memahami ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai salah satu bentuk kebudayaan manusia. Ilmu dan teknologi memiliki peran sebagai salah satu media untuk mengembangkan aspek-aspek kebudayaan lainnya.
                 Berdasarkan pandangan diatas, secara umum ilmu pengetahuan dan teknologi memilki peran sebagai perantara pemenuhan kebutuhan manusia, baik fisik maupun psikis. Fungsi ilmu dan teknologi dapat dimanfaatkan untuk kemaslahatan manusia. Kemaslahatan manusia akan tercapai jika kebutuhan manusia terpenuhi dipandang dari berbagai aspek, mulai dari ekonomi, psikologi, hingga sosiologi. Dengan menindahkan aspek-aspek aksiologi dari suatu ilmu, penerapan ilmu dan teknologi dapat diarahkan menjadi lebih positif.


C.     Asas Moral Ilmuwan
Moralitas menurut Poespoprodjo (1999:118) adalah kualitas dalam pebuatan manusia yang menunjukan bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk. Moralitas berhubungan dengan manusia bagaimana ia menjalani hidup dan berbuat dengan ukuran kebenaran dan kebaikan tertentu. Moralitas berkaitan erat dengan keputusan atas pilihan tindakan yang akan kita lakukan.moralitas dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu yaitu :
1.      Perbuatan sendiri
2.      Motif
3.      Keadaan
Unsur-unsur kesadaran pokok kesadaran moral memiliki struktur sebagai berikut : (surajiyo 2008:93)
1.      Kewajiban yang membebaninya bersifat mutlak
2.      Karena melaksanakan kewajibanitu merupakan keawjiban bagi setiap orang
3.      Dengan mengambil keputusan untuk melaksanakan atau tidak melaksanakan kewajiban itu
4.      Kewajiban itu masuk akal dan pantas disetujui
5.      Sekaligus menetukan nilainya sendiri
Berdasarkan hal tersebut, kesadaran moral adalah sesuatu yang memungkinkan peletakan asas-asas moral sebagai dasar perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Asas moral ada dan bergerak mengawal dan memayungi bagian ilmu pengetahuan.
            Ilmuwan dalam melakukan kegiatan ilmuwan tidak terlepas dari intervensi kesadaran moral, meskipun bersifat bebas nilai.Setiap tindakan ilmuwan boleh jadi melibatkan pengandaian tertentu bahkan gagasan-gagasan metafisik yang menjadi dasar pertimbangan dan pemikirannya. Cara menjaga kinerja ilmuwan agar agar bebas dari intervensi subjektivitas perlu memahami norma yang menjadi penerapan dasar kesadaran moral. Surawijo mengemukakan dua golongan besar teori normatif pokok yaitu:
a.       Teori deontologis menyatakan bahwa suatu norma atau nilai sudah ada dan tidak bisa dipengaruhi oleh apapun tujuan tindakan yang akan dilakukan
b.      Teori Teleologis berasumsi bahwa suatu tindaka  tergantung pada dampak  yang dihasilkan dari tindakan tersebut atau tujuannya.
Salah satu hal yang paling penting dalam menjaga integritas ilmuwan dalam mengaktualisasikan kesadaran moral adalah ketulusan hati hal ini sesuai dengan pendapat Kant bahwa semakin sedikit pamrih kita untuk menunaikan kewajiaban, semakin tinggilah nilai moral tindakan kita.
Asas moral masih perlu diwujudkan dalam bentuk tindakan nyata. Satu faktor penting yang menentukan perilaku yang sesuai dengan asas-asas moral yaitu akal. Akal akan menghasilkan alasan-alasan dan sebab-sebab mengapa kita melakukan suatu tindakan berdasarkan hasil pertimbangan pemikiran. Sebagai salah satu realisasi asas-asas moral adalah munculnya tanggung jawab moral ilmuwan.
D.    Tanggung Jawab Moral Ilmuwan
Pentingnya seorang ilmuwan untuk mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari masyarakat adalah suatu hal yang mutlak untuk memahami tanggung jawab moral mereka.Ilmuwan berperan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi demi kemaslahatan masyarakat. Tanggungjawab tersebut perlu didedikasikan seoptimal mungkin untuk menghasilkan kemslahatan msyarakat luas, bukan hanya segolongan masyarakat apalagi justru menimbulkan kerugian bagi masyarakat lain.
            Kini kita perlu menentukan solusi yang tepat bagi permaslahan-permaslahan yang terjadi kini terhadap dampak negatif dari ilmu pengetahuan dan teknologi.Pertama kita perlu memahami titik pusat masalah. Kedua, menggunakan persepsi yang bijak terhadap fenomena yang terjadi sekarang. Ketiga, memikirkan dampak pendek dan dampak panjang dari permaslahan tersebut. Keempat. Menentukan tindakan baik secara individu maupun kelompok dalam menanggapi masalah tersebut. Kelima, bersikap terbuka terhadap kritik yang muncul terhadap hasil pemikiran kita.
E.     Penerapan Aksiologi Terhadap Pendidikan
Menurut Soewardi (1999:238) Ilmu adalah dasar untuk peradban manusia, dan perkembangan ilmu diwadahi oleh perguruan tinggi.Pendidikan memandang manusia perlu untuk dididik dan dilatih untuk menjadi manusia seutuhnya sebagai bagian dari masyarakat yang memiliki kemampuan mengelola alam. Pendidikan dapat dipahami sebagi suatu prosespada diri manusia baik dalam artian adanya keterlibatan pihak luar maupun dari dalam diri. Maka dari itu dalam rangka mendidik manusia secara terprogram pendidkan perlu dikaji dalam suatu ilmu pendidikan.
            Kebajikan adalah tindakan yang didasari oleh kesadaran moral, sehingga menimbulkan standar perilaku tetentu yang menyangkut kepentingan umum. Ada tiga tahapan perkembangan watak moral yitu:
1.      Pengetahuan intelektuel tentang apa yang baik dan apa yang tidak baik
2.      Sikap kecintaan emosional pada apa yang baik dan kebencian kepada apa yang tidak baik
3.      Kebiasaan dan keterampilan berbuat baik
Melihat tujuan tersebut, ada keterkaitan antara pendidkan dengan penanman kesadaran dan tanggung jawab moral.
Ilmu dapat diterapkan dan dikembangkan dalam dunia pendidikan bersamaan dengan penerapan aksiologi sebagai ruhnya. Aksiologi sebagai salah satu bidang filsafat memiliki peran yang sangat urgen untuk dapat membangun manusia yang dapat menerapkan ilmu dan teknologi sesuai dengan peruntukan nya kemaslahatan umat manusia.  

Comments

Popular posts from this blog

Book Report Sosiologi Pendidikan Abu Ahmadi

RPP 2 Kelompok Sosial

LAPORAN BUKU SOSIOLOGI INDUSTRI Karangan S. R. Parker, R. K. Brown, J. Child, M.A. Smith