Filsafat ilmu 1
STRUKTUR (BANGUNAN) ILMU, PENGELOMPOKAN
ILMU, DAN RIWAYAT PARA TOKOH FILSAFAT ILMU
1. Struktur
(Bangunan ) ilmu
Pengantar
Filsafat tumbuh sejak zaman Yunani,
Pythagoras (572-479 s.M.) yang pertama kali
menggunakan istilah philosophia (dari
kata philos yang artinya sahabat, dan Sophia yang artinya kebijaksanaan, maka
philosophia berarti sahabat kebijkasanaan. Kemudian Socrates (469-399 s. M.) menamakan
dirinya philosophos yang artinya
pecinta kebijaksanaan atau penyampai kebenaran. Buah fikiran Socrates banyak
didokumentasikan oleh Plato (428-348 s. M.). Gagasan Plato yang terpenting di
bidang filsafat adalah tentang idée, idea.
Plato mengemukakan tentang adanya dunia intelek dan dunia inderawi. Aristoteles
mengemukakan pengetahuan akan adanya
konsep Tuhan yang berawal dari konsep Prima Kausa, pencipta gerak dan penggerak
dari yang tidak bergerak. Filsafat ketuhanannya di sebut metafisika.
Ilmu dan Fisafat Ilmu
Pada waktu kita mempelajari segala
sesuatu tentang ilmu, maka kita akan melihat bahwa ilmu memiliki beberapa
karakteristik yaitu ontology, epistemology dan aksiologi. Ontologi menjelaskan
apa, tentang apa, apa yang ingin kita ketahui tentang ilmu itu. Epistemologi
menerangkan tentang bagaimana caranya kita mendapatkan ilmu itu, metodenya,
untuk memelihara dan mengembangkannya.
Sedangkan aksiologi menjelaskan guna atau manfaat dari ilmu tersebut. Dalam
aksiologi ilmu tersangkut nilai-nilai atau values yang memotivasi penggunaan
ilmu tersebut (Suryasumantri, 1983:5)
Menurut Van Melsen (1985) dalam
Fuad Hasan (2010 : 114-115, dengan modifikasi), bahwa ada delapan ciri yang
menandai ilmu, yaitu :
1. Secara
metode harus mencapai suatu keseluruhan yang secara logis, koheren,
2. Ilmu
dibangun tanpa pamrih,
3. Objektif,
tanpa distorsi prasangka-prasangka yang subjektif
4. Kebenaran
ilmu yang dicari adalah kebenaran universal
5. Verifikasi
untuk mendapatkan pengakuan masyarakat ilmuwan dan untuk sosialisasi
6. Progresif,
dalam pengertian membuka kemungkinan baru bagi kemajuan ilmu yang bersangkutan
dengan data baru yang ditemukan
7. Kritis
dalam pengertian bahwa tidak ada teori yang definitive selalu terbuka bagi
pengujian kritis, apabila data baru ditemukan
8. Ilmu
dalam pemanfaatannya harus menunjukan kaitan antara teori dan praktek
Sedangkan karakteristik filsafat adalah sebagai berikut
: Radikal,
artinya berpikir sampai ke akar-akarnya, sampai kepada hakikat sesuatu; Universal,
dalam arti mencakup pengalaman manusia; Konseptual,
merupakan hasil generalisasi dan abstraksi pengalaman manusia; Koheren
dan konsisten atau sesuai dengan kaidah-kaidah
berpikir logis, konsisten artinya taat asas; Sistematis,
harus saling berhubungan secara teratur, ada maksud dan tujuan; Komprehensif,
menyeluruh; Bebas, hasil
pemikiran yang bebas dari prasangka-prasangka social, historis, cultural bahkan
religious; Bertanggung jawab,
paling tidak kepada hati nuraninya sendiri
Pengelompokan ilmu
Metode
ilmiah Cartesian-Newtonian yang berlaku untuk ilmu alam diikuti juga oleh
ilmu-ilmu social dan kemanusian, dengan langkah-langkah sebagai berikut : adanya
masalah dan perumusan masalah; penyusunan
kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis; perumusan hipotesis; pengujian
hipotesis dan penarikan kesimpulan. Metode Cartesian-Newtonian disebut juga
metode positifistik karena pengaruh positivisme atau filsafat positif dari
Auguste Comte (1798-1857). Comte ilmuwan yang pertama kali menyebut filsafat
social sebagai sosiologi.
Pada
abad ke 19, sosiologi ilmu menyusun pengorganisasian atau pengelompokan ilmu
untuk memudahkan para pengguna ilmu mengidentifikasi posisi keilmuan yang
dikajinya, sebagai berikut :
Naturwissenschaften
(ilmu-ilmu kealaman)
|
Geistewissenschaften
(ilmu-ilmu social)
|
Humaniora
|
Cultural Studies
(ilmu-ilmu budaya)
|
Astronomi
Fisika
Kimia
Matematika
Biologi
Geologi
|
Antropologi
Sosiologi
Ekonomi
Sejarah
Politik
Hukum
Psikologi
|
Bahasa
Seni
Agama
Filsafat
|
Kajian kebudayaan
Kajian kemanusiaan
|
Riwayat Para Tokoh Ilmu, Filsafat dan Filsafat Ilmu
1.
Plato (427-347),
dengan gagasan ‘idee/idea’. Menurutnya pengetahuan berasal dari akal manusia, setiap
manusia memiliki dunia intelek dan dunia inderawi
2.
Aristoteles
(384-322 s. M.) , pandangannya tentang ‘dialektika’ (prosedur pembentukan
pengetahuan)
3.
Ibnu Sina (980-1037
M), ajaran filsafatnya disebut filsafat
paripatetik
4.
Ibnu Khaldun
(1332-1406 M), dibidang ilmu sosial sangat memperhatikan kehidupan
bermasyarakat terutama tentang organisasi manusia
5.
Mulla Sadra
(1572-1640), bagian penting dari filsafat yang didapat dari pengalaman gnostik
adalah tentang wujud sebagai realitas
6.
Hamzah Fansuri (w.
1600 M.) dan Ar-Raniri (w.1666 M), Hamzah Fansuri membahas berbagai masalah
tasawuf Ibnu Arabi dan karya Ar-Raniri berjudul Bustan al-Salatin yang membahas
penciptaan langit dan bumi
7.
Renee Descartes
(1596-1650), gagasannya yang terkenal yaitu Cogito
ergo Sum ( Saya berpikir, maka saya ada
8.
Immanuel Kant
(1724-1804), aliran filsafatnya di sebut “aliran kritis”
9.
Martin Heidegger
(1889-1976) dengan ‘Self’nya
10. Mazhab/Sekolah Frankfurt, salah seorang tokohnya yaitu
Erich Fromm dengan gagasan ‘To Have’ dan ‘To Be’
Comments
Post a Comment